NovelToon NovelToon
Rumah Tepi Sungai

Rumah Tepi Sungai

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat
Popularitas:3.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: bung Kus

Sebuah surat undangan dari seorang penulis ternama di kabupaten T yang ditujukan kepada teman teman sekelasnya di masa SMA dulu.

Mereka diundang untuk berkunjung ke rumah sang penulis. Rumah unik, dua lantai, semacam villa yang terletak di tepi sungai jauh di dalam hutan di kecamatan K.

Akses ke rumah tersebut hanyalah jalan setapak, sekitar 10 kilometer dari jalan utama. Siapapun yang memenuhi undangan akan mendapatkan imbalan sebesar 300 juta rupiah.

Banyak keanehan dan misteri dibalik surat undangan tersebut. Dan semua itu terhubung dengan cerita kelam di masa lalu.

Seri ketiga dari RTS.
Setelah seri pertama Rumah di Tengah Sawah (RTS 1), kemudian disusul seri kedua Rumah Tusuk Sate (RTS 2), kini telah hadir seri ketiga Rumah Tepi Sungai (RTS 3).

Masih tetap mencoba membawa kengerian dalam setiap kata dan kalimat yang tersusun. Semoga suka, dan selamat membaca.

Follow Instagram @bung_engkus
FB Bung Kus Nul

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bung Kus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Cokelat untukmu

Denis menyulut batang rokoknya yang kedua. Dia masih duduk di teras belakang rumah bersama Norita. Hujan masih setia menemani mereka berdua yang enggan beranjak dari tempat duduknya.

"Ngomong ngomong, dulu aku pernah nge jahilin Zainul," ucap Denis tiba tiba.

"Apa yang pernah kamu lakukan pada sang Rich man di masa lalu?" Tanya Norita. Seulas senyum nampak di sudut bibirnya.

"Seingatku, waktu itu pergantian jam pelajaran dari biologi ke penjas. Zainul berganti kaos olahraga di belakang kelas. Tanpa sepengetahuannya, aku menyudut punggung Zainul dengan rokok. Dia mengerang kesakitan, dan aku tetap mengulangi perbuatanku sebanyak tiga kali. Kupikir lucu melakukan hal seperti itu. Namun kalau kuingat lagi sekarang, aku benar benar keterlaluan," Denis menyesap rokoknya dalam dalam.

"Semua yang diundang kesini merupakan orang orang yang bermasalah dengan Zainul di masa lalu," Norita bergumam.

"Kupikir tidak juga. Setahuku sih ada dua orang yang datang kemari, dan dulunya tak pernah bermasalah dengan Zainul," Denis menimpali.

"Oh ya? Siapa?" Norita bertanya penasaran.

"Ah, sudahlah nggak penting. Ada hal yang lebih penting dan berbahaya," Denis merogoh saku celananya.

"Hah? Apa lagi?"

"Ini, bacalah," Denis menyodorkan HP nya pada Norita. 

Sebuah tangkapan layar, artikel tentang kasus kriminal dengan tersangka dalam foto seorang laki laki tua. Norita memperhatikannya sekilas dan langsung terbelalak kaget.

"Pak Mardoyo?" Norita menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Laki laki itu berbahaya" bisik Denis. 

"Tapi kan, itu artikel dari beberapa tahun yang lalu Den," Norita memperhatikan tanggal yang tercetak di bawah judul artikel.

"Ya tapi kan laki laki itu dalam kondisi mental yang tidak stabil Norii. Lebih baik kita berhati hati deh," Denis mengingatkan.

"Ih, aku takut," Norita sedikit melompat. Tangannya menggenggam erat lengan Denis.

"Sekarang aman Nori, si Mardoyo itu sedang di hutan sana," Denis menenangkan, menepuk bahu Norita perlahan.

Mendengar perkataan Denis bukannya melepaskan genggaman tangannya, Norita malah semakin erat menempel pada lengan Denis. Tubuh sintalnya semakin mepet mendesak pada lengan Denis yang cukup berotot.

Denis menelan ludah. Udara dingin pegunungan, berduaan dengan perempuan cantik dan seksi, laki laki mana yang pada akhirnya tidak berpikiran ngeres. Sementara Norita sendiri memang terasa suka bermanja dan menggoda hampir semua laki laki.

"Nori, kamu cantik," ucap Denis sambil memperhatikan bibir Norita yang semburat kemerahan. Bagaikan bunga mawar yang baru mekar merekah.

"Bukan saatnya menggombal Denis," Norita pura pura merengut, padahal hatinya tengah tersenyum.

Norita memang sudah lama tak mendengar janji dan puji dari seorang laki laki. Kegagalan menjalin hubungan dengan mantan suaminya sempat membuat trauma. Namun, saat bertemu dengan kawan lamanya, gairah untuk percintaan timbul kembali. Dia teringat dengan masa sekolah dulu, betapa dia sangat mengidolakan Denis. Sama seperti siswi siswi lainnya, bagi Norita waktu itu Denis adalah standar laki laki yang wajib untuk diperebutkan.

Kini, rasa penasaran itu muncul kembali. Norita dan Denis saling menatap di antara cahaya kilat yang menyala terang.

"Dulu aku pernah memberimu cokelat. Aku letakkan di dalam laci mejamu di kelas," Norita bergumam.

"Oh ya? Aku lupa tuh. Saking banyaknya yang ngasih cokelat soalnya," Denis terkekeh.

"Iihhh, sok femes," Norita memutar bola matanya, cemberut. Denis tertawa renyah.

"Dan yang menyebalkan bagiku, kamu malah memberikan cokelat dariku pada si Zainul," Norita menggerutu.

"Waahh, aku benar benar lupa soal itu. Ha ha ha. Tapi, memang aku nggak makan cokelat Nori. Aku takut jerawatan kau tahu. Aku kan harus menjaga wajahku agar tetap mempesona, apalagi masa itu adalah masa emasku," Denis terus tertawa.

"Gara gara hal itu aku marah. Tapi aku nggak bisa marah padamu. Aku melampiaskan amarahku pada Zainul karena memakan cokelatku untukmu. Itu cokelat mahal lho."

"Terus terus, apa yang kamu lakukan pada Zainul?" Denis penasaran.

"Kurebut cokelatnya, kuinjak injak, dan kupaksa dia memungut dan memakannya," Norita menghela nafas. Denis terdiam mendengarnya, kali ini tawanya terhenti.

"Kupikir memang kita keterlaluan ya," Norita menunduk.

"Sebaiknya nanti kita mengetuk pintu kamar Zainul dan meminta maaf padanya Nori," Denis menyentuh dagu Norita, memberitahunya untuk menegakkan pandangannya.

"Kenapa tidak sekarang saja?" Norita menoleh menatap Denis.

"Sekarang? Emm, untuk sekarang aku ingin kamu ikut denganku," Denis tersenyum penuh arti.

"Kemana?"

Denis menarik tangan Norita, menggandengnya masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang. Norita menurut saja,  mereka memasuki lorong dan masuk ke dalam salah satu bilik kamar mandi.

"Ngapain?" Bisik Norita lirih.

Denis tersenyum menyeringai. Serta merta dia memasukkan tangannya ke dalam kaos Norita. Menyentuh Norita dengan nakal. Norita sedikit terkejut, namun akhirnya mengikuti permainan Denis. Tanpa disadari, gerak gerik mereka diperhatikan Mak Ijah dari lorong kamar mandi.

"Manusia kelakuan kayak binatang," ucap Mak Ijah dengan raut muka datar.

Sementara itu, Ellie berada di ruang tamu bersama dengan Bayu. Mereka menunggu Hendra, Iva, Denis dan Norita. Nyatanya yang ditunggu lama tak kunjung kembali. Ada rasa khawatir dibenak Ellie saat ini.

"Gimana Bay, kok mereka lama? Jangan jangan terjadi sesuatu," Ellie berjalan mondar mandir di depan TV.

"Tenanglah, mereka pergi berpasangan. Aku yakin mereka semua aman," Bayu terlihat santai.

"Bagaimana bisa kamu setenang itu dan se yakin itu?" Ellie memprotes.

"Aku memang sengaja membagi tim berpasangan laki dan perempuan. Alasan pertama adalah ketika berpasangan, kalau salah satu orang dalam tim ada yang kenapa kenapa, berarti kita bisa menjadikan pasangannya sebagai seorang tersangka. Dan alasan kedua adalah laki laki di masing masing tim bukan orang sembarangan. Apa kamu lupa Ell? Hendra dulu adalah ketua ekskul pencak silat. Sedangkan Denis setahuku menekuni olahraga tinju beberapa tahun belakangan ini. Awalnya demi konten, tapi kulihat dia cukup serius," Bayu memberi penjelasan.

"Begitukah?" Ellie mengernyitkan dahi. Bayu mengangguk yakin.

"Kamu bisa seteliti ini ya. Luar biasa petugas kepolisian satu ini," puji Ellie.

"Aku malah lebih khawatir pada Mella dan Galang. Sama halnya dengan Yodi, Mella menghilang, tak ada tanda tanda dia ada di rumah ini. Kemudian Galang, dia tertinggal di hutan sana dalam kondisi cuaca seperti ini," Bayu menggaruk garuk kepalanya.

"Apa tidak sebaiknya kita periksa kamar Mella Bay?" Ellie memberi ide.

"Terkunci. Saat kita turun dari lantai atas tadi aku sempat mengecek pintu kamar Mella," Bayu menggeleng perlahan.

"Bayu katakan padaku. Adakah dari teman teman kita disini yang kamu curigai atas hilangnya Yodi kemudian tewasnya Dipta, dan ditambah lagi Mella juga ikut lenyap? Siapa yang menurutmu mencurigakan?" 

"Semua orang aku curigai, kecuali Galang," jawab Bayu cepat.

"Aku juga?" Ellie menatap Bayu. Dan langsung dijawab dengan anggukan kepala.

"Bagaimana denganmu? Orang yang serba tahu dan mengarahkan gerakan semua orang disini. Bukankah kamu juga layak dicurigai?" tanya Ellie dengan nada bicara penuh penekanan.

"Emmm, boleh juga," Bayu mengangguk dengan senyuman penuh arti.

Bersambung___

1
Reksa Nanta
terima kasih banyak atas karyanya.

semoga karya ini hanya akan dipandang sebagai cerita semata. jujur saja saya pribadi agak khawatir karena mungkin bagi sebagian orang yang terganggu mentalnya dan membaca novel ini, akan ada kecenderungan untuk mengidolakan tokoh Bayu lalu membenarkan segala tindakannya.
Reksa Nanta
seharusnya Bayu bisa saja dicurigai karena dia tidak melapor mengenai kerusuhan di rumah itu. dan lagi dia bergerak sendiri tanpa surat perintah. sengaja menyimpan mayat korban dan tidak segera mengevakuasi orang yang ada di rumah itu setelah jatuh korban pertama.
Reksa Nanta
kalau sudah sampai desa sebaiknya telepon ke kantor dan minta bantuan.
Reksa Nanta
sebenarnya tidak ada rumah pembawa sial atau rumah terkutuk, yang bermasalah adalah penghuninya.
Reksa Nanta
akhirnya dikembalikan.
Reksa Nanta
Mella diselamatkan Mak Ijah dari kebakaran di rumah Zainul.
Reksa Nanta
terlalu gegabah kalau langsung menyimpulkan begitu.
Reksa Nanta
dua kali ditusuk Erwin, Inge masih hidup lalu ditemukan Ferry dan dieksekusi.
Reksa Nanta
kebenaran bahwa pembunuhnya adalah Ferry Lawanto ?
Reksa Nanta
bukan seperti keponakan. Erwin memang keponakan Bu Rofida.
Reksa Nanta
berarti Erwin adalah adik sepupu Ferry, bukan keponakan. Anaknya Erwin nanti yang jadi keponakannya Ferry.
Reksa Nanta
kurang tepat menggunakan kata menyingsing karena arti kata menyingsing adalah muncul ke permukaan.

lebih tepat menggunakan kata terbenam atau turun atau menghilang.

Matahari mulai terbenam ke arah barat daya.
Matahari mulai turun ke arah barat daya.
Matahari mulai menghilang ke arah barat daya.
Reksa Nanta
jadi dari ketiga temen perempuan Anggun, Andewilah yang suaminya baru naik pangkat ?
Reksa Nanta
secara prosedur seharusnya memang begini. karena perlu juga dilakukan autopsi terhadap korban dan keluarga korban harus diberi kabar.
Reksa Nanta
tidak berambisi bukan berarti tidak punya tujuan hidup. hanya saja orang seperti Adi mungkin lebih memilih hidup tenang .
Reksa Nanta
kenapa langsung bisa menyimpulkan kalau Ali tewas bunuh diri ?
Reksa Nanta
benang kawat itu seperti apa bentuknya ? 🤔
Reksa Nanta
apakah selama ini Anggun jarang dibelai oleh suaminya ?
Reksa Nanta
tampaknya kali ini Bayu yang membuat skenarionya.
Reksa Nanta
Mella. dia selamat dari kebakaran tapi cacat ?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!