Bagi orang lain, aku adalah Prayasti Mandagiri Bhirawa.
Tapi bagimu, aku tetaplah Karmala Bening Kalbu.
Aku akan selalu menjadi karma dari perbuatanmu di masa lalu.
Darah yang mengalir di nadi ini, tidak akan mencemari bening kalbuku untuk selalu berpihak pada kebenaran.
Kesalahan tetaplah kesalahan ... bagaimanapun kau memohon padaku, bersiaplah hadapi hukumanmu!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ➖ D H❗V ➖, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. DUO ENFIELD
Siang itu, Hope berencana makan siang bersama Prado. Mereka berdua akan membahas rencana Hope yang ingin melebarkan sayap, mendirikan sebuah perusahaan semen. Hope batal menemui Prado di kantornya, karena Prado yang sedang dalam perjalanan pulang dari meeting dengan client, berniat sekalian mampir ke gedung perusahaan milik Hope.
"Hiii uncle Hope," seorang remaja ganteng memasuki ruang kerja Hope.
"Hiiii Lee, kau datang sendiri?" Hope mendongak karena kaget, seseorang memasuki ruang kerjanya tanpa mengetuk pintu. Tentu saja Hope sudah hafal siapa pelakunya.
"Panggil aku Rain, kak!" remaja ganteng itu protes dengan wajah cemberut, lalu duduk di kursi di seberang meja kerja Hope.
"Kau juga nakal, memanggilku uncle! Bukankah Lee itu nama yang keren?" Hope kembali menggoda Rain.
"Apa aku harus memanggilmu kakak tua?" Rain balik menggoda kakak sepupunya. Karena selisih usia antara Rain dan Hope memang terpaut jauh.
Rain sangat kesal bila dipanggil dengan nama Lee, meskipun memang nama panjangnya demikian. Lee-Enfiled Rain Garcia adalah nama yang diberikan Prado untuk anak sulungnya. Bisnis senjata api milik Prado yang memberinya inspirasi nama untuk anak-anaknya.
Lee-Enfield adalah nama sebuah senjata legendaris yang digunakan sejak Perang Dunia I (PD1) pada 1895. Senapan Lee-Enfield dipakai oleh angkatan Britania Raya dan negara Persemakmuran lainnya. Lee-Enfield mampu memuat satu magasin dengan 10 selongsong peluru 303 British. Akurasi Lee-Enfield mencapai maksimal 503 meter - 2,7 kilometer di pemandangan terbuka.
Untuk senapan ini, tentara Britania Raya dilatih sampai bisa melakukan "mad minute", yaitu menembakkan 20 - 30 peluru dalam 60 detik pada 30 target. Dengan kata lain, tentara Britania Raya harus mampu me-reload Lee-Enfield hingga dua kali dan menarik bolt action Lee-Enfield dalam waktu kurang dari setengah detik.
Senjata yang sangat dahsyat dan keren bukan?
"Baiklah Rain, kakak minta maaf sudah membuatmu kesal. Lalu, kenapa kau ikut daddy mu ke sini? Kau sudah menguasai game itu?" Hope heran melihat remaja seusia Rain malah antusias mengikuti Prado meeting bersamanya untuk membahas tentang rencana bisnis.
"Tidak kak, aku sedang bosan bermain dan ingin belajar bisnis secara langsung darimu," Rain menunjukkan layar tabletnya pada Hope lengkap dengan beberapa rekor baru yang didapatnya.
"Sepertinya Philbert butuh generasi penerus untuk menciptakan game simulasi bisnis yang lebih menarik," Prado yang baru memasuki ruangan, menyahut sambil melangkah menuju sofa.
Hope bangkit dari kursi kerjanya dan menyusul Prado. Sementara Rain yang rasa ingin tahunya sangat besar, berpindah duduk di kursi kerja Hope. Membuka dan mempelajari berkas-berkas di meja itu.
"Lee, hati-hati dengan berkas itu. Jangan menyusahkan kakakmu!" Prado mengingatkan Rain, kawatir Rain akan merusak dan mengacaukan berkas penting milik Hope.
Sementara Hope hanya tersenyum melihat kelakuan Rain, dengan segala tingkah kepo akutnya. Hope seperti melihat dirinya sendiri di dalam diri Rain. Mereka berdua memiliki kesamaan ... hanya dengan sekali membaca dan mendengar, mereka sudah mengerti tentang isinya.
"Kemarilah Rain, bukankah kau ingin belajar?" Hope memanggil Rain untuk bergabung. Rain mendekat dan duduk di single sofa di sisi kiri Prado. Sementara Hope dan Prado duduk berhadapan dibatasi sebuah meja.
"Bagaimana pendapat uncle, bila aku membangun perusahaan semen?" Hope membuka obrolan.
"Perusahaan konstruksi milikmu sudah berkembang di beberapa negara. Uncle rasa inilah saat yang tepat untuk melangkah ke sana, membuka usaha yang baru. Jangan biarkan otakmu menyusut karena sedikit berpikir," Prado membaca berkas perancanaan yang disusun oleh Hope.
"Kebutuhan semen untuk industri konstruksi semakin meningkat. Di belahan dunia mana pun, pembangunan real estate, hotel, mall, perkantoran dan bangunan komersial lainnya terus bertambah. Itulah kenapa aku ingin membangun perusahaan semen."
"Kau benar, selain untuk mensupport industri konstruksi milikmu, kau juga bisa melemparkannya ke pasaran," Prado menyetujui rencana Hope.
"Itulah kenapa aku mengajak uncle bekerjasama. Aku tahu uncle punya banyak koneksi dan rekan bisnis, dibandingkan denganku yang masih hijau ini. Aku juga butuh nasehat dan masukan dari uncle."
Mereka masih lanjut membicarakan banyak hal, semua detail dan persiapan pendirian perusahaan baru itu. Sementara Rain hanya menyimak dari tempat duduknya. Sambil sesekali melihat berkas yang dibaca oleh Prado.
Setelahnya Hope membahas tentang keluarga yang telah dikunjunginya beberapa hari menjelang Faith wisuda. Menyampaikan salam dan memberikan buah tangan dari Maureen dan Prada untuk dokter Rossy. Anak-anak juga mendapatkan buah tangan dari Love, Faith dan Pray.
"Lee, bangun ... ayo kita makan siang," Prado menepuk bahu Rain. Ketika obrolan tentang bisnis selesai, Rain tertidur di sofa itu.
Mereka bertiga sepakat untuk menikmati makan siang di sebuah restaurant dengan menu khas italy di roof top gedung perusahaan milik Prado.
"Rain, coba kau jelaskan ... apa yang kau tangkap dari meeting kita tadi?" Hope mencoba menguji kemampuan dan analisis Rain di sela-sela makan siang mereka.
Rain menjelaskan semua yang didengarnya dan memberikan usulan tentang bisnis itu dilihat dari sudut pandangnya sendiri.
"Tentu semen juga mempunyai masa expired. Untuk menghindari kerugian karena hal itu, kak Hope bisa mengolah dan menjualnya berupa produk jadi. Misal beton precast, jasa cor beton sekaligus menyediakan truk molen pengangkutnya. Pembuatan produk jadi kita jalankan ketika stock semen sedang berlimpah." Rain menyampaikan idenya.
"Ide bagus Rain, kau nanti yang akan menghandlenya dengan anak perusahaan yang baru," jawab Hope sambil mengacungkan jempol kanannya. Hope sangat bangga pada Rain yang mudah memahami hal baru, bahkan hanya dengan sekedar mendengarkan, Rain sudah bisa berpikir jauh ke depan.
"Daddy sudah benar memberimu nama itu, Lee-Enfield sungguh cocok untukmu."
Prado memberikan nama itu bukan tanpa alasan. Prado ingin anaknya kelak bisa secerdas Hope dan secerdik dirinya. Bila diterjemahkan Enfield mempunyai makna : mudah mengerti, dan nama itu sangat pas untuk Rain.
"Kau jangan pernah menyalahkan daddy mu. Nama itu memang keren dan sangat cocok untukmu," timpal Hope. Sementara Rain hanya bisa mengangguk pasrah.
*
Pada akhirnya Prado menikah dengan dokter Rossy, setelah drama panjang percintaan mereka. Dokter Rossy yang berhasil merebut hatinya, tapi Prado yang masih bertahan dengan sikap cool dan cueknya. Prado yang sudah menjalin hubungan kasih dengan dokter Rossy, tidak mau mengexpose ke public dan berusaha menyembunyikan statusnya itu.
Saat itu, Prado masih disibukkan dengan urusan kasus hukum Sabda dan rencana pembalasan untuk Beno. Sehingga Prado yang sangat menyayangi adik kembarnya, mengabaikan perasaan dan kebahagiaannya sendiri. Tanpa Prado menyadari, bahwa tindakannya itu menyakiti dokter Rossy, wanita yang sudah mengisi hampir semua ruang di hatinya.
Sampai sebuah kejadian yang menyadarkan Prado untuk segera mempatenkan haknya atas dokter cantik itu. Kejadian heboh penculikan dokter Rossy oleh mantan pasiennya sendiri, membuat Prado kalang kabut. Prado hampir putus asa karena takut kehilangan cintanya.
Akhirnya pernikahan mereka secara sakral dan sederhana digelar, sedangkan untuk acara resepsi, akan diadakan setelah Sabda keluar dari penjara.