NovelToon NovelToon
Wilona Gadis Desa Yang Jenius

Wilona Gadis Desa Yang Jenius

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Call Me Nunna_Re

Wilona Anastasia adalah seorang gadis yang dibesarkan di desa. namun Wilona memiliki otak yang sangat jenius. ia memenangkan beberapa olimpiade dan mendapatkan medali emas sedari SMP. dia berniat untuk menjadi seorang dokter yang sukses agar bisa memberikan pengobatan secara gratis di desa tempat ia tinggal. Lastri adalah orang tua Wilona lebih tepatnya adalah orang tua angkat karena Lastri mengadopsi Wilona setelah Putri satu-satunya meninggal karena sakit. namun suatu hari ada satu keluarga yang mengatakan jika mereka sudah dari kecil kehilangan keponakan mereka, yang mana kakak Wijaya tinggal cukup lama di desa itu hingga meninggal. dan ternyata yang mereka cari adalah Wilona..
Wilona pun dibawa ke kota namun ternyata Wilona hanya dimanfaatkan agar keluarga tersebut dapat menguasai harta peninggalan sang kakek Wilona yang diwariskan hanya kepada Wilona...
mampukah Wilona menemukan kebahagiaan dan mampukah ia mempertahankan kekayaan sang kakek dari keluarga kandungnya sendiri...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15

Setelah tiga hari penuh ketegangan dan persaingan sengit, pengumuman akhirnya tiba di aula SMU Alexandria yang dipenuhi oleh para siswa dan guru. Suasana hening seketika pecah ketika Kepala Sekolah berdiri di depan podium, wajahnya memancarkan kebanggaan sekaligus harapan besar.

 "Baiklah saya akan mengumumkan hasil dari seleksi yang telah kita adakan selama tiga hari ini, dan yang terpilih adalah... Dengan nilai tertinggi 99 poin, peringkat pertama diraih oleh Wilona Anastasia dari kelas XII, " suaranya lantang menggetarkan ruang itu. Wilona, yang duduk di barisan depan, menundukkan kepalanya sejenak, napasnya tercekat oleh campuran rasa lega dan bangga. Matanya yang biasanya tajam kini berkilat haru, bibirnya tersenyum tipis menahan kegembiraan yang hampir pecah.

"Dimas Anggara dari kelas XI mendapat peringkat kedua dengan 90 point". Ia berdiri dari kursinya, mengusap keringat di dahinya dengan tangan gemetar, menyadari perjuangannya belum cukup untuk mengalahkan Wilona, tapi tetap bangga dengan hasilnya. Sementara Tania Kusuma, siswi kelas X yang duduk paling belakang, menatap lurus ke depan dengan mata penuh tekad.

"Dan yang terakhir adalah Tania kusuma dengan 87 point."

"Tan, lo gak denger kalau lo cuma peringat 3 dan Wilona yang peringkat 1." bisik Adelia..

APA?!” suara Tania nyaring banget sampai semua orang menatapnya.

“Lo bercanda kan? Gimana bisa dia di peringkat satu?!”

Wilona yang kebetulan lagi lewat cuma melirik sekilas sambil berucap....

“See... Gue buktiin kalau gue gak Omdo...”

Tania mencibir. “Lo pasti nyontek, kan? Gue yakin lo nggak mungkin bisa ngerjain soal itu secepat itu.”

Wilona berhenti dan menatapnya dingin.

“Lo boleh tuduh apa aja, tapi lo nggak punya bukti.”

“Oh tenang aja,” Tania menyeringai. “Gue bakal punya.”

Beberapa jam kemudian, Wilona dipanggil ke ruang kepala sekolah. Begitu masuk, dia langsung ngerasa atmosfernya aneh, dan terlalu tegang. Di sana udah ada Bu Ratna, Tania, dan beberapa guru. Tapi yang bikin Wilona kaget adalah ketika dia melihat Paman nya Wijaya duduk di sofa. Wajahnya kaku, tapi matanya penuh kekecewaan.

“Wilona, duduk,” kata Bu Ratna dengan nada dingin. “Kami mendapat laporan bahwa kamu telah melakukan kecurangan saat seleksi olimpiade.”

“Kecurangan?” Wilona mengulang pelan, nada suaranya datar tapi bergetar sedikit. “Saya nggak ngelakuin apa-apa kok, Bu.”

“Tapi ada saksi yang bilang kamu melihat catatan kecil di bawah meja,” sambung salah satu guru.

Wilona menatap Tania. Cewek itu cuma nyengir tipis, tangannya pura-pura sibuk main ponsel.

“Itu bohong, Bu. Saya bahkan nggak bawa apa pun selain alat tulis keruang ujian.”

“Wilona,” suara Wijaya ikut masuk, “kamu sadar nggak kalau nama keluarga Kusuma yang kamu bawa itu berat? Tante sama Paman malu kalau kamu bikin masalah seperti ini” ucap Wijaya mendramatisir.

Wilona menatap pamannya tajam.

“Paman pikir aku mau mempermalukan nama keluarga? Aku cuma ikut seleksi olimpiade, bukan seleksi nama keluarga."

Wijaya menatapnya sinis. “Kamu harusnya tahu diri. Jangan bikin keluarga ini terlihat rendah dimata orang lain.”

Seketika ruang kepala sekolah itu hening. Wilona mengepalkan tangan nya kuat. Rasanya sakit banget dituduh begitu saja seperti itu padahal dia nggak salah. Tapi sebelum dia sempat menjawab, tiba-tiba suara langkah cepat terdengar dari luar.

Pintu ruang kepala sekolah terbuka, dan muncullah Galen. Wajahnya tegas, tapi matanya tajam penuh amarah.

“Bu Ratna, maaf saya masuk tanpa izin,” katanya dingin. “Tapi saya rasa saya perlu bicara soal Wilona.”

Semua orang langsung kaget, terutama Wijaya dan Tania.

“Galen? Kamu kenal dia?” tanya Bu Ratna heran.

“Kenal,” jawab Galen singkat. “Dan saya tahu Wilona nggak nyontek. Dia memang pintar, Bu. Saya lihat sendiri cara dia ngerjain soal di rumah waktu kami latihan bareng minggu lalu.” bohong Galen.

Tania langsung panik. “Lo ngarang kan kak Galen! Mana buktinya?”

Galen menatapnya datar. “Lo pengen bukti?”

Dia mengeluarkan ponsel di saku celana nya, dan mem buka file video pendek. Dalam video itu, kelihatan Wilona lagi menyelesaikan soal yang sama dengan rumus dan langkah-langkahnya yang identik. Video itu diambil beberapa hari sebelum seleksi di rooftop sekolah bukan di rumah.

Bu Ratna menatap layar ponsel itu dengan serius.

“Ini… video kamu latihan, Wilona?”

Wilona mengangguk pelan. “Iya, Bu. Galen waktu itu bantu saya buat simulasi soal.”

Kepala sekolah menghela napas panjang. “Baiklah, saya rasa tuduhan ini nggak berdasar.” ucap Ratna menatap guru-guru lain. “Hapus laporan fitnah ini.”

Tania langsung pucat. “Tapi Bu....”

“Cukup, Tania. Kamu seharusnya malu memfitnah sepupu kamu sendiri.”

Wijaya yang dari tadi diam dan kepalang malu akhirnya berdiri. “Kalau memang begitu, saya pamit.” Nada suaranya tetap dingin, tapi Wilona bisa lihat wajahnya kesal. Mungkin karena rencananya gagal, mungkin karena malu di depan Galen dan kepala sekolah.

Setelah semuanya bubar, cuma Wilona dan Galen yang masih tinggal di ruangan itu.

“Kamu nggak perlu datang sejauh ini buat nolong aku,” kata Wilona pelan.

“Aku nggak tahan lihat kamu diperlakukan nggak adil,” jawab Galen lembut. “Aku tahu kamu nggak akan pernah nyontek.”

Wilona menatapnya, sedikit tersenyum. “Kamu percaya banget, ya, sama aku?”

“Aku selalu percaya sama kamu,” ucap Galen, suaranya tenang tapi dalam. “Karena aku tahu kamu bukan cuma pintar, tapi juga kuat.”

Wilona menunduk, jantungnya berdetak cepat. Ada kehangatan yang aneh di dadanya ada sesuatu yang sebelum nya nggak pernah dia rasakan.

“Makasih, Galen…”

“Sama-sama, Lona.”

"Lona?."

"Ya.. Mulai hari ini aku panggil kamu Lona."

Blushh...

Mereka keluar dari ruangan bersama. Di lorong, siswa-siswa lain mulai bisik-bisik lagi, tapi kali ini suaranya beda.

“Gila, ternyata Wilona emang jenius!”

“Dia keren banget bisa ngalahin Tania.”

“Dan Galen bela dia, men! Itu keren banget..”

Wilona cuma senyum kecil. Dia tahu, ini baru permulaan. Dunia mereka masih penuh jebakan dan fitnah, tapi untuk pertama kalinya — dia ngerasa nggak sendirian.

Di belakang, Tania berdiri diam sambil mengepalkan tangan. Wajahnya pucat tapi matanya menyala dengan amarah.

“Lo menang hari ini, Wilona,” bisiknya pelan. “Tapi lo bakal jatuh di kaki gue. Tunggu aja.”

......................

Malam ini hujan turun pelan, hanya ada rintik-rintik, tapi cukup buat bikin suasana rumah Kusuma terasa dingin dan tegang.

Wilona baru aja sampai di halaman, payung kecilnya meneteskan air. Lampu teras redup, dan dari balik jendela, dia bisa lihat bayangan seseorang berdiri dan itu... Tante Sinta.

Begitu Wilona buka pintu, suara keras langsung menyambut nya, suara siapa lagi kalau bukan...Shinta...

“Kamu dari mana aja seharian ini, Wilona?!”

Suara itu bikin Wilona berhenti di depan pintu, napasnya tertahan.

“Aku… dari sekolah, Tante.”

“Sekolah sampai malam?!” Sinta melotot. “Jangan bohong sama Tante! Paman kamu dipanggil kepala sekolah gara-gara kamu dituduh nyontek! Malu, Wilona! MALU!”

Wilona menunduk, menahan air mata. Dia tahu percuma ngejelasin. Orang-orang di rumah ini nggak pernah mau denger penjelasannya.

“Aku nggak nyontek, Tante. Itu cuma fitnah—”

“FITNAH?!” suara Sinta makin tinggi. “Tania nggak mungkin bohong! Dia itu anak baik, selalu jujur. Kalau dia bilang kamu curang, berarti kamu memang curang!”

Wilona menggigit bibir bawahnya. Anak baik? Anak baik yang bayar orang buat ngejebak aku?

Tapi Wilona nggak berkata apa-apa. Dia lebih memilih untuk diam.

Dia cuma jalan pelan meninggalkan ruang tamu, ingin langsung masuk kekamar nya. Tapi langkahnya terhenti waktu mendengar suara Tania dari tangga.

“Ma, biarin aja,Ma . Mungkin Wilona capek,” ucap Tania dengan nada lembut, tapi matanya menatap tajam, penuh sindiran.

“Aku kasian ngeliat dia disalahin terus.”

Sinta langsung melunak. “Kamu memang terlalu baik, Tania.”

Wilona cuma diam. Tapi dalam diam itu, dia bisa merasakan Tania seperti ingin main peran di depan Mama-nya. Lagi-lagi, dia yang harus keliatan buruk, sementara Tania selalu jadi malaikat.

1
Evi Lusiana
jd tania itu wilona y thor?
Yurin y Meme
Membuat saya terharu
Call Me Nunna_Re: makasi kk sudh mampielr🙏 semoga suka
total 1 replies
Call Me Nunna_Re
makasi kk sudh mampir🙏
Tachibana Daisuke
Asiknya baca cerita ini bisa buat aku lupa waktu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!