Squel dari putri perawan milik daddy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nila KingShop Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa bersalah yang menghantam
Edo mencoba membiasakan bola matanya atas silau nya cahaya matahari yang menembus lapisan kaca jendela kamar miliknya, sejenak dia merasakan gerakan lembut dari balik dada bidang nya.
Yah dia tahu itu pasti Vio.
Masih sambil memijat-mijat kepalanya yang terasa sakit karena efek mabuk semalam dia mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi.
Ramira membantu membawa nya pulang semalam, dan..... sejenak Edo membeku saat ingatan acak nya terus berjalan.
Dia dengan cepat mencoba menyibak selimut yang ada di Antara dirinya dan Vio.
Oh shi..t.
Mereka tidak menggunakan selembar penutup tubuh sama sekali.
My god
Dia fikir Jadi apa yang terjadi semalam bukan halusinasi atau mimpi? bahkan ketika dia setengah tersadar dari keadaan karena Vio merengek berkata sakit dia masih terus bergerak menghantam pertahanan gadis kecil itu tanpa fikir panjang.
Dia benar-benar telah merusak masa depan putri kakak nya sendiri.
Sial.
Umpat Edo sambil mengusap kasar wajah nya.
Vio secara perlahan mulai bergerak dari posisi Awalnya, terdengar rintihan kecil dari bibir perempuan kecil itu, yah sekarang Vio jelas bukan seorang gadis lagi sebab Edo dengan serakah melahap kegadisan Vio semalam Tanpa basa-basi, rasa perih dan sakit jelas masih mendominasi di bawah sana, bahkan cukup membuat Vio tidak nyaman dengan keadaan.
Edo secepat kilat membenahi posisi tidurnya, dia menatap Vio sambil mencoba menggeser tubuh Vio agar menempel ke arah nya.
"Sakit kah?"
Tanya Edo pelan dengan ekspresi khawatir.
Vio jelas tersentak kaget saat tubuhnya digeser dan suara uncle nya mendominasi di balik telinga nya.
Vio langsung mengangguk cepat sambil menatap dalam bola mata uncle nya beberapa waktu, kemudian dia membuang pandangan nya, Selain karena perasaan malu yang mendalam, perasaan bersalah dan takut juga menghantam dirinya.
Malu karena dirinya telah melewati malam panas bersama uncle nya sendiri, merasa bersalah pada Mommy dan Daddy nya juga takut bagaimana jika Uncle nya tiba-tiba membenci nya dan Mommy serta Daddy nya juga tiba-tiba membenci nya.
Seketika air mata Vio jatuh, dia mencoba bangun dari tidurnya, mencari pakaian nya dengan cepat.
"Vio..."
Seketika Edo merasa begitu bersalah, laki-laki itu dengan cepat berdiri, meraih handuk di atas kursi, menyambar nya dan dengan cepat memakai nya.
Lantas Edo secepat kilat mendekati Vio, meraih selimut dan menutupi tubuh Vio dengan cepat.
"Apa kamu marah pada uncle?"
Tanya Edo sambil menarik selimut yang menempel ditubuh Vio, mengencang nya hingga ke depan tubuh Vio.
Gadis itu menggeleng pelan.
"Maafkan aku, uncle"
Tiba-tiba tangis Vio pecah, rasa bersalah menggerogoti dirinya.
"Aku membuat semuanya jadi sulit, seandainya aku tidak datang ke kamar uncle hingga memancing mungkin semalam tidak akan terjadi"
Ucap nya sambil menggenggam tangannya yang sejak tadi memegangi pakaian nya yang dipungut nya itu.
Edo secepat kilat menggelengkan kepalanya.
"Tidak ini bukan salah kamu, uncle yang tidak bisa mengendalikan diri uncle, oke?"
Edo menyentuh wajah Vio yang telah dipenuhi oleh air mata.
"Ini salah ku"
Vio terus terisak didalam tangisan nya.
"Bagaimana jika Mommy dan Daddy tahu? mereka pasti akan menyalahkan uncle, padahal uncle tidak pernah menggoda aku, aku yang salah karena selalu menempel pada uncle"
Vio terus bicara sambil mengencangkan remasan di tangannya.
Edo secepat kilat memeluk erat tubuh Vio.
"Tidak ini salah uncle,bukan salah kamu, saat ini mari membersihkan tubuh, sarapan lalu baru kita fikirkan langkah kedepannya"
Ucap Edo pelan sambil menggesek-gesekkan dagunya ke puncak kepala Vio.
"Ini bukan hal yang bagus, ini sama dengan kita telah melakukan hal yang diluar nalar dan jelas merupakan sebuah dosa besar, Uncle akan fikirkan solusi terbaiknya nanti"
Edo melepaskan pelukan Vio.
"Sekarang hapus air mata ini"
Laki-laki itu bicara sambil menghapus air mata Vio secara perlahan.
"Mari tetap tersenyum seperti biasanya hmm"
Ucap Edo lagi sambil menggenggam hangat wajah Vio.
Yah ini bukan hal baik bagi Edo, dia harus mencari pemecahan permasalahan ini, dia jelas tidak bisa membiarkan keadaan ini menjadi semakin tidak terkendali, tidak dipungkiri masa depan Vio telah hancur di tangan nya dan dia tidak mungkin membiarkan semua ini semakin larut dalam ketidak jelasan.
Dia bukan bajingan bukan? yang bisa seenak nya menghancurkan masa depan seorang gadis kecil tanpa berfikir untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dia butuh seseorang yang mampu memberikan dia solusi terbaik saat ini, siapa?
Farhan dan Ramira.