Diceraikan di malam pertamanya sebagai pengantin, membuat Embun terdiam dengan seribu bahasa.
Perceraian itu membuat ibunya kembali menjodohkan Embun dengan seorang tuan muda kaya raya. Mengetahui gadis itu pernah menikah dan bercerai, "Apa yang akan kau tawarkan agar aku mau menikahi mu?" seru tuan muda dingin itu padanya.
Waktu pun berlalu, tiga tahun kemudian setelah perceraian dengan Agra, mereka bertemu untuk pertama kalinya, "Milka, lihatlah betapa menyedihkannya dia. Selama tiga tahun ini apakah dia tidak bisa hidup dengan benar?" ejek Agra pada Embun, mantan istrinya.
Dia baru saja melempar bara api kehadapan istri seorang tuan muda Rendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La_Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Cara
Matahari semakin beredar tinggi di peraduannya membuat panasnya semakin terik, perlahan Embun membuka kedua matanya. Lelah, dan sakit itulah yang ia rasakan.
Dengan pelan dia mencoba untuk bangun, "Sssshhh... sakit sekali," disibaknya selimut putih yang menyelimuti tubuhnya, dilihatnya bercak merah yang mengering di atas seprai. "Bukankah itu darah? Pantas saja rasanya sangat sakit."
Dari luar kamar An dan Yun mengetuk pintu dengan setengah kuat, "Nona maaf mengganggu, tetapi tuan muda meminta kami untuk membersihkan kamar."
"Iya, sebentar."
Embun bergegas turun dari ranjang dengan sedikit memaksa ditengah rasa sakitnya, diraihnya kimono mandinya yang tadi tergeletak di atas lantai saat Rendra melepaskannya, Embun pun memakainya kembali.
Setelah memakai kimononya dia pun melangkah untuk membukakan pintu kamar, "Masuklah," dia menyambut dengan seulas senyum yang kemudian dibalas anggukan dan juga senyuman dari kedua pelayan itu.
"Ah iya baik, nona."
Mereka berdua pun masuk kedalam kamar sementara Embun masuk ke dalam bath room untuk membersihkan dirinya.
Kedua pelayan itu membersihkan kamar dimulai dari mengganti cover sofa, membersihkan meja adalah tugas dari Yun sementara An, dia bertugas untuk mengganti sarung bantal dan saat menarik selimut putih dari atas ranjang dirinya sontak terkejut saat melihat noda darah yang mengering di seprai.
Wajahnya merona merah dan terasa panas, aaaa kesucian matanya sudah ternoda oleh hal mesum seperti itu.
"Hei Yun," seru An memanggil rekan kerjanya itu.
"Apa?"
"Cepat kemari, ada kabar menggembirakan," hihi dia terkekeh sepertinya otaknya juga mulai di kotori.
"Ada apa An, mengapa kau terlihat begitu aneh?" tanya Yun dengan penasaran, dia pun mendekatinya.
"Lihat itu."
Yun mengikuti arah telunjuk An yang mengarah ke seprai, "Oh astaga, benarkah itu?" keduanya bersitatap senang, "Bukankah itu artinya akan ada bayi yang lahir di rumah besar ini?"
"Bayi apa? Berani sekali kalian bergosip di jam kerja. Mau ku pecat kalian berdua, hah!" tandas Rendra yang ternyata sudah berdiri di ambang pintu entah sejak kapan, wajahnya dingin membuat kedua pelayan itu menelan.
"Kenapa masih diam?!"
Omo! Atmosfer di kamar itu mendadak berubah jauh lebih seram, serasa akan ada asteroid yang menghantam mereka.
"Ma- maafkan kami tuan," ucap kedua pelayan itu sembari memberikannya bow lalu dengan cepat mengganti sarung bantal, dan seprai ranjang serta selimut.
Semuanya kembali menjadi baru lagi, "Kami sudah selesai membersihkan kamar ini tuan, sekarang kami pamit mau kembali ke bawah," ucap An, lalu keduanya mengangguk hormat.
Rendra hanya diam saja namun mata dinginnya terus mengikuti langkah kaki kedua pelayan itu yang berjalan melewatinya hingga menghilang setelah menuruni anak tangga.
"Ah..." nafas lega kedua pelayan itu setelah sampai di lantai bawah.
"An, ini semua gara-gara dirimu. Lihat kan sekarang bagaimana tuan muda memarahi kita?"
"Ah sudahlah, jangan terlalu pusing memikirkannya... ayo kita beritahu pak Li mengenai kabar bahagia ini, setidaknya para chef akan memasak dan menyiapkan hidangan sehat untuk calon ibu hamil."
Panjang kali lebar An menjelaskannya yang tanpa sadar di balik tembok itu ada Leony yang menguping semua pembicaraan mereka.
Wajahnya memanas dengan rahangnya yang mulai mengeras, "Sial!"Sekarang saja dirinya sudah begitu sulit untuk mendekati Rendra, apa lagi nanti saat wanita kampungan itu hamil. Dia harus memikirkan sebuah cara agar kehamilan itu tidak terjadi.
wlpn sultan klu aku mah ogah punya suami spt Rendra nih.percuma aja baik" lembut" tapi kepala batu selip dikit salah pasti kena hukuman