Cerita ini berpusat pada perjalanan Anita, seorang wanita yang dikhianati, dan bahkan dibunuh secara semu oleh suaminya Hendric dan sahabatnya Reina-semua karena hasrat akan harta dan kekayaan. Malam yang mengubah segalanya terjadi di Jakarta, ketika Anita menyaksikan perselingkuhan keduanya dan mendengar rencana mereka untuk mengorbankannya. Dalam kepanikan, dia melarikan diri tapi terjebak di tepi tebing, kemudian dilemparkan ke lautan. Namun, takdir mempertemukannya kembali.
ima tahun kemudian, dia muncul sebagai Natasya, kuat dan penuh tekad untuk membalas dendam dan membongkar kebenaran. Di tengah semua itu, ada Ryujin-seseorang yang mencintainya dengan tulus dan selalu ada di sisinya, menjadi pijakan emosional dan kekuatan dalam perjuangannya menuju keadilan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heryy Heryy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32.Tebing Jurang yang Menentukan: Janji di Tengah Hutan
Hendric membuka sumpal mulut Natasya dengan kejam, membuatnya merasakan sakit di rahang. "Hendric, kamu benar-benar biadab, lepaskan aku!" seru Natasya dengan penuh amarah dan rasa jijik. Matanya menatap Hendric seolah ingin membakarnya, benci pada pria yang dulu ia cintai tapi sekarang hanya ingin membunuhnya.
Di apartemen, Ryujin sedang panik. Ia sudah beberapa jam tidak bisa menghubungi Natasya, dan perasaan buruknya semakin membesar. Tiba-tiba, telponnya berbunyi—dari Ines. "Ryujin! Tolong, Natasya berada dalam masalah! Dia mengirim pesan 3 jam lalu, katanya ada di bangunan kosong di pinggiran kota!"
Ines segera mengirim alamat tersebut ke ponsel Ryujin, sementara ia menghubungi polisi dengan tergesa-gesa. "Natasya, tunggu aku!!" bisik Ryujin sambil memacu mobilnya secepat mungkin, jantungnya berdebar kencang takut terlambat.
Di dalam bangunan, Natasya melihat para penjaga Hendric sedang lengah, berbicara dan merokok di depan ruangan. Ia melihat sebuah pecahan kaca di lantai, kemudian mengendap-endap mengambilnya. Dengan hati-hati, ia menggunakannya untuk memotong ikatan di tangannya—rasa sakit menyebar di kulitnya, tapi ia tidak peduli. Setelah tangan bebas, ia segera membuka ikatan ayahnya yang terikat di kursi.
"Ayah, ayah, bangun ya. Kita harus keluar dari sini," bisiknya lembut, memijat lengan Pak Andra yang kaku.
Pak Andra membuka mata dengan susah payah, wajahnya pucat dan lelah. "Anita... putriku... kamu benar-benar ada di sini?"
Natasya mengangguk dengan air mata. "Ya, ayah. Ini aku Anita, putri ayah. Tolong bertahan, kita akan keluar dari sini."
Ia kemudian mengambil batu kecil dan melemparkannya ke arah jendela, membuat suara bising yang mengalihkan perhatian penjaga. Saat mereka berlari ke arah pintu belakang, Natasya dan ayahnya berhasil keluar dari bangunan tanpa terdeteksi. Tapi tanpa sadar, mereka masuk ke dalam hutan lebat yang berada di belakang bangunan.
Beberapa saat kemudian, para penjaga menyadari bahwa Natasya dan ayahnya sudah melarikan diri. "Pak Hendric! Mereka lari! Masuk ke hutan!" teriak salah satu penjaga melalui telepon.
Hendric marah besar. "Cari mereka! Jangan biarkan mereka lolos! Hapuskan mereka tanpa jejak!"
Para penjaga segera mengejar mereka ke dalam hutan, membawa tongkat dan senjata tajam. Ryujin yang baru saja tiba di bangunan melihat mereka masuk ke hutan, lalu segera mengikuti mereka dengan berjalan cepat, menyembunyikan diri di balik pohon dan semak-semak.
Di tengah hutan yang gelap dan lembap, Natasya sedang mencari jalan keluar sambil memapah ayahnya yang semakin lemah. "Anita... aku lelah..." bisik Pak Andra, tubuhnya mulai goyah.
"Segera, ayah, sebentar lagi kita akan keluar," katanya dengan penuh harapan. Tiba-tiba, ia mendengar suara teriakan dari kejauhan. "Natasya! Anita!"
"Itu suara Ryujin!" teriak Natasya dengan senang, segera menghampiri arah suara tersebut. Tapi saat ia berjalan cepat, kakinya tersandung akar pohon. Ia terjatuh, dan ayahnya juga terjatuh bersamanya. Pak Andra mengerang sakit, tubuhnya terlalu lemah untuk bangun lagi.
Tepat pada waktunya, para penjaga menemukan mereka. Ada 4 orang, semua dengan wajah kejam. Mereka segera mengejar Natasya, yang berusaha membela dirinya dan ayahnya dengan batu yang ada di sekitar. Tapi mereka terlalu banyak—mereka menangkap kembali Natasya dan ayahnya, menarik mereka dengan kekerasan.
"Jangan sentuh ayahku!" teriak Natasya, mencoba melawan, tapi tidak berdaya.
Ryujin mendengar teriakan Natasya dan segera berlari ke arah sana. Saat ia tiba, ia melihat Natasya dan ayahnya sedang dibawa ke tepi jurang yang dalam—angin kencang meneriakkan di bawahnya, dan tidak terlihat dasar.
"Jangan sentuh dia! Lepaskan mereka sekarang!" teriak Ryujin dengan sekuat tenaga, mendekat dengan langkah mantap.
Para penjaga menoleh, melihat Ryujin dengan tatapan merendahkan. "Kamu siapa? Jangan campur urusan orang lain!"
Ryujin tidak menjawab—ia langsung melompat dan bertarung melawan mereka. Tubuhnya kuat, dan ia berhasil menjatuhkan dua orang dengan cepat. Yang lain mencoba menyerangnya dengan tongkat, tapi Ryujin menghindar dan memukulnya hingga pingsan. Ia merasa lega, berpikir sudah selesai—namun ia tidak menyangka satu di antara mereka menyembunyikan pistol di saku jaketnya.
Saat Ryujin lengah, penjaga itu mengambil pistol dan menembak ke arahnya. "Duarrr!!" suara tembakan terdengar keras di hutan, membuat semua orang terkejut.
Tanpa berpikir panjang, Pak Andra mendorong Ryujin dengan kekuatan terakhirnya. "Tunggulah, putriku!" bisiknya.
Peluru tersebut mengenai dada Pak Andra, dan tubuhnya terlempar ke tepi jurang. Ia mengerang sekejap, kemudian jatuh ke dalam jurang yang gelap tanpa jejak.
"Tidak !!!!!" teriakan Natasya yang menyakitkan, membuat hutan seolah bergetar. Ia ingin melompat mengikuti ayahnya, tapi Ryujin cepat menangkap tangannya.
Ryujin marah besar. Ia mengambil pistol yang terjatuh di lantai, lalu menghajar penjaga itu hingga tidak sadarkan diri. Kemudian, ia memeluk Natasya yang menangis teresak-esak, tubuhnya berguncang karena kesedihan. Tanpa sadar, ia menyebut nama asli Natasya.
"Anita, berhenti! Kendalikan dirimu!"
Natasya berhenti menangis sejenak, mata membelalak melihat Ryujin. "Apa... tadi kamu memanggilku?"
Ryujin mengangguk, pelukannya semakin erat. "Ya, Anita. Aku sudah tahu siapa dirimu sebenarnya—kamu adalah teman kecilku yang aku tunggu selama ini. Kumohon tenang, kendalikan dirimu. Apa kamu ingin mati?"
"Bagaimana aku bisa tenang, ayah ku... haaaaa, ayah!!" Natasya menangis kembali, air mata membanjiri wajahnya. Kesedihan yang luar biasa membuatnya pingsan di pelukan Ryujin.
Ryujin menggendong Natasya dengan lembut, kemudian membawanya keluar dari hutan. Saat mereka sampai di tepi jalan, sirene polisi terdengar semakin dekat. Polisi datang bersama dengan Ines dan Doni, yang keduanya terkejut melihat keadaan Natasya.
"Ryujin, apa yang terjadi? Dimana ayah Natasya?" tanya Ines dengan khawatir.
Ryujin menggeleng dengan sedih. "Dia jatuh ke jurang. Saya sudah memberitahu polisi untuk mencari dia." Ia meminta Doni dan Ines membawa Natasya ke rumah sakit secepat mungkin, sementara ia pergi bersama polisi untuk memberi keterangan.
Setelah selesai, Ryujin segera menyusul ke rumah sakit. Ia melihat Natasya terbaring lemah di tempat tidur, wajahnya pucat dan tidak ada ekspresi. Ia duduk di sampingnya, menggenggam tangannya dengan erat.
"Maafkan aku Natasya, andai saja aku tidak terlambat, mungkin saja kamu dan ayah mu bisa selamat!" bisiknya, air mata mengalir tanpa henti.
Ines mendekat dan menepuk pundaknya. "Tidak apa-apa, Ryujin. Ini bukan salahmu."
Malam itu, Ryujin menemani Natasya sepanjang malam. Ia tidur dengan kepala di sisi tempat tidur, masih menggenggam tangannya. Saat matahari mulai terbit, Natasya akhirnya sadar. Ia melihat Ryujin yang tertidur, dan perasaan terharu menyelimuti hatinya.
Ryujin bangun segera ketika merasa tangannya bergerak. "Natasya, kamu sudah sadar! Hati-hati!" ia membantu Natasya bangun dengan lembut, memberi dia minuman air.
Natasya melihatnya dengan mata yang masih memerah. "Ryujin... bagaimana dengan ayahku?"
Ryujin menghembuskan nafas pelan, wajahnya terlihat sedih. "Natasya, kamu tenang dulu ya. Polisi masih mencari ayahmu—mereka sedang melakukan pencarian dengan kapal dan tim penyelamat."
Natasya bersikeras ingin keluar dari rumah sakit. "Aku harus pergi mencari ayahku! Aku tidak bisa diam di sini!"
Ryujin memeluknya erat, menenangkan dia dengan suara lembut. "Tidak, Natasya. Kamu masih lemah. Percayakan pada polisi. Lihat aku—aku berjanji akan menemukan ayahmu. Aku tidak akan berhenti sampai menemukan dia, baik itu hidup atau mati. Janji."
Natasya menangis lagi, tapi kali ini adalah air mata terharu. Ia merasa aman di pelukan Ryujin—pria yang dulu adalah teman kecilnya, yang selalu menjaga janjinya, dan yang sekarang adalah satu-satunya harapannya.
Masih eps 1😭😭