NovelToon NovelToon
GAURI, PENGANTIN PILIHAN DEVAN

GAURI, PENGANTIN PILIHAN DEVAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Anak Yatim Piatu / Teen School/College / Romantis / Cintamanis / Idola sekolah
Popularitas:251.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Devan kaget saat tiba-tiba seseorang masuk seenaknya ke dalam mobilnya, bahkan dengan berani duduk di pangkuannya. Ia bertekad untuk mengusir gadis itu, tapi... gadis itu tampak tidak normal. Lebih parah lagi, ciuman pertamanya malah di ambil oleh gadis aneh itu.

"Aku akan menikahi Gauri."

~ Devan Valtor

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Toko roti

Jalan menuju gerbang sekolah terasa lebih panjang dari biasanya. Gauri berjalan sambil menggandeng Devan, sesekali menghentak-hentakkan langkah kecil seperti anak yang terlalu excited setelah menangis lama. Jari-jarinya masih mengait erat tangan Devan, tidak berniat melepas meski satu pun.

Devan tidak mengatakan apa pun, hanya terus menjaga langkah agar tidak terlalu cepat. Sesekali ia menunduk memastikan Gauri tidak tersandung, dan setiap kali itu terjadi, Gauri menatapnya balik dan tersenyum, seolah seluruh emosi kacau beberapa menit lalu tidak pernah ada.

Saat mereka mencapai parkiran sepi, Devan merogoh ponsel dari saku dan menekan nama Agam.

Panggilan tersambung.

"Kenapa Dev?" suara Agam terdengar letih.

"Aku bawa Gauri keluar sebentar," ujar Devan, membuka pintu mobil dan membantu Gauri masuk dulu.

"Ke toko roti."

Hening sepersekian detik. Lalu suara Agam meninggi sedikit, bukan marah, lebih ke terkejut berat.

"Gauri? Dia sama kamu? Loh …Gauri kan lagi tidur di rumah sakit. Gimana dia bisa ..."

"Aku nemuin dia di belakang kebun sekolah," potong Devan singkat. Ia menutup pintu mobil, masuk ke sisi pengemudi.

"Ceritanya panjang, Gam."

Gauri memiringkan kepala, penasaran mendengar nama yang seperti dia kenal. Devan menepuk kepala gadis itu lembut, isyarat agar tenang.

Di seberang sana, Agam menarik napas panjang, terdengar jelas kelelahan bercampur kekhawatiran.

"Oke… oke. Aku nggak bisa ninggalin ruang operasi sekarang. Kamu tolong jagain dia. Kalau sudah selesai langsung antar saja ke rumah sakit."

"Mm"

"Satu hal lagi. Kamu sudah tahu kondisi Gauri kan? Kalau dia marah sedikit saja,"

"Aku tau," balas Devan, baru saja Gauri tantrum gara-gara dia. Tapi dia berhasil menenangkannya.

Ada jeda lama sebelum akhirnya Agam berkata, suaranya melembut.

"Makasih."

Sambungan terputus. Devan meletakkan ponsel di dashboard, lalu menoleh ke Gauri yang menatapnya tanpa berkedip.

"Kakak Agam?" tanyanya pelan, seakan memastikan.

"Hm. Kakak kamu," jawab Devan.

Gauri tersenyum lembut, lalu menyentuh jari Devan pelan, bermain-main dengan kuku pria itu seolah itu hal paling menarik di dunia.

Devan menghela napas pelan, tidak tahu kenapa tindakan sekecil itu bisa membuat dadanya menghangat.

"Mau roti?" tanya Devan.

Gauri mengangguk cepat, sangat cepat, bahkan tubuhnya ikut memantul kecil. Devan tersenyum tipis tanpa sadar.

Mobil melaju keluar dari gerbang sekolah, melewati jalanan kota yang mulai ramai menjelang sore. Sepanjang perjalanan, Gauri memandangi luar jendela, tapi tangannya tidak melepas jemari Devan. Bahkan ketika pria itu harus memindah gigi, Gauri hanya memegang pergelangan tangan, menunggu sampai Devan bisa menggenggam lagi.

Setiap kali tangan mereka kembali bersatu, Gauri tersenyum kecil, kecil sekali, tapi tulus.

Devan berpura-pura tidak melihat. Tapi ujung bibirnya terangkat juga.

Begitu mobil berhenti di depan toko roti favorit kota itu, Gauri langsung membuka pintu dan turun dengan semangat yang membuat Devan buru-buru mematikan mesin dan mengejar.

"Gauri, jangan lari!"

Terlambat.

Gadis itu sudah hampir setengah jalan menuju pintu toko.

Devan mempercepat langkah, mengejar dengan cemas, apalagi orang-orang mulai menatap Gauri yang berlari masuk dengan ekspresi bingung, beberapa tersenyum kikuk, beberapa saling berbisik, beberapa tampak menganggap tingkah gadis itu aneh.

Devan tidak suka itu.

Bahkan belum sepuluh detik berada di dalam, tatapan-tatapan itu sudah menusuk kulitnya seperti jarum kecil. Ia meraih pergelangan tangan Gauri, lembut namun pasti, lalu berdiri sedikit di depan gadis itu, menghalangi pandangan orang.

Tatapannya dingin. Sangat dingin. Orang-orang yang tadinya melihat, spontan memalingkan wajah.

"Gauri mau pilih yang mana?" ujar Devan lembut.

Gauri segera fokus pada rak roti. Matanya berbinar, menunjuk roti satu per satu.

"Itu! Itu mau! Sama itu! Itu juga! Yang bulat itu! Yang manis itu! Yang ada cream putih!"

"Boleh," sahut Devan. “

"Tapi jangan makan sekarang semua. Nanti sakit perut."

Gauri mengangguk keras, sangat patuh.

"Iya!"

Jawaban patuh itu membuat dada Devan terasa aneh. Janggal. Hangat. Campur aduk. Ia memasukkan roti-roti pilihan Gauri ke keranjang, dan saat mereka beranjak menuju kasir, Gauri kembali menggenggam tangan Devan, lebih erat dibanding sebelumnya.

Di depan meja kasir, sementara Devan memindah roti-roti ke meja, Gauri memainkan jari-jari pria itu dengan dua tangan sekaligus. Ia menyentuh buku jarinya, membuat lingkaran kecil dengan telunjuk, sesekali menepuk.

Kasir memperhatikan sekilas. Devan menatap balik tajam. Kasir langsung menunduk.

Setelah pembayaran hampir selesai, suara berat bernada angkuh terdengar dari belakang.

"Devan? Itu kau?"

Devan menoleh perlahan, seorang pria jangkung dengan tatapan merendahkan berdiri beberapa langkah di belakang. Mantan rivalnya di SMA. Orang yang selalu mencoba menyainginya, dan gagal.

Vano namanya.

Vano menatap Gauri sekilas, lalu mengangkat alis.

"Wah, kau balik juga ke Indonesia, ya. Ini siapa?"

Ia menggerakkan dagu ke arah Gauri.

"Pacarmu? Terlihat seperti … orang kurang waras."

Dalam sekejap, udara di sekitar Devan berubah. Tatapannya berubah menjadi tajam mematikan. Bahunya menegang. Urat rahang menonjol. Tangan Gauri yang mencengkeram jarinya ikut terhenti, seolah merasakan perubahan itu.

Gauri menatap Devan dengan bingung. Devan berdiri setengah langkah di depan Gauri, menutupi gadis itu dengan tubuhnya. Suaranya rendah, nyaris seperti geraman pelan.

"Hati-hati kalau bicara."

Vano terkekeh kecil, sok santai.

"Apa? Aku cuma bilang..."

"Sekali lagi," ucap Devan pelan, sangat pelan namun penuh ancaman.

"Coba bilang sekali lagi.'

Keranjang di tangan Vano nyaris jatuh saat ia membaca tatapan Devan. Tatapan yang dulu membuat senior berandalan sekali pun mundur. Tatapan yang terkenal membuat satu sekolah memilih diam kalau dia lewat.

Beberapa detik, Vano seperti kehilangan kata. Tapi egonya tidak menyerah. “

"Aku cuma heran. Kau yang biasanya dingin, eh sekarang gandengan tangan sama ..."

Sentakan kecil terasa.

Gauri memeluk lengan Devan dari belakang, wajahnya bersembunyi di punggung pria itu seperti anak kucing yang ketakutan.

"Ka-kakak ... pulang…?" suaranya kecil, gemetar.

Devan menutup mata sejenak.

Hanya itu yang ia butuhkan untuk mengatur napas agar tidak meledak.

Ia memutar tubuh sedikit, menepuk kepala Gauri lembut.

"Tenang. Kakak di sini." Lalu ia menatap Vano lagi, tatapannya lebih dingin dari es.

"Jangan pernah berlagak seolah kau mengenalku lagi, dan jangan menghina gadis ini lagi. Aku bukan sosok yang hanya akan diam saja kalau orang terdekatku di ganggu. Kau pasti tahu kan?"

setelah mengatakan Devan meraih tangan Gauri menggenggamnya dengan erat lalu membawanya keluar dari toko tersebut. Beberapa orang yang melihat tampak kagum, sedangkan Vano sendiri di anggap aneh dan angkuh. Rahang Vano mengeras. Lagi, Lagi-lagi dia kalah telak pada Devan. Tidak, dia tidak akan kalah lagi. Lihat saja, dia pasti akan menang suatu hari nanti. Vano tersenyum sini.

1
DC
keren
sum mia
kebusukanmu pasti bakal terbongkar Diana . tunggu aja....

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
ari sachio
orng punya harta aja masih kudu nyari itupun datangya cm sebln sekali dan ngais rezekinya aja di t4nya gauri.masih sempet2nya niat d berbuat tdk baik ma gauri.bahkan ampe mo ngilangin nyawa gauri.situ duity msh berseri gitu...jd g takut kehilangn pekerjaan d mjd penghuni sel gituu? yakin masa depan km akn lbh cerah d msh bs pamerin brg bermerek d kehdpnmu yg kau paksakn wahhh di mata orang ke sana sini gituuu? ...yakin devan bakal milih loh??? HERMAN AKU ...

MENDING INSAF DAN HILANGIN AMBISIMU WAT MILIKI DEVAN.DEVANYA AJA G MAU MA ELOH...
Ita rahmawati
saatnya devan tau 😂😂
nyaks 💜
ngaku gak??
Anonim
Gauri masih ingat kalau di tinggal mama, papa, dan kakaknya. Sampai bonekanya juga dibilang hidup lagi, nggak tenggelam.
Apa mereka kecelakaannya tenggelam ya.

Sari - curiga sama Diana. Apa lagi Sari mendapat video dari ponsel Bram - Diana masuk ke area kolam - di jam yang sama ketika Gauri jatoh ke kolam. Semakin layak dan pantas dicurigai.

Bukan hanya tidak melihat Gauri jatoh, Sari... Tapi Diana yang mendorong - gitu lho Sari 😁

Devan.... kemarahanmu kek apa ini nanti ??? Bayangin dululah 🤔
Ny Rudi Harianto
si ular sebijik ini ya....😡😡😡
kudu kau rasa nya
Cristella Tella
bgus... moga segera tau diana yg dorong gauri
Herman Lim
mampossss kena kau Diana jgn harap BS ngajar lagi yg ada kamu bakalan ga di Terima dimn pun kau ingin kerj
ˢ⍣⃟ₛ 𝐀⃝🥀J💜⃞⃟𝓛§𝆺𝅥⃝©Adinѕ⍣⃝✰
hayo bikin alasan yg masuk akal agar Devan dan sari percaya,, tpi sayang nya dg keceplosan mu mereka GK akan percaya
~HartiWyn_Dee_
hayooolooohhh mau ngelak gimana lagi km Diana sedang bukti udah di tangan Devan cepat Devan cecar terus sampai ngaku
lantol
ngopi thor
Desyi Alawiyah
Ngaku aja Diana...
Desyi Alawiyah
Nah, itu kamu ngaku sendiri.. Padahal Sari belum bilang apa-apa loh 😯😯😯
Desyi Alawiyah
Mungkin karna yang ngasih itu kamu, Van... 🤭
Arin
Devan gak mau noleh ke kamu Diana....tapi masih aja sok kenal dekat dan sok kecantikan. Profesimu gak mencerminkan tindakan mu kepada Gauri. Bukan dengan welas asih merangkul dia yang punya kekurangan. Malah dengan egoisnya ingin menyingkirkan dia si pewaris tempatmu mengajar, karena Gauri dekat dengan Devan. Jika sudah ketahuan begini... apa semakin Devan mau menoleh kepadamu??? Paling juga semakin menjauh.........
Shinta Saputri
Mampuslah kamu Diana. Tinggal sejalan lagi perbuatanmu akan ketahuan. Dan kamu akan menanggung akibatnya😂😂😂😂😂
Ilfa Yarni
mampus ketahuan kan kau tp aku penasaran Bram dapat video darimana ya ayo devan cecar trus diana emang, dia yg dorong gauri
vj'z tri
apa perlu kita lapor ke Bu Susi biar ulat 1 ini di tenggelamkan di laut 😁😁😁
faridah ida
udah ngaku aja kamu Diana ....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!