 
                            Feylindita adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang agen rahasia yang bekerja di bawah pusat keamanan negara. Keahlian menembak dan bela diri yang luar biasa, membuatnya menjadi salah satu agen rahasia yang sangat di andalkan. Tak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya, termasuk keluarga bahkan suaminya sendiri.
Ia menikah dengan Giantara Aditama seorang CEO sebuah Mall ternama melalui perjodohan. Tepatnya Feylin 'Dijual' pada keluarga Aditama oleh sang paman yang merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Namun ia beruntung karena memiliki mertua dan ipar yang baik. Cobaannya hanyalah suami yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya.
Apakah hubungan pernikahan mereka akan membaik?
Apakah keluarganya akan mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. TTB
"Kok kamu gak bilang kalo belanja, Sayang? Kan aku bilang kabarin kalo mau belanja, nanti aku temenin." Protes Gian yang tiba - tiba datang dan langsung merangkul pinggang Fey.
"Kak Gian ngapain di sini? Siapa yang kasih tau kalo aku belanja?" Tanya Fey.
"Aku mau nemenin kamu belanja." Jawab Gian yang kini mengambil alih trolly dari tangan Fey.
"Mata - mataku banyak, apa lagi di sini." Imbuh Gian kemudian.
Fey hanya bisa menghela nafas panjang. Ia pun kembali berjalan untuk melanjutkan belanja bahan makanan. Fey tampak serius memilih beberapa jenis daging yang nampak segar terpajang di etalase.
"Sayang, aku pingin makan cumi - cumi yang waktu itu pernah kamu masak." Ujar Gian.
"Yang mana?" Tanya Fey.
"Bayi cumi - cumi, yang kamu campur pake cabai hijau besar." Jawab Gian.
"Oh, itu cumi asin. Bukan di sini tempatnya." Jawab Fey yang kemudian lanjut memilih beberapa udang.
"Aku mau di masakin cumi asin itu." Pinta Gian yang di jawab anggukan oleh Fey.
Karyawan Mall nampak tersenyum melihat bagaimana Gian dengan sabar menemani Fey memilih bahan makanan. Ini adalah kali pertama mereka melihat Gian menemani Fey berbelanja bahan makanan.
"Kenapa bukan tahu yang itu? Yang itu kan lebih besar." Tanya Gian saat Fey mengambil beberapa bungkus tahu.
"Lebih enak yang ini, Kak." Jawab Fey.
"Emang beda? Semua tahu ya rasanya kayak gitu, sama aja." Sahut Gian.
"Beda, yang ini lebih lembut." Jawab Fey lagi. Gian hanya bisa mengedikkan bahu dan kembali mengikuti langkah Fey.
"Kamu gak kerja, Kak?" Tanya Fey.
"Ini lagi kerja." Sahut Gian.
"Kerja apaan? Yang ada kamu bolos kerja sekarang." Ujar Fey sambil menoleh ke arah Gian dengan tatapan tak mengerti.
"Ngawal Istri kan sekarang jadi salah satu kerjaanku." Jawab Gian yang malah cengengesan.
"Aku gak sanggup ngegaji pengawal modelan kayak kamu, Kak." Sahut Fey.
"Aku gak perlu uang. Gaji aja aku pake masakan kamu setiap hari dan cinta." Bisik Gian yang kemudian mencuri kecupan di pipi Fey.
"Kak Gian! Malu di lihat banyak orang." Cicit Fey sambil melotot ke arah Gian.
"Kalo aku suruh mereka semua tutup mata, nanti bibirmu yang aku cium." Kekeh Gian.
"Dasar mesum!" Gerutu Fey sambil berjalan meninggalkan Gian dengan wajah merah.
"Eey, Sayang! Gak ada hukumannya kan mesum sama istri sendiri?" Kekeh Gian yang mengikuti langkah Fey dengan trolly yang dia dorong.
Setelah di rasa cukup, mereka kemudian beranjak ke kasir untuk membayar belanjaan mereka. Ya, walaupun Mall itu milik Gian, mereka tentu tetap di kenakan tagihan setiap berbelanja, walaupun tentu ada perbedaan harga dengan menggunakan Kartu Eksekutif Mall.
Tringg.... Tringg....
Ponsel Fey berdering. Ia segera meraih ponselnya dan melihat nama yang tertera di layar.
"Kapten Yudha. Pasti ada sesuatu yang penting." Batin Fey.
Jelas pasti ada sesuatu jika sampai Kapten Yudha menelfon di hari liburnya. Fey pun segera mengangkat panggilan dari Kaptennya. Fey juga berbicara santai pada Kaptennya seperti berbicara pada rekannya, mengingat ia sedang tak sendiri sekarang.
"Ada apa, Sayang?" Tanya Gian setelah Fey menutup panggilannya. Sedari tadi Gian memang memperhatikan raut wajah serius Fey saat menerima panggilan itu.
"Aku harus ke Kantor sekarang, Kak." Jawab Fey tanpa memberitahukan masalahnya.
"Yasudah, nanti biar aku minta kurir untuk mengantar belanjaan ini." Jawab Gian.
Mereka memang tak memiliki supir pribadi, mereka hanya memperkerjakan seorang ART, seorang Tukang Kebun dan dua orang Satpam di rumah mereka.
Fey dengan terburu - buru meninggalkan Mall setelah berpamitan pada Suaminya. Ada untungnya juga kali ini ia di temani Gian. Jika tidak, ia pasti akan repot harus mencari taksi atau bahkan membawa bahan makanan belanjaannya dulu ke Markas.
Sesampainya di Markas, Fey langsung menuju ke ruangan khusus tempat mereka berkumpul untuk menyampaikan misi, laporan atau sekedar saling berbagi informasi.
Di sana, keenam rekannya yang lain ternyata sudah berkumpul. Tak lama kemudian, Kapten Yudha bersama asistennya masuk, para anggota Agen Rahasia pun langsung berdiri tegap menyambut kedatangan Kapten mereka.
"Selamat pagi!" Sapa Kapten Yudha.
"Selamat pagi, Kapt!" Jawab anggota Agen Rahasia dengan kompak.
"Silahkan duduk." Ujar Kapten Yudha.
"Saya sengaja mengumpulkan kalian di sini karena ada dua pesan dari Jendral yang harus saya sampaikan." Ujar Kapten Yudha yang kemudian menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.
"Pertama, pukul dua siang nanti kita ada tugas penjagaan eksekutif yang akan menghadiri pertemuan rahasia pemimpin tiga negara, dengan nagara kita sebagai fasilitator." Ujar Kapten Yudha.
"Kedua. Dalam minggu ini, kalian akan di kirim untuk pembersihan pemberontak yang ada di salah satu wilayah kita. Keberadaan mereka baru terdeteksi dan anggota Militer lain sedang memeriksa lebih lanjut. Jadi, kalian harus bersiap kapan pun keberangkatannya." Ujar Kapten Yudha.
"Siap, Kapten!" Seru mereka serempak.
"Ada yang keberatan?" Tanya Kapten Yudha.
"Siap tidak, Kapten!" Seru mereka lagi dengan lantang.
"Baiklah, sekarang kalian bersiaplah. Tiga puluh menit waktu kalian untuk bersiap." Ujar Kapten Yudha sebelum meninggalkan para anggota kebanggaannya.
Para anggota segera membubarkan diri dan bersiap di ruangan masing - masing sebelum pergi ke ruang senjata. Fey segera mengganti pakaiannya dengan seragam khusus dan melepas semua aksesoris yang ia kenakan termasuk cincin pernikahannya. Setelahnya, ia segera menuju ke ruang senjata untuk mempersiapkan senjata yang akan ia bawa.
"Lo sakit, Fey?" Tanya Axcel.
"Emang lagi sedikit gak enak badan aja." Jawab Fey.
"Hamil, lo?" Celetuk Elno.
"Mulut lo, El! Gue masih perawan. Perlu di visum?" Cicit Fey sambil mencapit bibir Elno yang berdiri di sebelahnya.
"Yee emang kenapa juga kalo hamil? kan lo punya laki. Justru aneh, lo punya laki tapi masih perawan." Gelak Elno setelah berhasil menyingkirkan tangan sahabatnya.
"Kak El udah deh, jangan ngeledek Kak Fey terus!" Sergah Andre yang baru bergabung.
"Dih, tumben lo baik? Abis di suap lo, ya?" Sinis Elno.
"Iya, emang kenapa? Kak Fey abis ngirimin anak gue susu satu kardus besar kemarin." Sahut Andre.
"By the way, thank's ya, Kak. Gue baru tau dari Emak gue tadi pagi." Ujar Andre.
"Sama - sama. Gue ikut seneng karna Emak sama Babe bisa nerima anak lo." Jawab Fey sambil tersenyum.
"Emang Eiodi kita yang paling the best deh." Puji Doni.
"Iya dong, senior terbaik yang masih punya utang makan - makan." Gelak Daniel.
"Astaga, masih inget aja lo pada." Sahut Fey.
"Iyalah, Kak. Janji adalah hutang, so, lo harus bayar dua kali lipat sih untuk janji yang tertunda sekian minggu." Ujar Yuan yang di jawab anggukan setuju oleh rekannya yang lain.
"Emang TTB ya lo padaan." Gerutu Fey.
"Apaan TTB?" Tanya Axcel.
"Teman Tapi Bajing-an." Jawab Fey yang membuat mereka semua tertawa.
jgn d gntung yaa
q pdamu thor 😃
lg seru2ny nic
Gian lucuuu 😃
mkin sru critanya