NovelToon NovelToon
Jodoh Tak Terduga : Ketika Gadis SMA Dan CEO Dingin Bersatu

Jodoh Tak Terduga : Ketika Gadis SMA Dan CEO Dingin Bersatu

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yp_22

•Sinopsis

Bagaimana jika dua insan yang tak saling kenal di satukan dalam sebuah ikatan pernikahan?

Keduanya hanya beberapa kali bertemu di acara-acara tertentu. Dan pada akhirnya mereka harus terbiasa bersama tanpa adanya sebuah rasa.

Tak terbersit di benak mereka, bahwa keduanya akan terikat oleh sebuah janji suci yang di ucapkan sang pria di depan para saksi.

Akankah keduanya bertahan hingga akhir? Atau malah berhenti di tengah jalan karena rasa cinta yang tak kunjung hadir?

Penasaran sama endingnya? Yuk ikutin ceritanya!..
Happy reading :)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yp_22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

"Lo seriusan udah nikah? Gue lagi gak di prank kan?"

Viona menggeleng dengan kepala yang tetap menunduk.

Flora tampak syok dengan pengakuan sahabatnya yang mengatakan jika ia sudah menikah dengan orang yang sering ia minta pada sahabatnya itu.

"Jadi selama ini, pas gue bilang mau embat tuh Om-om, lo udah jadi istri Nya?"

Viona mengangguk dengan lemah. Kini air matanya sudah tidak lagi keluar, terganti oleh rasa gugup dan takut pada emosi sahabatnya itu.

"Gila, lo kenapa gak cerita sama gue kalo lo udah nikah hah! Lo udah gak nganggep gue sahabat lo lagi!? Hal sebesar ini lo sembunyiin dari gue? Lo sebenernya kenapa sih hah!?"

Viona semakin menundukkan kepalanya. "Gue sebenernya mau cerita sama lo, tapi gue takut lo ngeledek gue, gue takut lo karah sama gue karena idola li gue ambil" jawab Viona dengan suara lirih.

Tangannya saling bertaut, ia takut sahabatnya akan mengamuk.

Melihat Viona yang tampak enggan menatap nya, Flora segera menarik Viona agar masuk ke dalam pelukannya.

"It's okey, gak papa kok. Lain kali, jangan nyembunyiin sesuatu dari gue ya.."

Tangis Viona kembali pecah dalam pelukan sahabat nya, kepalanya mengangguk tanpa ragu.

"Terus sekarang gimana? Lo bilang tadi suami lo mau lamaran kan? Dapet ingo dari mana?" Viona mengurai pelukan dan menatap Flora.

"Pas di toko perhiasan lo liat gak, di stand cincin ada cowok sama cewek yang lagi milih cincin buat tunangan?"

"Iya gue liat, jangan bilang kalo cowok nya itu Om Michael?"

Viona mengangguk mengiyakan.

Flora menghela nafasnya, "jangan gegabah dulu, mending lo tanyain deh sama suami lo. Siapa tau dia lgi nemenin temen ceweknya yang lagi mau tunangan."

Viona diam.

"Udah deh gak usah mellow gitu. Gue jadi ikutan nih.. mending sekarang lo tungguin suami lo pulang, abis itu lo tanyain langsung ke dia".

Viona mengangguk tanda mengerti.

"Tapi sorry, gue gak bisa nemenin. Gue harus pulang sekarang, mamah gue udah ngechat, gak papa kan?"

"Iya gak papa, lo pulang aja. Makasih ya gak marah sama gue, makasih juga udah nemenin gue belanja hari ini".

"Santai aja kali. Harusnya gue yang bilang makasih karena udah bayarin belanjaan gue. Gue pamit ya".

Viona tersenyum dan mengangguk, ia mengantarkan Flora hingga depan rumahnya.

Setelah mobil yang membawa Flora hilang dari pandangannya, senyum Viona hilang.

Ia kembali masuk dan berbaring di atas sofa panjang di ruang tengah.

Satu lengannya terangkat menutupi sebagian wajah Viona.

Air matanya kembali mengalir saat ingatannya kembali terlempar pad kejadian di toko perhiasan tadi.

Air matanya tak berhenti keluar hingga ia merasa lelah dan akhirnya tertidur.

***

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore hari. Viona yang tertidur di atas sofa kini mulai mengerjapkan matanya.

Setelah kesadarannya terkumpul, Viona segera membereskan paperbag berisi belanjaan miliknya dan hendak membawanya ke kamar.

Namun, belum sempat ia melangkahkan kakinya menuju anak tangga, pintu yang sedari tadi tertutup kini terbuka dan menampilkan sesosok pria dengan pakaian yang sudah terlihat lumayan berantakan.

Tanpa menghiraukan keberadaan Michael, Viona kembali melangkahkan kakinya yang sempat tertunda.

Michael yang menyadari perubahan pada istrinya mengerutkan keningnya merasa heran.

Biasanya Viona akan segera menghampirinya dan mengulurkan tangan, tapi sekarang untuk tersenyum saja tidak.

Padahal sebelum mereka berpisah tadi pagi, Viona masih terlihat baik-baik saja dan tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia sedang marah.

Apakah dirinya sudah membuat kesalahan hingga membuat gadisnya marah?

Tapi ia rasa, ia tak melakukan kesalahan apapun hari ini.

Dengan segera ia menutup pintu di belakangnya dan segera berjalan menyusul Viona dengan sebuah paperbag di tangannya.

Sesampainya ia di dalam kamar, ia melihat Viona yang tengah membereskan paperbag ke atas sofa panjang.

Michael segera berjalan menghampiri Viona.

"Kamu kenapa?" Tanya Michael dengan menatap Viona yang tampak enggan tuk menatapnya.

Viona menghentikan pergerakan tangan nya dan berbalik menghadap Michael tanpa benar-benar menatap Michael.

"Enggak papa kok" jawabnya mencoba tuk tenang walaupun matanya kini kembali terasa panas karena menahan air mata yang akan kembali meluncur.

Michael tampak memperhatikan wajah Viona yang terlihat sembab. Masih terlihat jelas dati wajahnya masih ada sisa-sisa air mata yang telah mengering.

"Kamu abis nangis?"

Viona segera mengusap wajahnya dengan tangan mencoba menghilangkan jejak air mata yang mungkin masih tertinggal di wajahnya.

"Enggak kok, tadi aku abis nonton film sama Flora. Film nya bikin sedih, sampe kebawa pas pulang" jawab Viona tanpa menatap mata Michael yang kini tampak menelisik wajah Viona mencari kebohongan.

Michael menghela nafasnya dan menyodorkan paperbag yang sedari tadi berada di tangannya ke arah Viona. "Nanti malam pake ini ya, dandan yang cantik".

Viona diam memperhatikan paperbag di tangan Michael yang masih belum ia terima.

'Apa dia bakalan bawa gue ke acara pertunangannya ya.. gimana kalo di sana gue malah sakit hati karena ngeliat dia yang ngelamar cewek lain?. Enggak, gue gak mau' gumam Viona dalam hati.

Michael yang melihat Viona yang seperti sedang melamun segera melambaikan tangannya di hadapan wajah Viona. "Hey kenapa malah melamun?"

Viona segera mengerjapkan matanya dan menatap Michael.

"Maaf Om, tapi aku gak bisa datang ke acara yang om bikin" ucap Viona.

Senyum yang semula terbit di wajah Michael kini malah meredup kembali dan menyisakan ekspresi kecewa yang sangat kentara.

"Kenapa? Padahal malam ini adalah malam yang sangat berarti buat hidup saya."

"Tapi_"

"Gak ada tapi-tapian, pokonya kamu harus ikut nanti malam. Jam delapan malam nanti akan ada seorang supir yang akan menjemput kamu."

Setelah mengucapkan hal demikian, Michael langsung memberikan paperbag ke tangan Viona dengan paksa.

Setelah memastikan Viona memegang paperbag dengan benar, Michael langsung berlalu menuju kamar mandi.

Viona menatap paperbag besar di tangannya dengan tatapan tak terbaca.

'Baiklah, kalo emang om mau banget gue dateng ke acara Om. Gue bakal dateng, karena mungkin saja ini adalah hari terakhir kita terikat dengan ikatan pernikahan. Lagian Om Mic juga bilang kalo peristiwa ini merupakan hal penting yang terjadi dalam hidupnya, jadi ia harus menyaksikan seperti apa peristiwa yang di sebut penting oleh dia'.

Mata Viona bergerak untuk menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Dengan perlahan ia berjalan menuju meja riasnya dan meletakkan paperbag pemberian Michael di atas meja.

Viona memilih untuk keluar tanpa menyiapkan pakaian Michael. Tujuannya sekarang adalah kamar yang beberapa bulan lalu ia tempati.

Sesampainya ia di kamarnya, Viona langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur empuk setelah mengunci pintu.

Ia memejamkan matanya yang terasa berat, mungkin efek dari menangis terlalu lama.

Viona hanya berdiam diri dengan posisi yang terap sama. Matanya memang terpejam dnegan nafas teratur. Namun sebenarnya di dalam hatinya kini tengah ribut dnegan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti malam di acara pertunangan Michael.

.

.

.

Viona meraba ponselnya yang tergeletak tepat di sebelah nya, perlahan matanya terbuka dan menatap jam yang di tampilkan layar ponselnya.

18:35. Viona menghela nafasnya berat, ia harus segera bersiap untuk menghadiri acara pertunangan suaminya.

Lucu memang, ia yang memiliki gelar istri sah dari Michael Schumacher malah akan menghadiri acara pertunangan dari pria yang masih berstatus suaminya itu.

Viona bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, di sana memang masih tersedia peralatan mandi. Viona sengaja tak ikut memindahkannya ke kamar mandi di kamar Michael.

Ia tak memperdulikan Michael untuk sekarang ini. Ia hanya akan fokus menata dirinya secantik mungkin.

Entah ada apa dengan dirinya, namun kini ia merasa ingin sekali berdandan dengan sempurna dan mengalahkan bintang utama pada malam ini.

Ia juga sebenarnya penasaran seperti apa wanita yang akan menjadi tunangan suaminya itu. Karena saat di toko, ia hanya melihat sebagian wajahnya saja. Itupun tertutupi dengan lengan kekar milik Michael yang berdiri tepat di sebelah perempuan tersebut.

Satu jam lebih Viona berperang dengan kuas-kuas wajah yang akan membuatnya tampil memukau malam ini. Kini ia tengah mengenakan dress yang di berikan oleh Michael kepadanya tadi sore.

Rambutnya yang tergerai sudah tertata dengan rapi. Dress cantik dengan hells elegan menambah kesan mahal pada penampilannya malam ini. Apalagi kalung pemberian Michael yang melingkari leher jenjang nya semakin menambah kesan berani namun tetap tampil elegan.

Viona kembali mematut dirinya di depan cermin full body. Tatapannya terlihat puas melihat penampilannya kini.

Ia melirik jam yang tergantung di dinding kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 19:49.

Sebentar lagi sopir yang di katakan Michael akan datang menjemputnya. Ia meraih ponsel dan tas kecilnya lalu berjalan keluar menuju lantai satu.

Ia tak melihat Michael di dalam rumah, mungkin sudah berangkat sedari tadi, pikirnya.

Beberapa menit kemudian, suara klakson mobil terdengar nyaring.

Viona segera beranjak dari duduknya dan keluar dari rumah menghampiri mobil yang menjemput dirinya.

Setelah Viona masuk dan duduk di bangku belakang, mobil segera melaju menuju tempat yang sudah Michael berikan pada sang sopir.

Satu jam kemudian, mobil yang membawa Viona berhenti tepat di depan pintu masuk salah satu restoran ternama yang ada di pusat kota.

Sopir yang di tugaskan oleh Michael segera keluar untuk membukakan pintu untuk Viona.

"Silahkan Nyonya" ucap sang sopir dengan membungkukkan tubuhnya mempersilahkan Viona untuk keluar dari mobil.

Viona segera keluar dan memandangi restoran dari luar dan melihat jika di sekitar restoran tidak ada tanda-tanda bahwa di dalam sana terdapat banyak orang.

"Apakah benar ini alamat yang di kirimkan Om Michael padamu? Kenapa terasa sangat sepi? Tidak seperti tempat yang akan mengadakan acara" gumam Viona yang masih dapat di dengar oleh sang sopir.

"Benar Nyonya, ini memang restoran yang Tuan Michael kirimkan kepada saya. Anda bisa langsung masuk untuk memastikannya" balas sang sopir.

Dengan langkah pelan, Viona berjalan ke arah pintu restoran dan membukanya.

Viona terpaku melihat restoran yang kini sudah di hias dengan sangat cantik. Di dalam sana hanya terdapat satu buah meja yang sudah terisi dengan buket mawar merah dan lilin mewah. Tak ada lampu yang menerangi ruangan yang luas ini, hanya ada lilin yang menyala di setiap sudut ruangan hingga menimbulkan kesan romantis yang mendalam.

Viona melangkah masuk ke dalam restoran, ia mengedarkan pandangannya berharap menemukan orang lain yang berada di ruangan yang sama dengannya.

Namun nihil, tak ada satu orang pun yang nampak hadir dan menunjukkan kemana ia harus pergi. Ia hanya berjalan sambil mengedarkan pandangannya ke segala penjuru.

Ruangan yang di hias ini sangatlah indah, semua hiasan yang di pakai adalah hal yang sangat di sukai oleh Viona. Dari mulai mawar merah yang berada dalam pot kecil di beberapa titik, lilin aroma terapi yang menimbulkan wangi harum kesukaannya, hingga warna latar yang sangat simple.

Ini semua adalah hal yang sangat di sukai olehnya, lalu kenapa Michael malah menggunakan semua kesukaan nya untuk menghias tempat yang akan di gunakan untuk melamar seorang perempuan?

Viona terus berjalan, berharap menemukan satu pintu yang akan membawanya kepada para tamu yang hadir dan mungkin sedang bersembunyi untuk menyambut sang tokoh utama dalam acara malam hari ini.

1
Chipmunks
Jalan ceritanya bikin penasaran
Aono Morimiya
Aku bisa baca terus sampe malem nih, gak bosan sama sekali!
Linda Ruiz Owo
Suka sejak awal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!