" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?
Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usaha Aqila
Aqila masuk ke dalam kamarnya untuk berganti baju yang lebih santai. Abizam pun mengikuti masuk ke kamar.
"Gimana?? Mau kamu masakkan apa nenek??"
"Akan Qila coba. Tapi nggak tau sesuai dengan selera nenek atau nggak. Moga-moga aja sesuai dengan selera nenek."
"Kamu bisa??"
"Apa selama ini masakan Qila ada yang gagal??"
"Sama sekali nggak. Ini buktinya. Perut kakak semakin buncit."
Abizam menunjukkan perutnya kepada Aqila. Aqila terkekeh karenanya.
"Kalau ini sih karena kakak kurang olahraga. Jadi kakak harus banyak-banyak olahraga lagi biar perutnya nggak buncit."
"Kan udah olahraga malam sama kamu."
"Kak Abi iniii...."
Aqila mencubit perut Abizam yang terkekeh karenanya. Abizam pun memeluk Aqila.
"Semoga berhasil. Kakak ganti baju dulu. Nanti akan kakak susul."
"Oke."
Aqila masuk ke dalam dapur dan mulai mengolah beberapa bahan untuk di masak. Nenek Nurma memperhatikan dari ruang tengah sambil membaca beberapa buku.
"Mami..."
"Iya...Leon mau apa??"
"Leon laper."
"Leon mau makan siomay yang mami buat kemarin??"
"Mau..mau..."
Aqila mengambil siomay yang ada di lemari es kemudian mengukusnya. Leon dan Atlas menunggu dengan sabar. Tidak lama kemudian Aqila memberikan mangkuk berisi beberapa buah siomay dan saus tomat hasil buatan Aqila sendiri. Tidak dibiarkannya Leon makan saus yang dijual dipasaran.
"Ini untuk Atlas. Jadi Atlas jangan dikasih siomaynya ya. Biar bulunya gak rontok."
" Iya mami."
Aqila memberikan tulang-tulangan yang terbuat dari kulit sapi kepada Atlas yang langsung membawanya pergi. Leon pun duduk di ruang tengah bersama nenek Nurma dan Abizam.
"Cucu Oma makan apa??"
"Siomay nek. Nenek buyut mau??"
Nenek Nurma mengerutkan keningnya.
"Masak anak masih dalam masa pertumbuhan di berikan makanan siap saji sih??"
Leon sedikit bingung dengan ucapan nenek Nurma. Diapun menatap Abizam.
"Nenek tenang saja. Siomay ini Aqila yang membuatnya sendiri. Bahan-bahannya juga semua yang dibutuhkan oleh Leon. Bahkan saus tomatnya ini juga Aqila buat sendiri. Untuk semua yang di makan oleh Leon, Aqila yang mengolah sendiri. Bahkan bibi atau mama tidak ikut campur kalau untuk Leon."
"Oh gitu. Boleh nenek buyut coba satu Leon??"
"Boleh."
Nenek Nurma pun mengambil siomay dari mangkuk Leon. Nenek Nurma yang anti makan dengan saus tomat dan kawan-kawannya, sengaja mencocolkan siomay ke dalam saus tomat. Nenek Nurma juga ingin mencoba saus tomat buatan Aqila. Abizam memperhatikan dari sudut matanya sambil melihat laptopnya. Bisa dilihat nenek Nurma yang langsung membelalakkan matanya saat siomay buatan Aqila masuk ke dalam mulutnya. Abizam pun tertawa dalam hati.
"Kak..."
"Oh iya."
Aqila datang dengan membawa nampan berisi teh bunga Rosella di dalam teko. Terdapat dua cangkir dan kue brownies kukus.
"Ini beli??"
Nenek Nurma menunjuk ke arah nampan yang dibawa oleh Aqila.
"Bunga Rosella nya ini Qila beli dalam keadaan masih segar nek. Lalu Qila keringkan sendiri. Kalau browniesnya Qila buat sendiri. Karena kalau beli, kak Abi sama Leon nggak suka. Terlalu manis katanya."
Nenek Nurma melihat ke arah brownies kukus yang ada di nampan.
"Nenek mau teh Rosella nya??"
"Boleh."
Aqila menuangkan teh Rosella untuk nenek Nurma dan menyodorkan brownies kepada nenek Nurma. Nenek Nurma pun mengambil brownies dan memasukkan ke dalam mulutnya.
"Gimana nek??"
Abizam tidak sabar langsung bertanya kepada nenek Nurma.
"Lumayan juga."
Aqila hanya menyunggingkan senyumnya. Sementara Abizam sedikit kecewa dengan reaksi nenek Nurma.
"Siomay Leon sudah habis mami."
Leon pun menyerahkan mangkuk kosongnya kepada Aqila. Aqila pun menerima mangkuk kosong milik Leon.
"Sekarang Leon mandi. Sudah sore."
"Iya mami. Atlas sudah habis kan tulang mu??"
"Guk.. guk..."
Seolah memahami pertanyaan Leon, Atlas menjawab sambil menggoyangkan ekornya.
"Ayo temani Leon mandi."
Leon dan Atlas pun bergegas naik ke kamarnya dan Aqila kembali ke dapur untuk melanjutkan memasak. Tidak berapa lama Leon sudah bersih dan rapi.
"Leon sudah mandi??"
Aqila menatap Leon sambil menggoreng ikan.
"Sudah mami."
"Agak jauh sayang. Mami sedang goreng ikan."
Leon dan Atlas menjauh sedikit dari Aqila tetapi masih berada di dapur.
"Hari ini ada pekerjaan rumah nggak??"
"Ada dong. Leon selalu ada pekerjaan rumahnya."
"Kerjakan sekarang. Sebelum makan malam harus sudah selesai ya. Sebentar lagi mami periksa. Kerjakan sendiri sayang ya."
"Oke mami."
Leon dan Atlas naik lagi ke kamarnya dan mengambil buku pekerjaan rumahnya. Leon duduk di ruang tengah sambil mengerjakan pekerjaan rumahnya.
"Kerjakan apa kamu??"
Abizam yang baru selesai membersikan diri menghampiri Leon.
"Pekerjaan rumah papi."
"Bisa??"
"Ini. Leon bingung disininya. Kalau huruf b sama huruf d bedanya di mana sih??"
"Kalau huruf d yang bulat ke luar. Kalau huruf b yang bulat ke dalam."
Leon menatap dengan penuh tanda tanya kepada Abizam
"Mana yang nggak bisa Leon??"
"Ini mami. Beda huruf d sama huruf b."
"Kalau huruf d, bulatannya ada di sebelah kiri. Mana tangan kiri Leon??"
"Ini mami."
Leon menunjukkan tangan kirinya.
"Oke betul. Kalo huruf b bulatannya ada di sebelah kanan Leon. Mana tangan kanan Leon??"
"Ini tangan kanan Leon."
Leon menunjukkan tangan kanannya kepada Aqila.
"Oke betul juga."
Leon pun melanjutkan menulis pekerjaan rumahnya.
" Qila mandi dulu kak. Badan Qila bau keringat habis masak. Kakak panggil mama sama papa dulu aja. Qila mandinya cepet kok."
"Iya."
Aqila pun naik ke atas untuk membersihkan dirinya. Dan tak lama Aqila bergabung dengan keluarga Abizam untuk makan malam. Di meja makan sudah tersedia opor ayam,bacem tempe, udang goreng tepung, tumis pucuk labu dan pesmol gurame.
"Ini semua kamu yang masak??"
Nenek Nurma bertanya kepada Aqila.
"Dibantu sama bibi tadi nek."
" Oh gitu."
"Padahal bibi hanya nyiapin bumbu nya lo. Iya kan Bi???"
Mama Abizam bertanya kepada Bi Surti yang masuk membawa segelas susu panas untuk Leon.
"Iya. Sejak ada non Qila, bibi hanya nyiapin bumbu-bumbu aja. Kalau urusan masak semua Non Qila yang lakukan. Untuk den Leon juga gitu. Nenek harus lihat waktu non Qila bikin nugget sayuran. Yang kebanyakan sayuran dan langsung dilalap habis sama den Leon."
Nenek Nurma hanya terdiam dan menatap makanan yang ada di hadapan mereka.
"Seenak itu kah??"
"Iya ma. Masakan Qila enak banget."
"Pasti banyak penyedap rasanya kan??"
Nenek Nurma bertanya penuh selidik.
"Bisa bibi pastikan hampir tidak ada nek. Kayak tumis pucuk labu ini ya. Penyedapnya diambil dari kaldu ayam yang dari opor ayam ini tadi. Jadi rasanya mantap banget. Bibi udah nyoba tadi terus ketagihan deh."
Bi Surti tersenyum salah tingkah dengan ucapannya sendiri. Kemudian Bi Surti pun kembali ke dapur.
"Bi Surti bisa aja bilang kayak gitu. Tapi lidah nenek ini sensitif sama penyedap rasa kayak gitu."
"Kalau begitu nenek coba aja."
Abizam menyodorkan tumis pucuk labu dan opor ayam kepada Nenek Nurma. Mereka pun mulai menikmati makan malamnya setelah nenek Nurma mengambil makan malam untuk dirinya.
"Kakak mau makan sama opor??"
"Iya. Dari tadi itu yang menggoda kakak."
Aqila mengambil nasi dan opor ayam untuk Abizam.
"Ada kecap sambal Qila??"
"Ada. Tapi kakak jangan banyak-banyak makannya."
"Iya. Dikit aja. Makan kalo gak pedes itu nggak enak."
"Tapi ya jangan kalap juga kak."
"Iya.... iya sayang."
Interaksi Aqila dan Abizam mengundang perhatian dari Nenek Nurma.
"Leon mau makan apa??"
"Mau udang goreng tepung mami. Kasih mayonaise boleh"
"Oke. Jangan banyak-banyak ya."
"Dikit aja kok mami."
"Opor nya dimakan juga ya?? Harus ada kuahnya kalau makan sayang."
"Iya. Nanti Leon nambah kok mami."
"Tadi kan udah makan siomay. Kok masih nambah???"
"Masakan mami itu selalu bikin Leon lapar. Sampai Leon lupa kalau Leon udah makan."
Aqila terkekeh mendengar ucapan Leon. Setelah memastikan Leon dan Abizam sudah menikmati makanannya, Aqila pun mengambil makan malamnya sendiri. Nenek Nurma pun memperhatikan semuanya. Ada raut puas di wajah nenek Nurma melihat kedekatan Aqila dan Leon.
Setelah makan malam, Aqila yang hendak mencuci piring di cegah oleh Bi Surti.
"Kasih kami pekerjaan non. Kami nhgak mau makan gaji buta."
Aqila terkekeh mendengar ucapan Bi Surti.
"Buah yang udah Qila minta untuk kupas sudah dikupas Bi??"
"Sudah non. Ada di lemari es. Non Qila ambil aja."
"Terima kasih Bi."
Aqila pun membawa piring buah yang ukurannya besar dan piring kecil di ruang tengah.
"Kak Abi mau makan buah??"
"Nanti aja. Kamu kalau mau mengerjakan tugas kuliah mu, kamu kerjakan dulu saja."
" Nggak apa-apa ya Qila tinggal?? Qila harus mengejar ketertinggalan Qila."
"Iya sayang."
Aqila berpamitan dengan nenek Nurma dan kedua orang tua Abizam.
"Sudah waktunya Leon untuk tidur. Ayo sayang."
"Iya mami."
Leon membungkukkan badannya ke arah nenek Nurma dan kedua orang tua Abizam.
"Oma...opa..Leon tidur dulu. Nenek buyut, Leon tidur dulu."
"Papi nggak dipamiti??"
Leon mendekati Abizam dan mencium kedua pipi Abizam.
"Papi...Leon mau tidur dulu. Good night papi."
"Good night jagoannya papi."
"Let's go Atlas."
Atlas mengikuti Aqila dan Leon menuju ke lantai atas. Nenek Nurma memperhatikan mereka berdua yang sesekali bercanda di anak tangga.
"Gimana nek??"
"Nenek masih belum puas. Besok nenek ajak dia ke pasar."
"Besok dia masih ada kuliah. Kalau bisa nenek ajak dia waktu weekend. Nenek bukan nenek yang kaku dengan keputusan nenek kan?"
" Okelah kalau begitu. Weekend akan nenek ajak dia ke pasar."