Siapa bilang pria dingin yang telah tumbuh dewasa itu tidak menyimpan rasa pada sang adik angkat, yang jelas-jelas dirinya hanyalah kakak angkat yang kebetulan di rawat oleh keluarga Satuan.
"Siapa suruh kamu begitu menarik, jangan salahkan kakak jika kamu selama ini jadi fantasi kakak, kamu cantik dannnn menarik Sea. " Delane menatap bingkai foto milik Sea.
Tapii, hubungan itu telah membawa keduanya ke jenjang yang seharusnya tidak di lakukan. Apalagi setelah itu mereka terpisah negara dan juga waktu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Fantasi li4r
Saat Sea hendak pergi juga tangan besar menghentikan langkahnya.
"Sea, kakak mau bicara berdua. Bisa? "
"Iya, dimana? "
"Di tempat itu ya, sambil beli makanan apa gitu, "
"Iya, boleh deh kak Delane. " Setuju-setuju saja selama ini baik-baik saja hubungannya tidak ada yang melampaui batas bahkan.
Gea melihat keduanya lalu ke Brian.
"Mas."
"Gak apa-apa ay, jangan khawatir oke, " Tapi ia merasakan resah.
Delane ini banyak yang menyukainya, selain tampan ia juga pintar serta baik anaknya kalau sampai terjadi apa-apa ya pasti bisa lah di atasi.
"Tapi mas, entah mengapa aku merasakan ada hal lain. Sepertinya Delane menatap putri kita seperti ada sesuatu. " Perasaan seorang ibu yang tidak bisa di sangkal.
"Ay, yuk kita nikmati hari kita. Mumpung anak-anak sibuk sendiri, " Usai memastikan bahwa anak-anak sibuk masing-masing.
Brian sudah mengantisipasi sejak awal, maka dari itu segala sesuatu rencananya sudah ia susun sebaik mungkin, bukan bermaksud menyembunyikan dari sang istri tapi ia tak mau Gea berpikiran yang bukan-bukan.
Sky melihat status sang adik ingin melemparkan ponselnya tapi tak jadi.
"Duhhh hampir aja kehilangan ponsel kesayangan, bisa-bisa daddy bakalan stop uang jajan. " Ingat seketika.
Saat melihat ke arah pantai tidak ada Sea maupun Delane, kemana 2 orang itu. Saat ia hendak berdiri pandangannya menangkap seseorang yang begitu ia kenal, berkali-kali Sky mengucek matanya dan meyakinkan matanya tak salah lihat, benarkah apa yang ia lihat barusan.
"Kemana tuh dua makhluk. " Ia justru melihat hal yang membuatnya tersenyum masam.
"Kok gak ada, sepertinya aku salah lihat. Gak mungkin Olivia berada di pantai ini. " Mencoba menepisnya.
Namun bayang-bayang Olivia berpelukan dengan laki-laki lain tak bisa hilang, padahal tadi niatnya ingin mencari keberadaan sang adik justru hal tak terduga datang, ini masih awal episod cerita cintanya loh kok terasa jadi sad ending.
Lalu ia cari lagi sang adik dan juga Delane.
"Kemana sih orang-orang, kenapa mereka semua pergi. Daddy dan mommy juga, mereka semua asik sendiri. " Dirinya kesal lantaran sendirian di tempat ini.
Meski ya pengawal ada tapi kan tetap beda rasanya kalau gak bareng-bareng keluarga cemaranya.
Tapi soalnya bayang-bayang Olivia muncul lagi, kali ini bukan hanya bayangannya tapi lihatlah, betapa mesranya antara wanita dan pria, pakaiannya juga terlihat sangat pres di badannya. Saat ia hendak menghampiri justru mommy dan daddy nya datang.
"Son, ada apa? " Melihat kearah putranya yang fokus melihat keramaian orang-orang disana.
Sekilas tidak ada yang aneh tapi justru Brian maupun Gea tak tau apa-apa.
"Kemana Sea sama kak Delane, dad? "
"Jalan-jalan, " Santai sekali padahal putrinya jalan dengan Delane yang jelas-jelas anak angkat keluarga Satuan.
"Benarkah? " Filing seorang kakak juga sangatlah kuat, ia tak bisa mempercayai laki-laki manapun.
Namanya lawan jenis memang selalu terjadi di luar nalar, entah posisi fisiknya sempurna maupun tidak, kalau sudah tertarik nafsu ya alamat sudah.
"Iya benar apa kamu ragu ke daddy? "
Sepintar-pintarnya tupai melompat pasti jatuh juga, semua sudah ada di pikiran Brian. Pria umur 51 tahunan ini sudah banyak sekali pengalaman, sejak kecil masalah begini ia sudah sangat paham bukan berarti pernah nacal tapi ya namanya manusiawi.
Sedangkan Sea masih menikmati eskrim meski kini terik matahari belum benar-benar di atas kepala, namun rasa segar dari eskrim sangat menggoda.
"Apakah enak? " Tanyanya saat melihat Sea yang begitu menikmati eskrim corn tesebut.
"Heem, enak kak, "
Namun Delane tersenyum senang, fantasi li@rnya tentang itu berkelana.
"Mau coba rasa lain? "
Sea merasa curiga, lain dalam hal apa ini. Sea bukan perempuan polos seutuhnya loh, novel yang ia buat diam-diam banyak sekali loh meski adegannya masih semi 16+ tapi ada yang hampir 18+ loh, itupun tipis-tipis tapi jelas.
"Rasa lain? Apa kakak Delane yakin? " Sedikit saja di goda.
Coba lihat ekspresi nya, ehhh ternyata telinganya sudah memerah loh.
"Enggak jadi, " Ia menyembunyikan miliknya yang akhir-akhir ini memang meresahkan, sudah sering kali ia tepis namun percuma saat ada sesuatu yang merang siangnya untuk on lagi.
"Eh kok enggak jadi sih, kenapa? " Penasaran.
Apalagi eskrim miliknya sudah mulai mencair.
"Kembali yuk, sepertinya sudah siap pesanannya. " Beranjak dan terburu-buru membawa pesanannya tadi.
Sesampainya di tempat istirahat barulah ia bisa bernafas lega, memang ya dekat-dekat dengan Sea ini gak aman sama sekali.
Tak berselang lama Sea juga telah kembali.
"Baru beli apa Sea? " Gea menatap dari ujung rambut sampai kaki tidak ada masalah, namun tetap khawatir.
"Nemenin kak Delane tuh mom, gak beli apa-apa Sea, " Menghabiskan eskrim cornnya.
Namun ekspresi Sea terus menerus diamati oleh Sky, sky tak percaya dengan apa yang ia tangkap sekarang.
"Kenapa wajahmu murung? "
Sea baru menyadarinya. "Gak ada apa-apa, kak Sky salah lihat kalik, untuk apa murung gak ada masalah apa-apa kok, " Santai.
Sedangkan Delane merasa bersalah sih.
Acara pantainya sudah usai karena semakin siang dan terlihat matahari semakin terik, orang-orang juga mulai bergegas sebab rutinitas lainnya juga perlu. Tak terkecuali keluarga Satuan juga, sebab sebagai seorang pembisnis setengah hari itu sudah sangat banyak menyita waktu, setengah hari tak berkerja sama dengan kehilangan lapangan pekerjaan untuk orang-orang yang membutuhkan pekerjaan.
Pagi hari seperti biasanya suasana ramai suara Sea dan Sky yang berebutan tempat duduk.
"Stop, kalian ini apa tidak bisa diam setiap sarapan? "
"Gak bisa dad, Sea seharusnya yang mengalah untuk kakaknya. Inikan tempat favorit aku dad, " Sky tak mau berjauhan dengan Gea sang mommy begitu juga Sea.
"STOP." Gea angkat bicara dan pada akhirnya Gea justru duduk di pangkuan Brian.
Biasanya Delane yang akan jadi pilihannya kini justru berpihak pada Brian, Brian tersenyum penuh kemenangan dong pagi harinya, sang istri memang cintanya.
Terkejut dong tapi senang, Brian awalnya mau ngomel juga tapi tak jadi, kalau dapat kode begini terus sepertinya adik untuk mereka segera launching.
Sky sarapan pagi dengan kesal begitu juga dengan Sea, tapi tidak pada Delane yang selalu santai. Buat apa berebut pada akhirnya tidak di pilih juga.
Oh ya pagi ini sepertinya ada yang baru dari diri Sea, tampilannya juga sedikit ada yang berbeda, rambut kucir kudanya juga telah tiada. Kemudian ia tatap ke arah Brian daddynya dan hendak bertanya melalui kontak mata dan daddynya hanya tersenyum saja.
'Oh rencana daddy ya. ' Delane membatin, kalau sudah mulai proses seperti ini pasti ada rencana lain, apa kira-kira.
Sea dan Sky makan dengan menggerutu kesal, meski begitu mereka berusaha memasang ekspresi baik-baik saja meski cemburunya sudah di ubun-ubun.
Sreeett.
Sea beranjak pergi, padahal sarapan belum habis.
"Mom, dad, Sea mau berangkat. " Dingin.
Lalu di susul Delane.
"Dad, mom. Delane juga mau berangkat saja, ada piket pagi, "
Gea ke heranan.
Tumben ini anak aneh juga kelakuannya.