NovelToon NovelToon
AMBISI SANG SELIR

AMBISI SANG SELIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Harem / Fantasi Wanita / Konflik etika / Cinta Istana/Kuno / Romantis / Balas Dendam
Popularitas:32.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Jika aku berhasil menaiki takhta ... kau adalah orang pertama yang akan ku buat binasa!”

Dijual sebagai budak. Diangkat menjadi selir. Hidup Esma berubah seketika tatkala pesonanya menjerat hati Padishah Bey Murad, penguasa yang ditakuti sekaligus dipuja.

Namun, di balik kemewahan harem, Esma justru terjerat dalam pergulatan kuasa yang kejam. Iri hati dan dendam siap mengancam nyawanya. Intrik, fitnah, hingga ilmu hitam dikerahkan untuk menjatuhkannya.

Budak asal Ruthenia itu pun berambisi menguasai takhta demi keselamatannya, serta demi menuntaskan tujuannya. Akankah Esma mampu bertahan di tengah perebutan kekuasaan yang mengancam hidupnya, ataukah ia akan menjadi korban selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ASS32

Beberapa bulan lalu, seminggu setelah sebuah anak panah mengantar informasi rahasia di balkon kamar sang Raja — Mansur Ağa menemui Bey Murad yang duduk termangu di Has Oda.

Pimpinan kasim itu melangkah masuk dengan kepala tertunduk, seolah-olah ia tak sanggup menatap langsung manik sang Raja.

“Ada apa, Mansur Ağa?” tanya Bey Murad, matanya meneliti. “Apa terjadi sesuatu dengan Esma?”

“Esma Hatun baik-baik saja, Baginda,” sahut Mansur cepat.

“Lalu apa?” Bey Murad menyandarkan punggung di sandaran kursi. Keningnya mengernyit melihat Mansur tiba-tiba berlutut, bersimpuh dengan raut penuh sesal. “Ada apa dengan wajahmu? Air mukamu seolah berkata bahwa kau ingin mengakui sebuah dosa besar. Apa yang terjadi? Cepat katakan!”

Kedua jemari Mansur mengepal di atas lantai. Wajahnya pucat menahan guncangan batin.

“Hukum hamba, Baginda,” ucapnya parau. “Berikan hamba hukuman yang sepadan. Hamba telah lama menutupi sebuah dosa besar.”

Bey Murad menegakkan tubuhnya, sorot matanya berubah tajam. “Menutupi? Jelaskan apa maksudmu!”

Mansur menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Akhirnya, ia pun menceritakan sebuah rahasia yang sudah lama ia simpan.

“Dulu, tak lama setelah Ayahanda Baginda meninggal dunia, seorang prajurit bawahan hamba mendatangi hamba,” ucapnya lirih, menunduk semakin dalam. “Ia membawa kabar ....”

Tatapan sang kasim mendadak kosong. Ingatannya melayang jauh, menyeretnya kembali ke masa silam yang kelam. Masa di mana kerajaan masih diselimuti duka.

Malam itu seorang prajurit muda datang dengan langkah tergopoh-gopoh.

“Tuan Mansur,” ucap sang prajurit dengan napas tersengal. Wajahnya tampak ketakutan. “Hamba ingin memberi kesaksian.”

Sang prajurit pun akhirnya menuturkan kesaksiannya — ia melihat sendiri Jenderal Rustum mengangkat busurnya, menegangkan tali, lalu melepaskan anak panah yang menembus punggung Baginda Mehmed Han.

Mansur terdiam lama. Kepalanya terasa berat memikirkan akan membeberkan kebenaran atau mengutamakan keselamatan. Ia tau benar, jika kesaksian itu ia sampaikan, Jenderal Rustum tak akan tinggal diam. Bukan hanya dirinya yang akan binasa, tapi juga para prajurit setia, bisa-bisa tak tersisa.

Apalagi, Bey Murad yang baru saja dinobatkan — belum memiliki kekuasaan penuh, dan dianggap lemah oleh para pejabat tinggi. Kata-katanya belum cukup berwibawa untuk menentang dewan tinggi, apalagi menjatuhkan Jenderal Rustum yang punya pengaruh luas di medan perang maupun istana. Maka dari itu, Mansur pun memutuskan untuk menyimpan rahasia itu rapat-rapat, sambil menunggu waktu yang tepat.

“A-apa? Merahasiakannya? Tuan Mansur, bagaimana Anda begitu tega? Tidakkah Anda—”

“Keputusan ini hanya sementara, Jamal. Kita tidak boleh gegabah, kita harus menunggu waktu yang tepat, setidaknya sampai Baginda Bey Murad memiliki kekuasaan penuh. Jika kau membuka mulut sekarang, maka petaka akan kembali datang, pertumpahan darah akan kembali terjadi.”

Namun, prajurit bernama Jamal tak mengindahkan perkataan Mansur. Semakin lama ia memendam rahasia besar itu, semakin pula rasa bersalah itu menghantuinya. Ia tak bisa tidur nyenyak, makan pun tak enak. Setiap malam ia dihantui wajah Baginda Mehmed Han yang meregang nyawa di medan perang.

Suatu malam, Jamal tak tahan lagi. Ia memutuskan untuk menemui Wazir Agung (Perdana Menteri) secara diam-diam. Dengan suara bergetar, ia menceritakan semua yang ia lihat pada hari kematian Baginda Mehmed Han.

Wazir Agung terkejut bukan main mendengar pengakuan Jamal. Ia tak menyangka bahwa orang yang selama ini ia hormati dan percayai, ternyata adalah seorang pengkhianat. Namun, Wazir Agung berusaha untuk tetap tenang dan berpikir jernih, ia menasihati Jamal agar pulang dan tidak membuka mulut pada siapa pun — setidaknya sampai waktu yang tepat tiba.

Namun siapa sangka, malam itu Jamal tidak pernah kembali ke Barak. Paginya, tubuhnya ditemukan di pinggiran sungai dengan sayatan di leher. Jamal tewas mengenaskan, dan yang lebih menggegerkan — Wazir Agung ditemukan mati tergantung dengan seutas tali di ruangan kerjanya. Tentu semua itu adalah perbuatan dari Jenderal Rustum.

“Mansur Ağa ....”

Mansur mengangkat wajahnya perlahan. Ingatan masa lalu itu memudar seiring suara lembut Bey Murad yang memanggil namanya.

“Ya, Baginda ....”

Bey Murad segera bangkit dari kursinya, kemudian perlahan berjalan mendekati Mansur yang masih berlutut penuh sesal. Ia menepuk-nepuk lembut bahu sang kasim.

“Terima kasih,” ucapnya tenang. “Terima kasih karena kau sudah bertahan.”

...***...

Di dalam tenda besar yang dijaga ketat oleh prajurit bersenjata, sebuah meja bundar dari kayu ek menjadi pusat perhatian. Di sekelilingnya duduk enam orang lelaki, semuanya mengenakan jubah hitam panjang dan topeng perak tanpa ekspresi — hanya lubang kecil di bagian mata, membuat siapa pun sulit menebak siapa mereka. Namun yang pasti, satu di antaranya adalah Rustum Pasha — Perdana Menteri alias pimpinan pemberontak yang sedang melakukan pertemuan rahasia dengan orang-orang penting dari kerajaan tetangga.

“Tuan-tuan, kita semua di sini memiliki tujuan yang sama, yakni kekuasaan. Dan Bey Murad, pemimpin yang angkuh itu, selalu menghalangi jalan kita. Perbatasan barat terlalu lama dikuasainya, dan menyebabkan kita mengalami kerugian yang besar. Oleh sebab itu — aku sebagai salah satu orang yang memiliki pengaruh besar di negeri ini, akan menggulingkan kekuasaannya,” ucap Rustum Pasha di balik topengnya.

“Menggulingkan?”

“Ya, benar.” Rustum mengangguk semangat. “Jika aku menumbangkannya, dan berhasil menaiki tahta — jalur barat akan kubuka kembali untuk kalian. Kapal dagang kalian bisa berlabuh tanpa pajak, dan rempah dari selatan akan kembali mengalir.”

Dari sisi kiri meja, seorang utusan bergumam pelan, “Dan imbalannya? Tak mungkin kau membuka jalur itu secara cuma-cuma, ‘kan?”

“Upeti,” jawab Rustum tanpa ragu. “Setiap setahun sekali, kalian harus mengirimkan lima peti kepingan emas, sepuluh peti gulungan sutra Merv, sepuluh tong saffron dan rempah langka, juga seribu kuda perang terlatih, serta timbunan besi dan senjata. Kalian harus mengirimkan upeti itu ke istana baruku. Itu adalah harga untuk stabilitas.”

Sahutan sinis terdengar di sisi lain. “Permintaanmu itu terlalu tinggi untuk seseorang yang bahkan belum tentu pasti bisa duduk di atas tahta.”

Senyum sinis tersungging di balik topeng Rustum. “Permintaan? Hahaha! Aku tidak meminta, aku menawarkan sebuah kesepakatan. Dalam satu pekan, pasukan istana akan segera terpecah. Orang-orangku sudah ada di dalam sana. Kalian hanya perlu menunggu waktu dan bersiap membuka gerbang perbatasan,” ucapnya penuh percaya diri. “Dan satu hal lagi—seorang pangeran telah lahir beberapa pekan lalu. Bayi itu masih terlalu muda untuk dinobatkan, belum memenuhi syarat untuk memegang tahta. Jika Bey Murad gugur sebelum waktunya, tak ada yang lebih layak mengambil alih selain aku—orang yang memiliki pengalaman, jaringan, dan dukungan di medan perang maupun di istana. Kalian paham maksudku, bukan?”

Tiba-tiba, seorang utusan yang sedari tadi duduk diam menyimak pembicaraan itu tanpa turut ikut campur, akhirnya pun menyahut.

“Benarkah?” Sosok itu menyingkap topengnya, membuat semua orang yang ada di dalam tenda itu terkejut — terutama Rustum Pasha.

“Bbb-bey Murad?!”

*

*

*

1
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
wah kok real nya sperti apa yg trjdi pd anak khodijah? apakah crta ini yg mmbuat esma?
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
kl org pnya otak minimal miki, mksh n maaf sm org2 yg sllu melayani dia nmn sllu d hina dan d rendahkan. semoga derita yg lbh2 menanti mu agar semua korbanmu sedikit puas
💕Bunda Iin💕
benar esma...model kyk yasmin itu pengecut ga ada nyali nya...angkuh dan kesombongan nya yg tinggi
💕Bunda Iin💕
walaupun kondisi kyk begitu tetap ga nyadar dia
💕Bunda Iin💕
yasmin yasmin kondisi kau udah seperti itu masih juga angkuh ckckckck ga ada intropeksi nya sama sekali...sadar nya pas mati kali ya🤔
💕Bunda Iin💕
merasakan juga kan pekerjaan budak² yg kau anggap hina itu...pekerjaan yg melelahkan tpi tetap rendah di mata mu yasmin
Sayuri
klo indo namana kunti hihihi 👻
💕Bunda Iin💕: mental nya udah rusak dibikin tambah rusak oleh esma😅
total 1 replies
Sayuri
lolololoh ini mah sngaja bikin pertunjukan untuk yasmin nih. yg dia bunuh anaknya khadijah. pangeran bayi itu lo
Sayuri
y gpp lh murh drpd hmbur2 uang truz rkyat melarat.
Sayuri
nyadar ogeb salahmu ma buapakmu
💕Bunda Iin💕: ga sadar² ya bun
total 1 replies
Sayuri
next patah sekalian tangannya
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
angkat aq jd muridmu tor 😔
🔴SENJA
hadeeh ga nyadar diri lu anak pemberontak 😡😡😡
🔴SENJA
lu urus semua sendirilah! 😤 anak pemberontak kok mau di ratu in aja 😤 mandi sendiri, nyuci sendiri semua lu urus sendiri lah 😁🌝
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
makasih Esma ( Author tentunya🤭 ) sdh mmbrkn kebijakan yg akhrnya bnr2 judule menghukum yasmin wlpn ringan banget...watek angkuh g sdr diri dirinya siapa g d gantung udh untung
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
lah brti awakmu sing tengik tho yas kan kui klmbi kotor mu🤭
Patrish
anda keren sekali thor..tidak sekedar menulis tapi mendasari cerita dengan sejarah dan aturan kuno...bukti referensi anda cukup luas...proud of you👍🏻❤
Ayani Lombokutara
bagus kyknya thor
aku suka peran wanita yg gk menye menye 🤭🤭
gk suka yg drama indosiar dkit dikit meewekk
Sayuri
besok ku otw tor
Sayuri
tempeleng aja nep
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!