Evelyn, melihat kekasihnya, Jack, tengah bercumbu dengan wanita lain, saat ia ingin menunjukkan gaun pengantin yang ia pakai. Namun, Evelyn mengabaikannya, karena ia begitu mencintai kekasihnya. Tapi, bukan berarti tidak muncul keraguan di hatinya.
Sampai, hari itu tiba, saat mereka berdiri di altar pernikahan dan siap mengucapkan janji suci, tiba-tiba tempat mereka di serang oleh orang yang dulu pernah menjadi target mereka. Dia adalah Jacob.
Dia datang untuk balas dendam atas apa yang sudah Jack lakukan padanya. Namun, Jacob justru mencari sosok berinisial L.V, sosok yang sudah mengalahkan nya beberapa tahun yang lalu.
Dan, di sinilah Evelyn menyadari, jika Jack tidak pernah mencintainya dan muncul dendam di hatinya.
Bijaklah dalam berkomentar.
Happy Reading 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Jacob tampak gelisah. Dari tadi ia tidak berhenti melirik jam di pergelangan tangannya, lalu menghela napas panjang, seperti orang bodoh yang terjebak dalam pikirannya sendiri.
"Kenapa aku bicara seperti itu pada Evelyn? Aku tidak mungkin tidur dengannya, kan?" gumam Jacob, dengan nada penuh penyesalan.
Ia meraih dokumen di depannya, mencoba mengalihkan pikirannya. Namun, bayangan saat nanti ia dan Evelyn harus berbagi ranjang justru membuat kepalanya berdenyut dan konsentrasinya buyar.
"Sial!" umpat Jacob dengan napas terengah. Ia menunduk, dengan kedua tangan yang menekan wajahnya. "Aku sengaja melakukannya untuk mencari tahu, tapi kenapa aku malah merasa terjebak dalam permainan ku sendiri? Apa yang harus aku lakukan nanti? Bagaimana kalau dia curiga?"
Ia kembali menatap jarum jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Helaan napas berat kembali lolos dari bibirnya.
"Seharusnya, dia sudah tidur, kan? Ya, pasti sudah. Jadi, aku tidak perlu berakting malam ini." Tanpa berpikir panjang, Jacob meraih jasnya dan bergegas pulang.
Namun, di luar sana, tidak jauh dari rumahnya, seseorang tengah mengintai dalam gelap. Ia berjongkok di balik rimbun pohon, matanya awas mengamati tiap sudut rumah. Setelah yakin situasi cukup aman, ia mulai bergerak cepat.
Sebuah benda kecil dilemparkan ke arah para penjaga. Dan, dalam hitungan detik, asap gas tidur mengepul, membuat beberapa anak buah Jacob ambruk tidak sadarkan diri.
Orang itu segera melompat pagar dengan gerakan lincah, lalu menyusup masuk dengan penuh kewaspadaan.
Sementara itu, Evelyn pun tidak kalah gelisah. Ia mondar-mandir di kamarnya, dada terasa sesak karena pikiran yang menumpuk.
"Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika Jacob curiga?" batinnya resah.
Belum juga menemukan jawaban, suara samar dari luar menarik perhatiannya. Ia sontak menghentikan langkahnya.
"Itu pasti Jacob," gumam Evelyn. Tanpa berpikir panjang, ia naik ke tempat tidur dan pura-pura terlelap.
Namun, menit demi menit berlalu. Pintu kamar tidak kunjung terbuka, membuat keningnya berkerut tajam. Ia merasa janggal saat menyadari jika ia tidak mendengar suara mobil Jacob.
"Jika itu bukan Jacob, lalu siapa?" batinnya.
Rasa curiga semakin kuat saat terdengar langkah pelan, seperti seseorang yang sengaja menahan suara. Evelyn meraih belati yang ia sembunyikan di bawah bantal, menggenggamnya erat sambil menstabilkan napasnya.
Tidak berapa lama, pintu kamar perlahan terbuka. Aura dingin nan menekan langsung menyergapnya, seolah menginginkan nyawanya.
Ia berusaha tetap tenang, meski jantungnya berdegup kencang. Saat langkah itu semakin dekat, dengan gerakan cepat ia membalikkan tubuhnya dan melempar belatinya.
Sayang, orang itu berhasil menghindar. Namun, kesempatan itu ia manfaatkan untuk bangkit dan meraih belati cadangan.
"Siapa kau?" tanya Evelyn dengan sorot mata yang tajam.
Tidak ada jawaban. Orang itu justru menyerangnya dengan membabi buta.
Evelyn menghindar dengan lincah. Ia membalas serangan demi serangan dengan belatinya. Tubuhnya bergerak ke samping dan belatinya nyaris mengenai bahu lawan, tapi, orang itu sigap menangkisnya.
Serangan demi serangan terus datang, cepat dan brutal. Evelyn berusaha tetap tenang, matanya tidak hanya fokus pada belati dan serangan lawan, tetapi juga pada postur tubuh lawan.
Evelyn mengerutkan keningnya, mencoba mengenali orang itu. Ia merasa tidak asing, namun di tengah pertarungan, ia tidak bisa mengingat dengan baik, siapa orang yang menyerangnya. Sampai, ia menyadari sesuatu yang sangat familiar, yaitu penampilan lawannya
"LV?" gumam Evelyn. Ia menunduk cepat, lalu menendang meja kecil di samping tempat tidur untuk menciptakan jarak.
"Siapa kau sebenarnya?" desis Evelyn, dengan mata tajam.
Orang itu masih bungkam, dan hanya menyerang lebih gencar, membuat Evelyn menggertakkan gigi, dengan hati yang berkecamuk penuh amarah.
"Kau pikir bisa meniru LV, hah? Bahkan, kau tidak sebanding dengannya," seru Evelyn.
Orang itu menggeram penuh amarah. Ia mengayunkan belatinya, namun berhasil di tahan oleh Evelyn. Orang itu mendorong belati Evelyn, hingga tubuh Evelyn terhimpit di jendela.
Di luar, Mobil Jacob berhenti mendadak di depan rumah. Ia segera turun, di susul Dean yang terperangah melihat penjaga dan bodyguardnya tergeletak tidak sadarkan diri di halaman.
"Apa yang terjadi di sini?" desis Jacob.
Dean dengan sigap menaiki pagar, mengambil kunci dari penjaga dan membuka pagar untuk Jacob. Tanpa berpikir panjang, mereka bergegas melewati halaman, mendobrak pintu yang setengah terbuka.
Sementara itu, di dalam kamar, Evelyn melirik keluar jendela dan melihat mobil Jacob yang terparkir di bawah sana. Samar-samar, ia mendengar suara langkah tergesa yang bergetar di lantai bawah, membuatnya panik.
"Tidak! Kalau Jacob melihatku berkelahi, dia akan tahu jika aku hanya berpura-pura amnesia," batinnya khawatir.
Begitu juga dengan lawan Evelyn. Ia sudah kelelahan melawan Evelyn. Jika, ia juga harus berhadapan dengan Jacob, maka ia bisa tertangkap.
Lalu, dengan sekuat tenaga, ia membalikkan posisi dan mendorong Evelyn hingga tersungkur ke lantai. Tanpa berpikir panjang, ia segera keluar dari kamar untuk kabur.
Evelyn menahan napas, tanpa berniat untuk mengejar, karena ia yakin orang itu akan bertemu dengan Jacob di luar sana. Lagipula, yang terpenting sekarang adalah bagaimana ia menciptakan situasi yang akan membuat Jacob tidak mencurigainya.
Dan, benar saja, baru beberapa langkah orang itu menuruni anak tangga, Jacob dan Dean sudah berdiri di hadapannya.
Orang itu tidak mempunyai jalan keluar, ia kembali naik, di susul Jacob dan Dean yang mulai menaiki anak tangga.
"Berhenti!" teriak Jacob.
Namun, orang itu sangat lincah, saat kedua pria itu hampir sampai di atas, orang itu justru melompat, dan mendarat sempurna di sofa.
"Sial!" umpat Jacob. Dia melakukan hal yang sama, dan langsung menerjang orang itu. Benturan keras pun terjadi, pertarungan tidak dapat terelakkan.
Namun, di saat terpojok, orang itu justru berbuat licik. Ia melempar segenggam serbuk ke arah Jacob dan Dean yang langsung refleks menutupi wajah mereka .
Orang itu mengambil kesempatan untuk kabur dan menghilang di kegelapan.
"Kejar dia!" perintah Jacob sambil terbatuk.
Dean mengangguk dan berlari keluar, meninggalkan Jacob yang segera menaiki anak tangga menuju kamar.
Di dalam kamar, pandangan Jacob langsung tertuju pada Evelyn yang tergeletak di lantai dengan lengan yang berdarah.
Dengan panik, Jacob segera berlari menghampirinya. "Evelyn!"serunya, menepuk lembut pipinya.
Evelyn perlahan membuka mata, dengan napas tersengal. Dalam kesadaran yang setengah dibuat-buat, ia berusaha tampak lemah.
"Ja ... Jacob ... " seru Evelyn. Ia lalu memeluk pria itu erat-erat, dengan tubuh gemetar. "Aku takut. Orang itu ingin membunuhku, Jac. Tolong aku!"
Jacob terdiam sesaat, hatinya terhimpit rasa bersalah sekaligus marah. Kedua tangannya refleks menenangkan Evelyn, meski pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan.
"Tenang, aku di sini. Kau aman bersamaku."
Akankah Evelyn memberi minuman pada Jacob seperti pada Deby 🤔