Wulan, seorang bayi perempuan yang diasingkan ke sebuah hutan karena demi menyelamatkan hidupnya, harus tumbuh dibawah asuhan seekor Macan Kumbang yang menemukannya dibawa sebatang pohon beringin.
Ayahnya seorang Adipati yang memimpin wilayah Utara dengan sebuah kebijakan yang sangat adil dan menjadikan wilayah Kadipaten yang dipimpinnya makmur.
Akan tetapi, sebuah pemberontakan terjadi, dimana sang Adipati harus meregang nyawa bersama istrinya dalam masa pengejaran dihutan.
Apakah Wulan, bayi mungil itu dapat selamat dan membalaskan semua dendamnya? lalu bagaimana ia menjalani hidup yang penuh misteri, dan siapa yang menjadi dalang pembunuhan kedua orangtuanya?
Ikuti kisah selanjutnya...,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sentuhan
Raja Arsana akan menggelar pernikahan Pangeran Narendra sekitar tiga minggu lagi, dan ini akan memerlukan persiapan yang cukup matang.
Sang Raja memerintahkan Senopati Wiguna agar menemui Patih Kamandaka untuk datang menghadap, sebab ada hal yang harus ia perintahkan kepadanya, agar mengumpulkan para prajurit dan membuat benteng pertahanan saat nanti diadakan pesta pernikahan puteranya.
"Senopati Wiguna, tolong kamu sampaikan surat perintah kepada Patih Kamandaka, agar segera merekrut para prajurit untuk menjaga keamanan kerajaan selama nanti acara pernikahan puteraku,"
"Sendiko Dawuh, Yang Mulia Raja. Tetapi ijinkan hamba untuk menyampaikan sebuah berita yang juga cukup penting," ucapnya dengan masih menaruh hormat.
"Ya, silahkan,"
"Maaf, Yang Mulia, Saya ada kepentingan yang cukup penting, dimana harus meng-audit hasil pajak yang sudah disetorkan, dan ini harus segera dilaksanakan," ucapnya dengan sangat hati-hati.
Arsana mendengarkannya dengan seksama. Lalu menatap Bhatara Sapta Prabhu yang saat ini juga sedang menyimak pembicaraan Senopati dan Rajanya.
"Bagaimana menurut Bhatara Sapta Prabu? Apakah ini ada solusi yang dapat diberikan, siapa yang akan menemui Patih Kamandaka?"
Bhatara Sapta Prabu memberikan penghormatan kepada sang Raja, lalu ia mengambil alih untuk bicara.
"Menurut hemat, saya, apakah tidak sebaiknya Pangeran Rajendra saja yang diperintahkan kesana? Sebab Kanjeng Pangeran akan pergi ke Kadipaten Utara untuk memeriksa irigasi yang akan mengaliri sawah," ujar sang Abdi Dalem yang saat ini sedang memberikan nasihat kepada sang Raja.
Arsana mencoba mempertimbangkannya, mungkin ada benarnya lagi pula, Rajendra memang sangat suka berkelana lalu tidak ada salahnya jika meminta bantuannya untuk menemui Patih Kamandaka.
Sedangkan putera mahkotanya itu, saat ini sedang bersama sang Ratu yang berada didalam peraduannya, dan sedang membahas sesuatu yang sangat penting.
"Baiklah, panggilkan Rajendra ia harus melakukan tugas ini, sebab ia sendiri yang menolak perjodohan, dan seharusnya ini adalah hari pernikahannya, tetapi Narendra yang menggantikannya," ujar Arsana dengan rasa kecewanya.
Raja menunjuk salah satu abdi dalem yang ia beri tugas untuk menjemput Pangeran.
"Sendiko dawuh, Yang Mulia Raja," jawab seorang pria yang menggunakan blangkon berwarna coklat terang itu.
Ia berpamitan, laku menuju kamar sebagai ruang peristirahatan sang putera Mahkota.
Sedangkan untuk Narendra sendiri, mereka sedang berada disebuah pendopo yang dikawal oleh beberapa orang penjaga untuk melakukan perkenalan, sebelum nantinya mereka dinikahkan.
Namun, sesungguhnya, saat ini, Arsana sedang merasa resah. Hal itu disebabkan karena ia sangat ingin melihat putera mahkotanya menikah, tetapi karena tak ingin menanggung malu, akhirnya menggantikannya dengan putra bungsu dari selirnya.
*****
Rajendra mendapatkan tugas yang dititahkan oleh ayahandanya untuk menemui sang Patih yang saat ini bertempat di Kadipaten Utara, karena disana adalah pintu gerbang masuk untuk para penyusup, sehingga ia ditempatkan didaerahntersebut, dan mengatur semua kepentingan yang dibutuhkan, demi menjaga kedaulatan kerajaan, dan terhindar dari sebuah invasi yang bisa datang kapan saja.
Selain itu, bagian kadipaten Utara memiliki jalur air yang terhubung hingga ke negeri seberang, sehingga hal itu perlu ditingkatkan pangkalan militernya.
"Baikalh, Ayahanda, semua perintah akan ananda laksanakan," ucapnya dengan penuh semangat. Entah mengapa ia sangat begitu senang mendapatkan tugas tersebut.
Ratu Sekti Rahayu mengerutkan keningnya. Ia melihat sikap yang tak biasa dari puteranya.
"Pergilah, lakukan tugasmu dengan benar, dan jangan pernah mengecewakan Romomu," ujarnya dengan nada penegasan.
Rajendra menghaturkan sembah, lalu berpamitan untuk pergi menajalankan tugasnya.
*******
Hari semakin gelap. Tampak diruangan goa yang sangat gelap,, tiba-tiba saja cahaya obor hidup dengan sendirinya, dan itu disebabkan oleh semburan api yang dimiliki oleh satu sosok Macan Kumbang yang baru saja melompat dari lorong goa.
Sementara itu seorang gadis merasakan kantuk yang luar biasa. Ia baru saja selesai berpuasa dan berlatih bagaimana caranya dapat mengendalikan api amarah baik dirinya ataupun amarah orang lain, bahkan lawannya yang berupa jin laknat akan musnah jika berhadapan dengannya.
Sebuah ajian Gembolo Geni yang mana telah diajarkan oleh sang guru baru saja selesai dapat ia pelajari.
Wulan Ningrum merebahkan tubuhnya. Ia berusaha untuk memejamkan kedua matanya. Hari-harinya harus ia lewati didalam kesepian dan kesunyian, tinggal didalam goa yang tak pernah terbuka pintunya, seolah ia ada didalam penjara.
Udara dingin dimalam hari dan goa yang berudar lembab, membuat ia semakin kedinginan. Tubuhnya meringkuk bagaiakan udang. Ia tertidur dalam keadaan kedinginan.
Wuuuuusss.....
Satu sosok makluk berbulu hitam dengan corak tutul coklat yang tersamarkan datang menghampirinya dan memberikan selimut tebal yang terbuat dari bulu domba dan itu cukup berhasil menciptakan kehangatan.
Sosok itu menatap Wulan Ningrum yang masih tertidur lelap dengan segala mimpinya. Ia duduk ditepian ranjang batu, dan masih setia disana mengawasi gadis yang membuatnya merasa bangga karena dapat mewarisi segala ilmu kanuragan yang dimilikinya.
Sosok yang tak lain adalah Birendra, membelai lembut pipinya, menghantarkan kedamaian bagi sang gadis untuk dapat meciptakan mimpi yang begitu manis.
Ia tahu, sebentar lagi akan melepaskan anak asuhnya, yang mana sudah ia anggap sebagai puterinya itu ke dunia luar yang dipenuhi oleh berbagai ragam sifat manusia, sedangkan ia tak pernah bertemu dengan satu manusia pun selama didalam goa.
Sang Macan Kumbang berharap jika nantinya sang gadis akan dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Setelah selesai dengan selimutnya, Ia bergegas pergi, meninggalkan sang gadis sendirian.
*****
Rajendra memacu kudanya, ia menuju kadipaten Utara untuk menyampaikan pesan kepada Patih Kamandaka yang merupakan tangan kanan dari Adipati Bisrah yang saat ini sudah merebut kekuasaan Adiipati Wijaya Ningrat yang tewas karena sebuah pengkhianatan.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya ia tiba didepan sebuah bangunan yang cukup megah pada masanya.
Bagunan itu terdadapat ditepian sebuah muara aliran sungai yang cukup luas dan dalam.
Rajendra melompat dari kudanya, lalu menemui sang Patih yang tidak menyadari kedatangannya.
"Kulonuwun," ucap sang putra mahkota yang saat ini menggunakan pakaian biasa. Tampaknya ia sedang dalam penyamaran dan tak ingin ada yang mengenalinya, sebab akan membuatnya risih.
"Monggo," sahut sang patih sangat lembut. Sebab ia melihat tamu yang datang padanya adalah pangeran itu langsung.
"Masuk, Kanjeng Pangeran," ucapnya, sembari menyusul pria muda tersebut.
Sang patih memberikan penghormatan, dan merupakan kehormatan saat rumahnya disambangi oleh seorang putera Mahkota. Ia mengenali Rajendra karena mereka sering bertemu diistana raja.
"Salam hormat, Kanjeng Pangeran. Ia membungkuk sejenak.
"Maaf, Patih, saya tidak bisa lama, ada hal lain yang ingin sampaikan." Rajendra mengeluarkan sebuah pesan yang ditulis dari daun lontar.
Sang patih meraih surat undangan tersebut, lalu membacanya.
Sedangkan Rajendra mengamati kediaman sang patih, yang saat ini sedang merekrut para kawuoa muda yang akan dijadikan sebagai prajurit.
Terlihat ada beberapa pemuda pilihan yang sedang berlatih, dan itu membuat Rajendra merasa kagum dengan apa yang dilakukan oleh sang Patih.
"Maaf, Patih, saya permisi, ada hal penting lain yang ingin saya kerjakan," ucapnya kemudian, lalu berpamitan pergi.
tp ini rajendra mah kok ya suka kali ngelitik si macan sih 🤔🤔
kk siti masih ada typo ya di atas hehehe
meski aq ratu typo sih 🤭🤭