Setelah mengalami penderitaan di kehidupannya karena keberuntungan memiliki wajah cantik, tubuh semampai dan kaya. Kirana mendapat kesempatan kedua untuk hidup kembali. Sebagai orang jelek, miskin dan badan gemuk. Tak disangka keberuntungannya ikut berubah. Bahkan dia mendapat jodoh yang lebih baik daripada saat menjadi wanita cantik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Benarkah Tuan Armand Riady, pemilik perusahaan periklanan besar di negeri ini adalah pewaris grup Riady? Tapi kelakuannya seperti bukan. Tuan Armand membawa kekasihnya dan tak segan bermesraan di depan umum. Tidak mencerminkan kelakuan seorang pewaris. Tidak ada komentar dari grup Riady, menandakan Tuan Armand memang bukan pewaris tunggal. Apa kau lihat semua berita ini??" teriak ayah mertua Nyonya Mira.
"Ayah, jangan marah. Tekanan darahmu" saran Nyonya Mira takut terjadi sesuatu pada pemimpin grup Riady itu"
"Anakmu sungguh keterlaluan. Bagaimana bisa dia memiliki kelakuan seperti ini? Bagaimana bisa grup Riady mengakuinya sebagai pewaris kalau yang ada disebelahnya wanita murahan seperti itu!!"
"Ayah, tenanglah!!"
"Bagaimana aku bisa tenang sebelum mati. Bagaimana nasib keturunan keluarga ini??!!" jerit kakek lalu menangis.
Nyonya Mira yang tak tega, segera membawa ayah mertuanya kembali ke kamar untuk beristirahat.
Lalu dia menunggu suaminya pulang.
"Bagaimana kondisi adik ipar?" tanya Nyonya Mira khawatir.
"Semakin buruk. Kata dokter, kita harus bersiap"
Nyonya Mira merasa sangat sedih sekarang. Dia tidak pernah menyangka akan menghadapi masalah seperti ini di hari tuanya.
"Armand. Apa uang akan kau lakukan dengan Armand?" tanya Nyonya Mira pada suaminya.
"Dia gila. Sudah sengaja aku meletakkan foto itu di undangan ulang tahun kakek. Tapi semuanya berantakan"
"Kau memasang foto sepuluh tahun lalu. Dan wajah Armand telah berubah sekarang"
"Masa bodoh. Aku akan menemukan ayah"
"Iya"
Tuan Budi meninggalkan Nyonya Mira yang sendirian di ruang tamu. Rumah keluarga Riady begitu besar dan megah. Tapi penghuninya hanya empat orang tua yang sudah kehilangan harapan hidup. Pewaris yang mereka harapkan bisa melanjutkan usaha memilih untuk keluar rumah dan tak ingin kembali.
"Bagaimana kalau kita menerima Kirana" usul Nyonya Mira ketika dia dan suaminya bersiap tidur.
"Wanita seperti itu tidak akan bisa masuk ke dalam keluarga ini"
"Sayang!! Tolong jangan berkeras hati lagi. Mungkin Kirana memang berasal dari lingkungan kumuh dan latar belakangnya tak jelas. Tapi, setidaknya kita bisa mendapatkan Armand kembali"
"Lebih baik tidak memiliki anak sama sekali jika wanita murahan itu masuk ke rumah ini" jawab Tuan Budi lalu berbaring dan tidur. Sedangkan Nyonya Mira terus terjaga. Memikirkan apa yang harus dilakukan untuk membuat putranya kembali ke rumah sekarang juga.
Lalu Nyonya Mira teringat sesuatu. Dia segera mengirim pesan kepada seseorang dan kembali memiliki harapan. Armand akan segera kembali, pikirnya.
Armand membuka mata dan yang dilihatnya adalah pemandangan paling indah. Wajah Kirana yang hadir setiap pagi dalam pelukannya memang berhasil membuat suasana hati Armand menjadi baik sepanjang sisa hari itu.
Dia menunduk dan mengecup bibir merah muda itu tanpa membangunkan Kirana. Lalu Armand pergi dari kamar dan mulai menyiapkan sarapan, untuk calon istrinya.
Calon istri?
Sejak kapan Armand mulai terbiasa menyebut Kirana sebagai calon istrinya dalam hati? Padahal mereka bukanlah pasangan yang sebenarnya.
"Maaf saya bangun terlambat" kata Kirana yang baru saja bangun.
Rambut yang berantakan dan baju lusuh wanita itu tak sanggup melunturkan kecantikannya.
"Tidak masalah"
"Biarkan saya yang melanjutkan" ucap Kirana mendekat. Armand yang suasananya baik menoleh dan menjauhi dapur. Membiarkan Kirana memasak untuknya.
Mereka makan bersama dan mulai bersiap untuk pergi ke perusahaan. Dan beberapa menit kemudian datang rutinitas yang disukai Armand karena kedatangan asistennya.
Kirana yang berada di kamar segera keluar dan menghampirinya. Menggelayut kan tangan di leher Armand lalu berinisiatif menciumnya. Menyesap bibir bawah Kirana lalu mendengarkan desahan halus itu sangat menyenangkan untuknya.
"Tuan, kita berangkat sekarang?" tanya asisten yang wajahnya selalu menunjukkan rasa kesal setiap kali Armand dan Kirana menunjukkan kemesraan.
Armand terpaksa menyudahi ciumannya dan mengajak Kirana berangkat ke perusahaan.
Kirana memang tidak memiliki pekerjaan di perusahaan. Armand hanya merasa tenang ketika wanita itu terlihat di matanya. Tapi saat ini Kirana tidak ada di dalam ruangannya.
"Mana Kirana?" tanya Armand pada asistennya.
"Saya asisten Anda Tuan Armand. Bukan asisten wanita itu" jawab asistennya masih konsisten menunjukkan raut wajah kesal.
Armand yang menjadi tidak tenang segera berkeliling perusahaan. Dan dia teringat kalau Kirana senang berada di taman belakang perusahaan. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Dia menatap lurus ke depan dan menemukan wanita yang dicarinya sedang berbincang dengan pria lain. Tak segan Kirana juga tersenyum pada pria itu.
Armand berbalik dan pergi ke ruangannya. Kirana baru kembali tepat sebelum jam pulang. Dengan wajah ceria dan ujung bibir yang selalu naik ke atas.
"Apa kita pulang sekarang?" tanya wanita itu.
"Tidak. Aku harus bekerja lembur"
"Lembur?"
"Iya"
Wajah ceria itu menghilang berganti lesu. Lalu asisten Armand masuk ke dalam ruangan.
"Maaf Tuan, saya dipanggil Nyonya" ucap asisten terburu-buru. Sepertinya ibu Armand memiliki rencana baru. Meski curiga, Armand tetap melepas asistennya pergi.
"Pergi!" perintahnya tidak ingin menahan asisten.
Setelah asisten pergi, tinggal Armand dan Kirana dalam ruangan.
"Bukannya Anda tidak pernah lembur? Anda juga yang membuat peraturan untuk tidak pernah lembur" ucap Kirana.
Armand memang menciptakan peraturan itu untuk perusahaannya. Dia ingin pegawainya tidak lembur dan pulang tepat waktu.
"Aku pemilik perusahaan. Baik di perusahaan maupun di rumah, aku harus tetap bekerja" jawab Armand.
Kirana mendekat ke meja Armand lalu melihat apa yang sedang dikerjakannya. Sepertinya sudah merasa bosan. Tapi tadi wanita itu tidak terlihat bosan. Ketika bertemu pria tadi.
"Saya baru saja dengar kalau manajer bagian keuangan sudah berubah" ucap Kirana.
"Iya" jawab Armand singkat.
"Anda mengirimnya ke bagian umum untuk mengatur arsip. Apakah itu tidak masalah?"
"Dia telah melakukan kesalahan"
"Benar. Terima kasih telah menegakkan keadilan untuk saya"
Armand menghentikan tangannya yang sedang bekerja dan menatap Kirana.
"Apa yang akan kau berikan untuk berterima kasih padaku?" tanyanya merubah ekspresi wajah Kirana.
"Memberikan sesuatu? Saya tidak memiliki apapun selain ucapan terima kasih"
"Pijatan. Apa kau bisa memijat bahuku?" pinta Armand.
"Pijatan? Tentu saja. Saya akan memijat Anda."
Jadilah Kirana sekarang memijat bahu Armand. Tenaga wanita itu cukup keras dan bisa membuat bahunya yang sedari tadi kaku menjadi lebih lemas.
"Ke bawah!" perintah Armand. Dan Kirana menurut. Memijat ke arah punggungnya. Tapi ketika Kirana menggunakan seluruh kekuatannya, Armand mengelak. Menyebabkan wanita itu kehilangan keseimbangan dan jatuh tepat ke pangkuannya.
"Maaf, saya hilang ... "
Belum sempat melanjutkan perkataannya. Armand segera membungkam Kirana dengan ciuman. Wanita itu memberontak, ingin menghindar tapi dia tidak mengijinkan. Dia terus menekan kepala Kirana ke arahnya. Menjaga ciuman lidah mereka tetap terjalin erat.
Armand juga mulai menyentuh paha Kirana. Ke atas dan lebih ke atas lagi sampai wanita itu berhasil lepas. Mengambil langkah mundur beberapa meter, menghindari kejadian seperti ini terulang kembali.
"Aku hanya mengambil rasa terima kasih darimu!" ucap Armand tidak merasa apa yang telah dia lakukan salah.