🌺Judul sebelumnya Pesona Cleopatra🌺
Cleopatra, wanita yang biasa dipanggil Rara menghipnotis banyak kaum adam termasuk kakak beradik Fahreza dan Zayn.
Tepat di detik-detik pernikahan Rara dan Reza, Zayn merenggut kehormatan Rara.
Rasa cinta Reza yang besar tak menyurutkan langkahnya untuk tetap menikahi gadis cantik bak ratu mesir di zaman dahulu itu. Namun, noda yang ada pada sang istri tetap membekas di hati Reza dan membuat ia lemah untuk memberi nafkah batin selama pernikahan.
Apakah Reza benar-benar tulus mencintai Rara? Atau Zayn, pria yang memang lebih mencintai Rara? bagaimana nasib Rara selanjutnya?
Baca sampe tuntas ya guys.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekretaris baru
Tok .. Tok ... Tok ...
“Masuk,” ucap Reza.
“Pak, permisi. Saya membawa sekretaris baru,” kata Doni, asisten Reza.
Reza menghentikan kegiatannya dan mulai memperhatikan sekretaris barunya itu.
“Kamu sudah menyeleksinya dengan baik?” tanya Reza.
“Sudah, Pak. Saya sendiri yang menemani bagian HRD untuk menyeleksi Saras.”
Wanita yang berdiri di depan Reza yang namanya disebut oleh Doni itu pun mengangguk sembari membungkukkan sedikit tubuhnya sebagai tandda hormat pada bosnya itu.
“Oke,” jawab Reza santai. “Duduk!” perintahnya pada wanita yang masih berdiri itu.
Saras pun menggeserkan kursi yang berada persis di depan Reza. Kemudian, perlahan duduk di sana.
“Siapa namamu?” tanya Reza dengan menatap ke arah wajah cantik yang terlihat masih cukup muda.
“Nama saya Sarasmanda, Pak.”
“Baik, kamu sudah mengetahui jobdes nya ‘kan?” tanya Reza lagi.
“Saya sudah memberikannya Pak,” sahut Doni.
Saras juga ikut mengangguk. “Iya, Pak. Saya sudah terima.”
“Oke, kalau begitu kamu bisa ikut Doni ke ruanganmu. Mulai hari ini kamu sudah bekerja,” ucap Reza yang kemudian memfokuskan kembali matanya ke arah berkas-berkas yang berserakan di mejanya itu.
“Baik, Pak. Terima kasih.” Saras kembali membungkukkan tubuhnya.
Doni dan Saras sama-sama pamit keluar dari ruangan itu.
“Ras, Pak Reza itu perfect banget. Dia itu ngga mentolerir dengan kesalahan, jadi sebisa mungkin kamu teliti dan tidak melakukan kesalahan,” ucap Doni saat berjalan bersama Saras untuk menunjukkan ruangan wanita cantik itu.
“Se perfect itu kah?” tanya Saras yang sudah
Doni mengangguk. “Bahkan istrinya saja sangat perfect.”
“Maksudnya?”
“Istri Pak Reza itu cuantik buanget. Pokoknya perfect banget deh.”
“Pake banget?” tanya Saras dengan tersenyum ke arah Doni, karena Doni menggambarkan seorang Cleopatra dengan berlebihan, walau hal itu memang benar.
"Pake banget. Sumpah gue ngga pernah liat wanita se perfect istrinya pak Reza," jawab Doni
"Hmm ..." Saras pun membayangkan bagaimana rupa istri bosnya itu.
****
Satu bulan berlalu. Rara sudah semakin pulih. Namun, ia sudah tidak sabar untuk melakukan aktifitas. rasanya sangat jenuh berada di rumah seharian. Ia rindu sekali dengan anak-anak didiknya yang semua berusia empat sampai lima tahun itu. Celotehan anak-anak muridnya yang lucu dan menggemaskan itu membuat hari-harinya terasa berwarna.
Rara menghampiri suaminya yang berada di depan cermin dan tengah menggosokkan rambutnya yang basah. Kemudian, ia mengambil handuk kecil itu dari tangan sang suami.
“Sini, biar aku yang menggosokkan.” Rara menyuruh suaminya untuk duduk di depan meja rias itu, karena postur tubuh Reza lebih tinggi darinya.
Perlahan Rara mengeringkan rambut basah itu dengan handuk yang ia pegang sembari memijatnya pelan. Reza tersenyum memandang sang istri dari balik cermin.
“Kak,” panggil Rara manja.
“Apa? Pasti ada maunya nih.”
Rara menoleh ke arah cermin dan melihat sang suami dengan cengiran. “Hehehehe ... kok tahu sih.”
“Tahu lah, aku tuh kenal banget kamu.”
“Apa?” tanya Rara.
“Pasti kamu minta aku izinkan untuk mulai mengajar.”
“Hah ... Kak, kamu hebat banget sih,” ucap Rara takjub pada sang suami yang benar-benar mengerti dirinya.
“Boleh ya?” tanya Rara lagi.
Reza menggeleng. “belum delapan minggu. Kata dokter kamu sudah benar-benar boleh beraktifitas setelah melewati masa itu.”
“Ka, tapi aku sudah sangat baik. Bener deh.”
“No.” Reza kembali menggeleng.
Lalu, ia berdiri dan mendudukkan istrinya di tempat yang semula ia duduki. Ia pun berjongkok dihadapan sang istri.
“Sayang, aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu. Jadi, Please. Patuhi apa kata dokter, Oke.”
“Hmm ...” Rara memasang wajah merajuk. Wajah yang menggemaskan yang membuat Reza tak bisa berkata tidak.
Reza menutup matanya. Ia tak mau melihat wajah menggemaskan itu. “Tidak.” Ia berdiri dan mencob menjauh dari Rara.
“Kak, Please.”
Reza beralih dengan duduk di bibir tempat tidur. Lalu, Rara mengikutinya. Ia pun ikut di samping sang suami.
“Jadi ngga boleh?” tanya Rara.
Reza menggeleng. “Ngga.” kemudian ia menangkup wajah istrinya yang cantik. “Sayang, kamu janji tidak akan membantahku kan?”
“Hmm ... kalau udah seperti itu aku udah ngga bisa merajuk deh,” ucap rara sembari merengut.
“Jangan cemberut. Nanti aku cium loh,” ledek Reza.
Rara tersenyum. “Ya udah deh.” Lalu, ia menggerakkan jarinya seperti sedang berhitung. “Berarti masih dua minggu lagi di rumah?”
Reza mengangguk. “Yup. Lagian aku sudah meminta cutimu hingga dua bulan malah.”
“Ouwwhh ...” rengek Rara, membuat Reza tersenyum senang.