NovelToon NovelToon
Brondong Untuk Kakak Cantik

Brondong Untuk Kakak Cantik

Status: tamat
Genre:Berondong / Anak Genius / Anak Kembar / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Tamat
Popularitas:25.9k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Kehidupan seorang balita berusia dua tahun berubah total ketika kecelakaan bus merenggut nyawa kedua orang tuanya. Ia selamat, namun koma dengan tubuh ringkih yang seakan tak punya masa depan. Di tengah rasa kehilangan, muncullah sosok dr. Arini, seorang dokter anak yang telah empat tahun menikah namun belum dikaruniai buah hati. Arini merawat si kecil setiap hari, menatapnya dengan kasih sayang yang lama terpendam, hingga tumbuh rasa cinta seorang ibu.

Ketika balita itu sadar, semua orang tercengang. Pandangannya bukan seperti anak kecil biasa—matanya seakan mengerti dan memahami keadaan. Arini semakin yakin bahwa Tuhan menempatkan gadis kecil itu dalam hidupnya. Dengan restu sang suami dan pamannya yang menjadi kepala rumah sakit, serta setelah memastikan bahwa ia tidak memiliki keluarga lagi, si kecil akhirnya resmi diadopsi oleh keluarga Bagaskara—keluarga terpandang namun tetap rendah hati.

Saat dewasa ia akan di kejar oleh brondong yang begitu mencintainya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Langit malam menurunkan gerimis tipis, membasahi halaman rumah keluarga Bagaskara. Celin masih duduk di teras setelah Cakra pulang, memeluk kedua lututnya sambil menatap kosong ke halaman yang remang. Pikirannya berputar tanpa henti. Kata-kata Victor di rapat siang tadi, tatapan matanya yang penuh teka-teki, pesan anonim yang tiba-tiba masuk ke ponselnya semuanya terlalu rapi untuk disebut kebetulan.

"Ada yang mengawasi kita… lebih dekat daripada yang kita kira," bisiknya lirih.

Pagi harinya, Celin memutuskan datang lebih awal ke kampus. Ia masuk ke ruang fakultas saat gedung masih sepi. Begitu menyalakan laptop, ia segera membuka folder data yang bocor saat seminar. Matanya menyipit. Ada satu file yang seharusnya tidak ada di dalam folder itu, dokumen dengan nama 'KeyLock.txt'.

Tangan Celin bergetar ketika membuka file tersebut. Isinya bukan teks biasa, melainkan kode terenkripsi. Namun di antara kode-kode itu, ia mengenali beberapa kata, Victor… Meeting Hall… 23.00.

Wajah Celin memucat. "Jadi benar… dia bukan hanya sekadar mahasiswa pindahan. Dia yang jadi penghubung."

Belum sempat ia menutup file itu, pintu ruangan berderit. Sosok yang ia kenal baik masuk dengan langkah tenang, Alan.

“Kak Celin, pagi sekali?” tanyanya.

Celin buru-buru menutup laptop. “Ya, aku cuma… menyelesaikan beberapa berkas.”

Alan tersenyum tipis. Namun mata itu terlalu lama menatap layar laptop Celin sebelum akhirnya berpaling. “Hati-hati, Kak. Beberapa orang tidak seperti yang terlihat.”

Celin hanya mengangguk, tapi di dalam hatinya ia sadar, Alan tahu sesuatu. Entah ia kawan atau lawan.

---

Malam itu, Celin akhirnya menghubungi Cakra. Mereka bertemu di atap gedung kampus yang sepi, hanya diterangi lampu jalan dari kejauhan.

“Aku nemu sesuatu,” kata Celin sambil menunjukkan file di laptopnya.

Cakra membaca cepat, wajahnya mengeras. “Victor. Aku udah curiga dari awal.”

“Tapi kita nggak bisa sembarangan. Kita butuh bukti nyata. Kalau aku langsung lapor, bisa jadi aku yang disalahkan karena pegang data ini,” jelas Celin.

Cakra terdiam sejenak, lalu menatapnya mantap. “Kalau begitu, kita harus tangkap dia sendiri. Kita buat dia terjebak.”

Celin menghela napas berat. “Itu berbahaya.”

“Lebih berbahaya kalau kita diam aja,” balas Cakra. “Aku nggak akan biarin kamu hadapi ini sendirian, Kak.”

Tatapan mereka bertemu. Ada sesuatu yang berubah, rasa percaya yang makin kuat, meski dibungkus rasa takut.

---

Pukul 22.30, Celin dan Cakra sudah berada di sekitar Meeting Hall kampus, tempat yang disebut dalam file. Gedung itu gelap, hanya ada beberapa lampu di lorong depan. Mereka bersembunyi di balik tiang beton, menunggu.

Dan benar saja, tepat pukul 23.00, Victor muncul. Ia melangkah santai dengan jas hitam, ponsel di telinganya. Dari kejauhan, suara lirihnya terdengar.

“Ya… semua berjalan sesuai rencana. Celin mulai lengah. Besok kita ambil data sisanya.”

Celin menahan napas. Ia hampir melangkah maju, tapi Cakra menahan lengannya. “Tunggu. Kita perlu bukti rekaman.”

Dengan cepat, Cakra mengaktifkan aplikasi perekam di ponselnya. Mereka merekam setiap kata.

Namun tiba-tiba, langkah lain terdengar. Seorang pria tinggi dengan wajah asing masuk ke ruangan, menyapa Victor dengan suara berat. “Kerja bagus. Kau memang cocok jadi umpan. Tapi hati-hati, jangan sampai Celin terlalu cepat sadar.”

Victor tersenyum tipis. “Tenang. Dia sibuk dengan masalah pribadinya. Lagipula, aku tahu kelemahannya: Cakra.”

Jantung Celin serasa berhenti. Telinganya bergetar mendengar namanya disebut. Ia ingin marah, ingin menghajar Victor saat itu juga. Tapi ia harus menahan diri.

Cakra mencengkeram tangannya pelan, menyalurkan ketenangan. “Sabar. Kita hampir dapat semuanya.”

---

Namun nasib berkata lain. Saat mereka mundur untuk mencari posisi lebih aman, kaki Celin tanpa sengaja menginjak pecahan kaca. Kresek!

Suara itu membuat Victor menoleh cepat. Matanya menyipit, lalu ia menyeringai. “Sepertinya kita tidak sendirian.”

Pria asing di sampingnya langsung mengeluarkan pistol kecil dari balik jaket. “Cari mereka.”

Cakra menarik Celin, berlari ke lorong samping. Detik berikutnya, suara langkah kaki berat terdengar mengejar.

“Arah sini!” suara Victor lantang.

Celin dan Cakra berlari sekuat tenaga. Napas mereka memburu, namun akhirnya mereka berhasil bersembunyi di ruang arsip yang gelap. Celin menempelkan punggung ke tembok, dadanya naik turun cepat.

“Kita nggak bisa terus sembunyi,” bisik Cakra. “Tapi kita punya rekaman. Itu sudah cukup.”

Celin menggigit bibir. “Belum. Aku mau tahu siapa ‘atasan’ mereka.”

---

Mereka keluar diam-diam lewat jendela samping. Saat itulah mereka melihat Victor berbicara lagi dengan pria asing, kali ini lebih jelas.

“Kalau semuanya berjalan mulus, minggu depan file ‘Orchid’ akan jatuh ke tangan kita. Bos di Singapura sudah siap membayar mahal.”

Cakra menyalakan perekam lagi. Setiap kata terekam jelas. Itu kunci: kata sandi Orchid dan penyebutan pihak luar negeri.

Namun tiba-tiba, pria asing itu menoleh. “Hei!”

Tanpa pikir panjang, Cakra menggenggam tangan Celin dan berlari. Mereka berdua berhasil kabur melewati pagar belakang kampus, tertawa kecil di tengah napas terengah-engah.

“Ini gila…” Celin hampir tidak percaya. “Kita benar-benar hampir ketahuan.”

Cakra menatapnya sambil tersenyum lega. “Tapi kita dapat apa yang kita cari. Bukti. Sekarang kita bisa balikkan keadaan.”

Untuk sesaat, Celin hanya menatap pemuda itu. Di tengah bahaya yang mengancam, justru bersama Cakra ia merasa lebih kuat. Lebih berani.

---

Keesokan paginya, Celin dan Cakra menyusun rencana terakhir. Mereka memutuskan menghadapi Victor secara langsung di perpustakaan, tempat semua bermula.

Ketika Victor datang dengan wajah tenang, Celin sudah menunggunya bersama Cakra.

“Apa kabar, Victor?” Celin membuka percakapan dengan nada dingin.

Victor tersenyum tipis. “Baik. Kenapa? Mau mengajakku diskusi tentang seminar lagi?”

Cakra mencondongkan tubuh. “Atau tentang file Orchid?”

Wajah Victor membeku sesaat, tapi segera kembali tenang. “Aku nggak tahu apa yang kalian bicarakan.”

Celin mengeluarkan ponselnya, memutar rekaman semalam. Suara Victor dan pria asing itu terdengar jelas. Kata demi kata menghantam udara hening perpustakaan.

Wajah Victor akhirnya berubah. Ia tertawa kecil, lalu berdiri. “Kalian memang cerdas. Tapi terlalu naif kalau mengira ini bisa menghentikan kami.”

Cakra maju setapak. “Kali ini, permainanmu selesai.”

Namun sebelum mereka bisa menahannya, Victor menekan sesuatu di jam tangannya. Bunyi klik terdengar. Alarm kebakaran di seluruh gedung mendadak berbunyi. Lampu darurat menyala.

Di tengah kepanikan mahasiswa yang berhamburan, Victor menghilang begitu saja.

---

Malam itu, Celin dan Cakra duduk di ruang tamu rumah Bagaskara. Rekaman masih tersimpan aman di laptop Celin.

“Dia lolos,” kata Celin lirih.

“Tapi kita dapat bukti penting. Kata sandi Orchid, dan jejak ke Singapura. Itu udah cukup buat melibatkan pihak berwenang,” balas Cakra.

Celin menatap layar laptop, lalu menutupnya pelan. “Victor cuma pion. Masih ada dalang yang lebih besar.”

Cakra menatapnya lembut. “Kalau begitu, kita akan hadapi mereka bersama.”

Celin tersenyum samar, untuk pertama kalinya merasa beban di pundaknya tidak seberat biasanya.

Namun di balik senyum itu, ia tahu badai yang lebih besar sedang menunggu.

Dan ia harus siap karena kini, ia tidak lagi sendirian.

Bersambung

1
Nana Niez
itu baru namanya cewek canggih,,, kerennnn,, aq sukaaaa
Nana Niez
ah othor bikin terharuuuu, 😭
nuraeinieni
celin anak manis
🔴≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
ceritanya seru banget, banyak pelajaran yang diambil, salah satunya belajar untuk saling menyayangi walaupun mereka saudara tak sedarah...
🔴≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
makasih banyak kak untuk ceritanya... semoga sukses selalu ya kak, ditunggu novel-novel terbarunya
Tiara Bella
bagus ceritanya Thor....belum tentu aku bisa bikin dan merangkai kata² ya kan
Dewiendahsetiowati
terima kasih untuk ceritanya dan ditunggu karya selanjutnya thor
Rohmi Yatun
makasih Thor.. ditunggu karya selanjutnya 🌹🌹👍
Sulfia Nuriawati
kalo semua wanita berhati spt arini g akan ada anak²yg d adopsi cm utk mancing anak, trus pny anak sendiri anak adopsi d terlantarkan atw d beda²kan dlm segala hal
Tiara Bella
nangis aku....hik...hik....
nuraeinieni
kasian celin
nuraeinieni
aduh mewek juga bacanya
nuraeinieni
aq mampir thor
Tiara Bella
gercep bngt Cakra hbs wisuda langsung lamar Celin..... mantap thor
Rohmi Yatun
cerita yang luar biasa🌹🌹🌹🌹 👍
Cindy
lanjut kak
Tiara Bella
degdegan bacanya tkt Celin sm Cakra ketangkep sm Victor....twnya si Victor malah kabur
Tiara Bella
lanjut Thor biasanya 2 bab
Tiara Bella
ceritanya bagus
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!