Murni dan Samsuri beserta ketiga anaknya tinggal di rumah selama bertahun-tahun lamanya tidak pernah tahu kalau ada kamar kosong di rumahnya .
Salah satu anak dari mereka melihat kamar kosong berada di ruang bawah tanah ketika tidak sengaja membuka lemari pakaian di kamarnya saat sedang merapikan pakaiannya .
Kejadian demi kejadian mereka alami setiap malam dan mereka sangat terganggu sehingga setiap malam terjaga .
Apakah yang akan dilakukan satu keluarga tersebut ketika mengetahui adanya kamar kosong di dalam rumahnya ?
Ikuti kisahnya sampai selesai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Buronan
Di desa Makmur Jaya Samsuri sedang sibuk bekerja . Seorang pemilik rumah tempat Samsuri bekerja pergi ke pemakaman Amir , ia merasa mengenal sosok Amir tentang kabar miring yang beredar .
Di pemakaman Amir pria bertato di lengan kanannya melihat gundukan tanah basah bertabur bunga yang masih baru . Seperti baru saja dikunjungi oleh seseorang , Pria itu berdoa untuk Amir dengan khusyuk .
Airmatanya mengalir begitu saja . "Aku tidak menyangka jika kamu sudah tiada , asal kamu tahu waktu itu aku akan datang menghadiri pernikahan kakakku yang ternyata calon suaminya adalah kamu , aku adalah adik dari calon istrimu selama ini aku tinggal bersama nenek karena dari kecil aku di adopsi sama nenek sedangkan Juwita tinggal bersama ayah dan ibu kami , kenalkan namaku Samiran orang memanggilku Samir ," kata pria tersebut menghapus airmatanya .
Amir berdiri tak jauh dari pria tersebut menatap tajam seolah membencinya . Juwita berdiri dekat dekan Amir menahan Amir untuk berbuat nekad .
"Aku tidak mau adikku bernasib sama denganku , aku berharap kamu tidak mengganggunya ," kata Juwita menggelengkan kepala .
"Tapi dia telah membunuh kakakmu yang tidak bersalah itu dan sekarang kakakmu belum ditemukan jasadnya ," kata Amir . Amir langsung berubah wujud menjadi makhluk mengerikan berkeliling mengitari tubuh Samir .
Samir mencium aroma busuk buku kuduknya berdiri matanya mencari sesuatu lalu pergi dari makam Amir . Suara Amir menggema di area pemakaman membuat Juwita merasa bersalah kepada adiknya lalu meninggalkan Amir .
Samir masuk ke dalam mobil dengan napas memburu ia duduk sambil mengatur napas . “Kenapa suasana berubah seram padahal hari panas terik begini ,“ gumam Samir bergidik . kemudian menyalakan mesin pulang ke rumah .
Sampai di depan rumah Samir melihat Samsuri sedang memotong rumput yang sudah tinggi ingin bertanya namun ia ada acara yang lebih penting meninggalkan rumah .
Samsuri merasa ada yang memperhatikan melihat ke arah gerbang tidak ada siapa-siapa, ia melanjutkan memotong rumput .
Menjelang siang Samsuri meletakkan alat pemotong rumput lalu berjalan menuju teras depan dapur , seorang pembantu rumah tangga menyajikan makan siang dan minuman kepada Samsuri .
"Pak Sam , ini makanan dan minumannya ," kata pembantu bernama Yuyun . “Terimakasih , mbak ," jawab Samsuri sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil .
Yuyun terpesona dengan Samsuri , ia berdiri sambil melihat Samsuri sedang minum sampai menelan air liur . “Ternyata ganteng juga , Pak Samsuri kalau diperhatikan dengan teliti ,"batin Yuyun tersenyum sendiri .
Sore harinya Samsuri berpamitan kepada Yuyun pulang . "Kenapa tidak menginap saja di sini , pulangnya seminggu sekali atau dua minggu sekali , istrimu kan pulangnya sore, kadang pagi , kadang juga malam ," kata Yuyun berusaha mencegah Samsuri pulang karena ia ingin dekat dengan Samsuri .
"Maaf mbak , di rumah ada anak-anak yang membutuhkan sosok seorang bapak ketika ibunya bekerja ," tegas Samsuri kemudian menyalakan motornya dan meninggalkan rumah mewah itu .
Yuyun gagal mencegah Samsuri pulang masuk ke dalam rumah dan menguncinya . Ia masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhnya lalu istirahat di kamar .
"Gimana caranya supaya Samsuri tinggal di sini ya ?' tanya Yuyun sambil memikirkan Samsuri . Yuyun seorang perempuan yang ditinggal pergi oleh suaminya karena ketahuan selingkuh namun mereka tidak bercerai . Suami Yuyun hanya ingin mengujinya apakah ia akan berubah atau akan terus seperti itu .
Selama berpisah Yuyun dan suaminya jarang berkomunikasi , sekali komunikasi Yuyun selalu menolak bertemu dan suaminya ingin mengajaknya pulang . Yuyun sama sekali tidak goyah dengan pendiriannya .
Ponsel Yuyun berdering . Suaminya menelpon namun tidak ia angkat , ponsel terus saja berbunyi . Akhirnya karena capek telinganya mendengar suara panggilan ponselnya ia angkat .
"Ha_ " baru akan berbicara sudah ada seorang perempuan menghubunginya .
"Apakah benar ini istri dari Roni , maaf saya menemukan saudara Roni tergeletak tak sadarkan diri menyebut nama Yuyun apakah ini benar istrinya bernama Yuyun ?" tanya Perempuan di seberang .
Awalnya Yuyun senang suaminya menghubunginya tapi ketika mendengar suara perempuan lain hatinya merasa cemburu , ketika perempuan itu mengatakan kondisi suaminya akhirnya ia menjawab pertanyaan perempuan tersebut .
"Iya saya istri dari Roni , ada apa dengan suami saya ?" tanya Yuyun .
"Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi, lebih baik mbak datang saja ke rumah sakit Bumi Ayu sekarang juga ,“ kata perempuan itu lalu menutup panggilan secara sepihak . Setelah mendengar penjelasan perempuan di ponselnya Yuyun langsung beranjak dari tempat tidur keluar dari kamar dengan pakaian seadanya sambil membawa tas dan dompet lengkap ,
“Pak , maaf saya pamit ke rumah sakit , suami saya masuk ke rumah sakit ,“kata Yuyun berdiri di samping Samir yang sedang makan malam bersama istri dan ke dua anaknya .
"Sakit apa , Mbak ?" tanya Eni . “ Saya kurang tahu ,Bu , saya dapat telepon kalau suami saya ada di rumah sakit sekarang ," jawab Yuyun .
"Ya sudah sana temui suamimu , hati-hati di jalan ," pesan Eni kepada Yuyun . "Terimakasih,Bu . Saya permisi ," Yuyun pergi ke rumah sakit naik taksi .
"Bu , kamu tahu Amir ?" tanya Samir kepada istrinya selesai makan . " Pemuda yang ditemukan meninggal di rumah Samsuri ," jawab Eni sambil membereskan piring kotor pindah ke wastafel .
"Dia adalah calon suami kakakku Juwita ," sahut Samir . Hampir saja Eni menjatuhkan piring karena terkejut . "Apa ... Calon suami kak Juwita ," jantung Eni tidak baik-baik saja. wajahnya merah masa lalu yang ia simpan rapat akhirnya terkuak sekarang .
"Iya , kamu tahu dulu kita yang memasang jebakan buat kak Juwita untuk pergi dari rumah namun di gagalkan oleh Sanusi kakak pertamaku namun nasib akhir kak Juwita justru kecelakaan bersama calon suaminya ," ungkap Samir dengan wajah serius . Ingatannya kembali ke masa lalu .
“Kamu juga kan yang membunuh kakakmu itu dan akhirnya kamu di penjara karena ketahuan ," sahut Eni dengan perasaan takut .
"Tapi aku tidak membunuhnya secara langsung , karena tidak ada sidik jariku di sana ," Samir membela diri dan tidak merasa bersalah .
"Kamu itu sangat licik sekali , asal kamu tahu itu karena bantuanku , kalau saja kamu tanpa aku pasti pembunuhan itu sudah mengarah padamu . Dan kamu harusnya bersyukur karena tidak terbukti bersalah yang seharusnya di penjara seumur hidup ," ungkap Eni menatap Samir lekat .
Keduanya sama-sama seorang pembunuh berdarah dingin . Mereka melarikan diri dan berhasil mengelabuhi polisi dengan bersembunyi dari daerah ke daerah dengan membangun sebuah usaha kecil-kecilan hingga saat ini masih menjadi buronan polisi .
“Kamu selain pintar berbohong pintar juga di atas ranjang , ayo kita olah raga biar semangat membasmi hama yang merubah hubungan kita ," kata Samir menggendong Eni masuk ke kamar .
Di balik dinding pemisah ada sepasang telinga mendengarkan pembicaraan mereka .