Welcome to the sequel of You're Mine Brianna
Perjalanan seorang Hana Elodie Brown menghindari Ayahnya yang otoriter terhadap dirinya. Berbagai cara ia lakukan agar hidupnya bisa terbebas dari aturan yang menurutnya tak sesuai dengannya. Sampai pada suatu ketika, Hana dipertemukan oleh takdir dengan seorang pria yang tak pernah ia inginkan semasa hidupnya, Daniel Leonardo Smirnov. Seorang mafia yang dunianya penuh dengan kegelapan melebihi tempat tergelap di dunia. Mampukah Hana menjadi penerang bagi Daniel dan akankah Daniel mampu memberikan kehidupan yang diinginkan oleh Hana? Simak terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Jangan Terlalu Dalam Menggali
"Ada tamu tak diundang rupanya." seru Daniel saat ia dengan santainya masuk kemudian duduk di sebuah sofa panjang bersama dengan Hana dan Nikolai. "Duduklah, jangan tegang." tambah Daniel mempersilakan untuk duduk kepada salah satu polisi yang merupakan pimpinan dalam pasukan tersebut.
"Kami membawa surat penangkapan untukmu, Daniel Leonardo Smirnov.." ucap salah seorang polisi yang sepertinya berpangkat rendah dibandingkan seseorang yang ia kenal di kepolisian. Ia memberikan selembar surat tugas itu pada Daniel.
Daniel terkekeh saat membaca isi surat tersebut yang dimana di sana tertulis bahwa barang yang ditemukan oleh mereka adalah milik Daniel Leonardo Smirnov. "Mana bukti bahwa aku terlibat dalam kasus itu?" ujar Daniel. "Aku bisa menuntut kalian dengan tuduhan palsu, jangan bermain-main denganku." Imbuhnya lagi.
"Bawa dia!" Ucap polisi tersebut kepada anggotanya.
Hana mencengkram lengan Daniel dengan keras tapi pria itu kembali menenangkannya. Daniel menoleh ke arah Nikolai seolah bertanya apakah ia sudah menghubungi pimpinan tertinggi anggota kepolisian itu. Paham dengan lirikan dari Daniel, Nikolai pun mengangguk mantap.
Saat polisi tadi mengeluarkan sebuah borgol, tiba-tiba ponsel miliknya berdering. Daniel tersenyum smirk, ia mengetahui itu panggilan dari siapa.
"...."
"Apa??"
"...."
"Baiklah.."
Polisi tersebut nampak memasang raut wajah kesalnya. Daniel bahkan mendengar dengusan kasar dari pria tersebut.
"Bagaimana?" tanya Daniel sembari menyodorkan kedua tangannya seakan siap untuk di borgol.
Polisi tersebut tidak berkata apa-apa pada Daniel, ia hanya menatapnya dengan penuh kekesalan.
"Kita kembali!" Ucap polisi tersebut kemudian segera membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi meninggalkan mansion. Tindakan sang pemimpin itu membuat anggotanya yang lain cukup kebingungan, tapi mereka tidak bisa bertindak apa-apa selain menuruti perkataan sang pimpinan tugas.
"Philip brengsek. Aku akan membuat perhitungan dengannya." umpat Daniel saat para polisi itu sudah meninggalkan area mansion.
"Katakan padanya, aku akan datang." titah Daniel kepada Nikolai dan dijawab dengan anggukkan.
Terdengar hembusan nafas Hana yang sedikit kasar. Daniel menoleh, kemudian ia tersenyum. "Tak ada hukum yang bisa memenjarakanku, Hana." ucapnya dengan tenang.
"Entah bagaimana jadinya jika kau benar-benar tertangkap, Daniel. A-aku takut.."
Daniel menarik Hana ke dalam pelukannya, tangannya mengusap lembut punggung rapuh itu dengan penuh rasa sayang. Sebenarnya Daniel tak suka jika Hana selalu penuh dengan ketakutan seperti ini, tapi Daniel paham itu adalah bukti rasa sayang Hana kepada dirinya.
"Kau sudah makan siang?" tanya Daniel dan Hana menggeleng dengan lemah.
"Ayo, kita makan bersama." ajak Daniel. "Nikol, cari siapa dalang dari semua ini."
"Kau tak mengajakku untuk bergabung? Aku juga lapar, Niel." rengek Nikolai seperti biasa.
"Kau boleh bergabung dengan kami, Nikol." ucap Hana.
"Tidak. Aku ingin menikmati makan siangku hanya berdua. Biarkan Nikol bekerja agar rekeningnya semakin menggemuk." sahut Daniel tegas.
"Kau akan menambahkannya?" tanya Nikolai dengan mata berbinar.
"Jika kau berhasil melakukan tugasmu."
"Baik Tuan!" jawab Nikolai dengan semangat dan senyum lebarnya."Lain kali aku akan bergabung dengan kalian, Hana. Untuk saat ini, isi rekeningku sedang dipertaruhkan." ucap Daniel lalu bergegas kembali ke markas untuk segera melakukan tugasnya.
"Matanya selalu berbinar jika berbicara tentang uang." sahut Hana sembari menggelengkan kepalanya.
"Hmm, dia sengaja memenuhi isi rekeningnya agar ia selalu bisa mengikuti pelelangan." jawab Daniel sembari mengajak Hana ke ruang makan.
"Pelelangan apa?"
"Gadis perawan." jawab Daniel.
"What? Apakah ada yang seperti itu?" tanya Hana tak percaya.
"Kau boleh bertanya pada Nikolai jika tak percaya." sahut Daniel sembari menuangkan makanan ke dalam piring kemudian menyerahkannya kepada Hana.
***
Daniel dan Gaston memasuki sebuah ruangan khusus milik Kepala Kepolisian Rusia yang memimpin seluruh organisasi polisi dan bertanggung jawab atasnya. Mereka datang dengan penuh percaya diri tanpa membawa seorang pengacara.
"Tuan Daniel, silakan duduk." ucap Philip, pria dengan jabatan paling tinggi di Kepolisian Rusia.
Daniel dan Gaston pun mendaratkan bokongnya di sebuah kursi. Ia melihat ke arah kirinya, dimana di sana ada seseorang yang tadi datang ke mansionnya dan hendak menangkapnya.
"Tuduhanmu tidak berdasar, Inspektur Juan." ucap Philip kepada bawahannya.
"Tapi mereka terbukti sebagai pengirimnya dan barang itu miliknya, Tuan." jawab pria yang bernama Philip dengan kekeh.
"Bagaimana bukti transaksinya?" tanya Daniel ikut menyahuti pembicaraan antara pimpinan dan bawahan tersebut.
Juan mengepalkan kedua tangannya, rahangnya terlihat mengeras karena memang tak ada bukti transaksi antara Daniel dan orang-orang yang membawa heroin tersebut.
Daniel terkekeh pelan meremehkan. "Lalu kapalku? Mengapa sampai di sita? Apakah di dalam semua kapal milikku terdapat barang itu?" tanya Daniel dan lagi-lagi Juan terdiam.
"Sepertinya kau terlalu bersemangat untuk menangkapku hingga kau melupakan poin-poin penting itu."
"Perlukah aku menuntut balik atas tuduhan palsu ini?"
"T-tuan.. Kita masih bisa membicarakan ini dengan baik, bukan begitu?" Philip kini mulai bersuara. Khawatir jika Daniel benar-benar melakukan hal yang bisa merugikan keuangannya. Daniel hanya tersenyum dan tidak melontarkan jawaban apapun.
"Inspektur Juan, kembalilah ke ruanganmu." titah Philip kemudian pria itu bergegas pergi dengan amarah yang tertahan.
"Bagaimana ini bisa terjadi Tuan Philip yang terhormat?" ucap Daniel dengan datar. Matanya menatap tajam ke arah Philip.
Tubuh pria tua itu mulai bergetar, atmosfer di ruangannya mulai berubah mencekam. Ini adalah kegagalan pertamanya semenjak ia bekerja sama dengan ketua mafia yang paling ditakuti. Pria itu bahkan sudah memakan uang yang diberikan oleh Daniel secara rutin kepadanya. Sungguh sebuah kesalahan fatal baginya karena ia tidak melakukan tugasnya dengan baik.
"Maafkan saya, Tuan. Saya jamin ini tidak akan terjadi lagi." jawab Philip dengan suara yang bergetar.
Jabatan tinggi tak akan berarti apa-apa jika sudah bekerja sama dengan mafia. Mereka tak akan segan menghabisi nyawa siapapun yang mengacaukan kegiatan para penguasa dunia bawah tanah itu.
"Aku tak mau kau hanya memakan gaji buta dariku, Philip. Atau kau akan ku gantikan dengan orangku yang akan mengisi kursimu di sini?" tanya Daniel dan dijawab cepat dengan anggukkan cepat oleh Philip. Daniel dengan segala amarah yang tertahannya, Daniel pun menoleh ke arah Gaston memberikan isyarat.
Gaston mengangguk cepat kemudian menyerahkan salah satu koper berukuran sedang kepada Philip dan membuka koper tersebut di depan pria tua berambut cepak itu. Kedua mata Philip terbelalak saat melihat tumpukan uang di dalamnya.
"I-ini..."
"Berikan itu kepada semua anggotamu. Jangan sampai mereka mengusikku lagi, Philip. Atau aku akan menjadikanmu santapan lezat untuk Viggo."
Philip mengerutkan keningnya, ia tak paham siapa itu Viggo. Apakah ia anggota Bratva yang lain?
"Serigala kesayanganku." jawab Daniel menjawab pertanyaan Philip yang tidak ia lontarkan tapi Daniel bisa melihat pertanyaan itu berputar di atas kepalanya.
Nafas Philip tercekat, ia kesulitan menelan salivanya setelah mendengar hal itu. "Ba-baik Tuan. Aku akan pastikan ini tidak akan terjadi lagi." jawabnya.
"Berikan lagi, Gaston."
Gaston pun kembali menyerahkan satu koper yang lainnya tapi yang ini berukuran sedikit lebih kecil. Ia menyerahkannya kepada Philip dan membukanya.
"Itu untukmu. Selamat menikmati." ujar Daniel kemudian ia beranjak dari duduknya dan keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Philip yang masih ternganga karena melihat tumpukan uang yang khusus diberikan untuknya.
Di luar ruangan, Daniel berpapasan dengan Juan. Ternyata pria itu masih bertahan di sana. Daniel menepuk pundak pria itu dan sudut bibirnya terangkat sebelah.
"Jangan terlalu dalam menggalinya. Mengganggu air yang tenang hanya akan membuat gelombang dan membasahi dirimu dan sekitarmu." ucap Daniel menyiratkan sebuah makna melalui kiasan.
Juan tak bisa menjawabnya, kedua tangannya mengepal kuat dan tatapannya menyipit seolah merutuki seorang Daniel di dalam hatinya. Bagaimana tidak, saat satu langkah lagi ia menjerumuskan Daniel ke dalam penjara, ternyata ia dipukul mundur oleh pemimpinnya sendiri.
Ia yakin bahwa Philip sudah dibayar dengan harga yang fantastis untuk setiap pergerakan yang dilakukan oleh Daniel di bawah tanah. Jabatan tertinggi di kepolisian, Philip gunakan untuk memperkaya dirinya sendiri. Sungguh sebuah langkah yang berani untuk memutuskan menjadi rekan mafia.
Saat Daniel hendak kembali ke mansion, ponselnya berdering. Ia segera mengangkatnya tanpa menyapa terlebih dahulu.
"Kau sudah menemukannya?"
"Garret dan Dark Hole dalangnya." jawab Nikolai dengan pasti.
"Mereka ingin segera menjemput kematian sepertinya."
"Bagaimana tentang pasukan bertopeng?" tanya Daniel yang masih penasaran.
"Masih abu-abu."
"Shit!"
***
Hana menggeliat dalam tidurnya, ia merasakan ada seseorang yang sedang mengamatinya.
"Daniel.." ucapnya dengan mata yang masih tertutup rapat.
"Kau bahkan mengenaliku saat matamu masih terpejam, Hana." sahut Daniel sembari tersenyum.
"Aku sudah hafal dengan aroma tubuhmu." jawab Hana kemudian ia mengerjapkan matanya.
"Ayo kembali tidur, ini masih larut malam."
Daniel pun naik ke atas ranjang untuk ikut bergabung bersama sang istri. Pria itu memeluk erat tubuh Hana yang selalu menjadi candu baginya. Seketika semua penat yang terasa menguap begitu saja. Istrinya benar-benar sangat menenangkan, ia adalah obat termanjur dari segala obat yang ada di seluruh dunia. Daniel tidak butuh apapun untuk menenangkan pikirannya yang kalut. Ia hanya butuh pelukan dari sosok wanita yang begitu ia cintai.
"Good night, honey." Daniel mengecup puncak kepala Hana yang sepertinya sudah kembali ke alam tidurnya.
TBC