Ini kisah tentang istri yang tidak dianggap oleh suaminya. Namanya Nadia. Ia bisa menikah dengan suaminya karena paksaan dari Nadia sendiri, dan Nufus menerimanya karena terpaksa.
Ada suatu hari dimana Nadia berubah tak lagi mencintai suaminya. Dia ingin bercerai, tetapi malah sulit karena Nufus, sang suami, malah berbalik penasaran kepada Nadia.
Dan saat cinta itu hilang sepenuhnya untuk Nufus karena Nadia yang sekarang bukanlah Nadia sesungguhnya, justru ia bertemu dengan cinta sejatinya. Cinta yang diawali dengan seringnya Nadia cari gara-gara dengan pria tersebut yang bernama Xadewa.
Lucunya, Xadewa adalah orang yang ditakuti Nufus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegelisahan
Putusan akhir untuk Xadewa dan Nufus akhirnya keluar.
Di antara keduanya, Xadewa mendapat hukuman paling ringan yaitu enam tahun penjara. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ia bukan residivis, tidak terlibat pencucian uang selama menjalankan bisnis judol, dan selama proses hukum ia bersikap kooperatif dengan mengakui kesalahan serta meminta maaf secara terbuka. Beberapa faktor lainnya juga mendukung untuk meringankan vonisnya dari hukuman maksimal sepuluh tahun.
Xadewa hanya terjerat karena keterlibatannya dalam bisnis judol. Berbeda dengan Nufus yang juga terseret karena hubungannya dengan Angin dan Licy, membuat hukumannya jauh lebih berat. Kabar ini pun sudah sampai ke telinga Licy dan Angin.
Licy yang sejak awal menaruh benci pada Nufus, mulai termenung. Dalam pikirannya ia mulai bertanya-tanya kepada lubuk hatinya yang paling dalam "Ngapain terus benci sama Nufus?"
Perasaan benci yang membara itu perlahan melunak. Ia mulai menyuruh hatinya untuk berhenti membenci, berhenti merasa dirugikan. Toh, selama ini semua usaha melenyapkan Nufus selalu gagal karena anak kandungnya sendiri, Xadewa, yang selalu melindungi laki-laki itu. Lagi pula sekarang Nufus bahkan rela mengorbankan dirinya. Dan ketulusan tersebut saat ini bisa dirasakan oleh Licy.
Begitu juga dengan Angin. Laki-laki itu merasakan hal serupa. Ada rasa lain yang timbul dalam hati pria paruh baya itu terhadap Nufus. Dia jadi ingin menemui putranya yang terbuang itu sekarang. Ingin menatap, mungkin sampai memeluknya dalam konteks ayah terhadap anak. Ia ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya karena sudah tidak mengurus anak itu dengan baik.
Hatinya mulai sesak dan juga pikirannya kalut. Dalam isolasi yang sunyi dan mencekam, tubuhnya mendadak terasa lain dari biasanya. Ia terdiam menahan rasa sakit itu sendirian. Wajahnya kalau dilihat-lihat seperti tidak simetris. Kepalanya juga terasa berat dan pusing. Sementara itu, tangan dan kaki bagian kanan mulai terasa nyeri, seperti tidak bisa digerakkan.
Ia pun akhirnya dibawa ke tim medis. Dilakukan pemeriksaan ternyata Angin terkena stroke ringan. Angin berpesan hal tersebut jangan sampai anak dan istrinya tahu, nanti mereka akan kepikiran. Untungnya dirawat dalam beberapa waktu, kondisinya sudah lebih membaik, dan ia bisa kembali menjalani tahanan.
...****...
Setelah putusan sidang keluar dan jadwal bebas Xadewa sudah pasti, hidup Nadia terasa sedikit lebih ringan. Sekarang ia hanya perlu fokus menanti kelahiran anak mereka, sambil bersiap menunaikan amanat yang dititipkan Xadewa untuk masa depan anak itu.
Ia tahu pasti tidak mudah. Akan ada masa ketika anak itu mulai bertanya tentang sosok ayahnya. Tapi semoga saja seiring waktu semua bisa dijalani. Mungkin tidak semudah dibayangkan, tapi juga tidak seberat yang dikhawatirkan.
Orang tuanya masih setia mendampinginya hingga kini. Sang ayah bahkan rela meninggalkan pekerjaan lamanya demi bisa membantu Nadia menjadi juragan tengkulak, sementara Nadia fokus mengurus kontrak lima tahun usaha suplai tembaga. Semua demi kelancaran bisnis. Jangan sampai tersandung masalah, apalagi sampai kena denda.
Jika dihitung-hitung, ketika kontrak itu selesai Xadewa pun tidak lama lagi akan bebas. Baguslah, Nadia bisa berdiskusi kembali bagaimana baiknya nanti.
Hari-hari pun cepat berlalu.
Kandungan Nadia kini sudah membesar. Saat ini ia sedang ngemil buah meski belum lama makan. Orang tuanya melarangnya banyak bergerak di luar rumah, jadi hari-harinya diisi dengan mondar-mandir dalam rumah, kadang tanpa tujuan sambil terus makan. Janin dalam kandungannya pun seakan tidak bisa diam. Benar kata Xadewa, semakin dikekang di rumah semakin ingin lebih beraktivitas.
"Pasti anak ini bakal super aktif kayak bapaknya," gumam Nadia sambil tersenyum kecil. Tidak lama HP nya bergetar ada panggilan masuk.
Telepon itu diangkat oleh Nadia. Suaranya terbata saat mendengar kabar dari pengacara bahwa benar Angin dan Licy dijatuhi hukuman mati. Mereka dinyatakan bersalah karena merugikan negara dalam jumlah besar dan terbukti sebagai gembong narkoba terbesar. Tidak hanya itu, mereka juga sempat melakukan perlawanan saat hendak disergap yang mengakibatkan korban jiwa.
"Ada apa, Nad?" tanya sang ibu, melihat putrinya terlihat sangat tegang, bahkan hampir menjatuhkan HPnya.
"Duduk dulu, Nak. Nih, minum air putih dulu," ucap ibunya lagi masih berusaha menenangkan.
Setelah beberapa tegukan dan napas yang sedikit lebih tenang, Nadia akhirnya membuka suara. Ia memberitahu bahwa kedua mertuanya resmi divonis hukuman mati.
Wajah sang ibu ikutan menegang. Jika saja mereka bukan besan, mungkin kabar ini akan terasa memuaskan karena hukumannya setimpal atas segala kejahatan mereka. Tapi kenyataannya mereka adalah orang tua Xadewa, kakek-nenek dari calon cucunya juga. Rasanya mau lega pun jadi tidak enak hati.
Hati Bang Dewa pasti hancur. Besok aku ingin menemuinya dan juga ingin bertemu Mama dan Papa mertua. Gumamnya dalam hati, tanpa dia sadari semesta tidak mengabulkannya.
Sementara Nadia sudah kepikiran akan hal tersebut, Xadewa dan Nufus justru belum mengetahui. Di sel yang terpisah, masing-masing merasakan suasana yang tidak enak dari hari-hari sebelum-sebelumnya.
Mereka sama-sama sedang gelisah.
.
.
Bersambung.
aku tunggu up nya
"Kamu salah orang... salah orang.. kamu salah orang...
lah gw jadi nyanyi /Facepalm/
tpi ini beda,,,
Kekurangan seseorang dijadikan bahan ledekan