Season ketiga dari novel (Psycho CEO) When the devil falls in love.
Dendam, Amarah, Putus asa, Cinta dan Pengkhianatan terus di rasakan oleh pria tampan itu hingga menjadikan nya penguasa dunia gelap dan pengendali di balik layar yang tak mengenal rasa ampun dan kasihan.
Saat tak lagi percaya dengan 'Cinta' pria itu bertemu dengan gadis yang mampu menggoyahkan hati nya.
Namun apa jadinya jika gadis yang mengisi hati nya tersebut ternyata memiliki hubungan dengan orang yang menjadi sasaran balas dendam nya?
...
"Gila! Kau pikir kau akan bisa membunyikan ku berapa lama?!" umpat gadis itu menatap tajam wajah datar pria di depan nya.
"Entahlah, Mungkin...
Selamanya?" jawab pria itu tanpa ekspresi sembari menyentuh wajah gadis yang sudah ia klaim sebagai milik nya.
"Aku akan membunuh mu! Sungguh!" balas gadis itu dengan amarah yang menumpuk di mata nya.
"Do it! I'll be waiting for that," pria itu mengeluarkan smirk licik nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Target selanjutnya...
Pria itu menoleh pada gadis yang tertidur di bangku samping mobil nya.
Mata yang terlelap membuat seseorang hanya ingin memejam karna uap yang tak terlihat di mobil tersebut.
Ia dan tuan nya memang memiliki ketahanan untuk obat tidur yang berada dalam bentuk uap karna sering berlatih, berbeda dengan orang biasa termasuk gadis itu.
"Apa tuan sudah mengatakan nya? Tapi berkas nya kan belum di berikan?" gumam Nick sembari melihat wajah sembab gadis itu.
Louise perlahan terbangun, ia melihat pria yang mengantar kembali pagi ini ke kediaman nya.
"Anda membutuhkan sapu tangan?" tanya Nick saat melihat gadis itu terbangun sembari memberikan sapu tangan nya.
Louise menolak dan melihat pintu kediaman mewah nya yang sudah terpampang jelas di depan nya.
"Seharusnya aku mendengar perkataan mu," ucap nya lirih dengan suara yang hampir habis karna tangis nya tadi.
"Tuan mungkin ti-"
"Tenang saja, aku tidak akan menganggu tuan mu lagi, kami sudah benar-benar berakhir." ucap nya sembari beranjak keluar dari mobil tersebut.
Nick membuang napas nya, apa yang di tutupi pada akhirnya akan ketahuan, ia merasa tak nyaman melihat wajah terlihat tengah terluka itu namun ia tak bisa melawan tuan nya ataupun keluar dari kesetiaan nya.
....
Kediaman Rai.
Langkah gadis itu tertatih memasuki kediaman mewah nya, ia hanya berharap agar tak bertemu dengan kakak nya saat sedang dalam kondisi berantakan.
Perut, tubuh, bagian inti nya semua sakit dan yang saat ini lebih sakit adalah hati nya.
Perasaan yang ingin tenggelam di laut dalam dan kabur agar tak menemui siapapun dan memiliki ketenangan.
Ia beranjak ke kamar nya, ia sama sekali tak memiliki semangat untuk memeriksakan tubuh nya, ia hanya langsung berbaring dan menutup dirinya dengan selimut tebal.
...
Pukul 7.45 pm
Louis baru kembali dari JBS Hospital, karna beberapa pertemuan ia pulang sedikit lebih lama karna biasa nya ia kembali di sore hari.
"Louise sudah pulang?" tanya nya pada kepala pelayan di kediaman megah tersebut.
"Sudah tuan, tapi..." ucap wanita paruh baya berambut pendek tersebut.
"Apa?" Louis langsung mengernyit melihat wajah yang terlihat gusar di depan nya.
"Dimana dia?" tanya nya lagi.
"Di kamar tuan, nona sejak kembali pagi tadi tidak makan ataupun bangun dari tempat tidur." jawab kepala pelayan.
Louis memejam dan memegang dahi nya, ia ingin segera memarahi adik nya yang sudah tidak pulang tanpa kabar dan kini malah tidak makan sama sekali.
Kaki nya langsung beranjak menuju kamar saudara kembar nya, ia melangkah dengan cepat dan membuka pintu kamar adik nya.
"Kau masih mau tidur? Belum makan? Kan? Sini turun makan sama aku!" ucap nya sembari menarik selimut tebal yang menutup tubuh gadis itu.
Louise menahan nya, ia hanya menangis satu harian dan tidak bersemangat melakukan aktifitas lain nya, ia bahkan tak ingin memperlihatkan wajah kacau nya pada sang kakak.
"Aku di sini saja!" jawab nya serak sembari menyembunyikan wajah nya di antara bantal lain nya.
Louis mengernyit mendengar suara adik nya yang parau, "Kau kenapa? Menangis? Louise?!" panggil pria itu dan langsung menarik kuat selimut tebal itu dengan satu tarikan.
Ia pun menarik tangan gadis itu dan membangun kan nya, mata nya membulat sejenak dan mengernyit melihat wajah adik nya yang sembab namun pucat pasi.
"Kau kenapa?! Sakit? Kenapa tidak bilang dari tadi?!" tanya Louis sembari menyentuh dan memeriksa kondisi gadis itu.
Louise menepis nya, air mata nya luruh lagi saat saudara nya bertanya bagaimana kondisi nya.
Deg!
"Ini apa? Kau dari mana semalam?" tanya pria itu saat melihat bekas gigitan yang memerah dan mungkin ada yang beberapa bekas biru di leher dan bagian tubuh gadis itu yang terlihat saat pakaian nya tersingkap.
Bukan pukulan namun ia yakin itu bekas setelah berc*nta, bukan tanpa sebab ia tau karna dulu juga pernah melakukan hal yang sama wanita yang ia jadikan istri nya sekarang.
Perlakuan kasar dan semena-mena di ranjang, ia tau pasti akan seperti apa bekas nya di tubuh wanita karna ia dulu juga sering membuat nya.
Gadis itu tak menjawab, ia hanya menjatuhkan bulir bening nya dan menunduk.
Louis menarik napas panjang, ia memejam dan kembali mencoba bicara pada gadis cantik itu sekali lagi.
"Siapa yang melakukan nya?" tanya nya dengan nada yang di turunkan agar adik nya tak takut.
"Aku..." ucap nya tersendat dan cegukan karna tangis nya.
Louis diam saja menunggu ucapan adik nya selanjutnya.
"Kami sudah berakhir, dia..."
"Dia membuang ku..." sambung nya susah payah pada kakak nya.
"Siapa? Pacar mu itu?!" tanya Louis dengan marah pada adik nya.
"Kan sudah ku bilang dia itu bukan pria yang baik! Kenapa kau ti-"
"Aku harus gimana? Aku suka..." potong nya dengan suara gemetar pada sang kakak.
"Aku suka dia kak..."
"Suka sekali..." jawab nya lirih sembari menjatuhkan bulir bening nya.
Louis memejam mendengar ucapan adik nya yang gemetar tersebut.
Ia tak pernah melihat gadis yang selalu tertawa, marah, dan ceroboh itu terlihat begitu hancur, "Tidak apa-apa, pria bukan cuma satu, kakak bakal ca-"
Louise menggeleng pelan, ia segera memotong ucapan sang kakak, "Kak..."
Louis diam sejenak dan menatap wajah adik nya yang pucat dan mengusap air mata gadis itu yang jatuh.
"Aku hamil," ucap nya lirih dengan sangat pelan dan menunduk, ia bahkan tak bisa melihat mata saudara nya.
"Apa?!" pekik Louis dengan segala keterkejutan nya mendengar apa yang di katakan oleh adik nya.
"Kau hamil?!" tanya nya ulang dengan mengernyit.
Louise mengangguk pelan, bagi nya semua yang terjadi pada nya begitu tiba-tiba.
"Kak? Apa aku benar-benar buruk yah? Padahal aku suka sekali..." tanya nya lirih dengan tangisan nya.
"Tapi kenapa aku di buang kak?" sambung bya bertanya pada sang kakak.
"Tidak! Kau tidak buruk sama sekali! Dia yang buruk! Bukan kau!" jawab pria itu sembari menatap wajah adik nya.
"Aku harus gimana sekarang? Aku hancur..."
"Apa suka sama orang lain memang sakit begini kak?" tanya lirih dengan tangis nya yang semakin jatuh ketika ia mengadukan pada satu-satu nya keluarga yang ia miliki.
"Louise? Kita ke rumah sa-"
Tes...
"Louise? Hey!" panggil pria itu saat ia merasakan darah yang jatuh ke tangan nya.
Louis mengangkat wajah pucat adik nya, hidung mancung yang mulai mengalirkan cairan merah kental itu mulai meringsek keluar.
"Kepala ku sakit, perut ku juga..." ucap nya lirih sebelum memejam.
Ia tak tau bagian mana yang sakit karna baginya semua sangat sakit.
Dada nya terasa sesak hingga membuat nya tak bisa bernapas saat ia ingat semua ucapan tajam pria yang tiba-tiba membuang nya seperti barang yang tak bisa di gunakan lagi.
"Louise? Louise!" panggil pria itu pada adik nya yang kini memejam tak sadarkan diri.
Ia pun segera menggendong gadis itu keluar untuk segera membawa nya ke rumah sakit.
"Siapkan mobil sekarang!" perintah nya pada salah satu pengawal di kediaman mewah itu sembari menggendong adik nya.
......................
Mansion Dachinko.
Pria itu tak bisa memejamkan mata nya, aroma gadis yang baru tadi malam ia tiduri bahkan masih ada dan menempel di kamar serta ranjang nya.
"Aku tidak perlu ragu..."
"Lagi pula aku belum terlalu suka diri nya..." ucap nya sembari berusaha memejamkan kembali mata nya.
Ia menyamping ke arah di mana biasa nya gadis itu tertidur, tangan nya mengusap bantal kosong tidak ada siapapun di sebelah nya.
"Kau harus membenci ku, dengan begitu aku tidak akan terlalu merasa bersalah..." gumam nya sembari melihat bayangan kosong dengan aroma yang masih tertinggal.
......................
Sementara itu.
Pria yang duduk di bangku yang nyaman dengan, red wine yang memiliki aroma harum dan rasa yang manis.
Suara gemerincing dari benda mengkilap yang di tangan nya membuat mata nya memperhatikan sesuatu yang terlihat mewah dan indah tersebut.
"Kenapa dia mirip anak itu?" gumam nya sembari melihat gantungan kunci di genggaman tangan nya.
Sejak hari pembicaraan mereka tempo lalu pria itu merasakan perangai yang hampir sama dengan gadis yang pernah ia temui dulu.
Gadis yang mengambil peluru di perut nya lalu setelah itu langsung kabur meninggalkan nya karna ketakutan.
"Dia menarik, tapi sayang dia wanita pria si*lan itu,"
"Tapi kalau menghancurkan wanita seperti itu akan lebih menarik kan?" sambung nya.
"Target selanjut nya..." gumam nya sembari menjatuhkan red wine nya ke atas foto gadis yang diambil secara diam-diam itu.
"Kematian," sambung nya dengan senyuman simpul nya.
Dibandingkan dengan yang ia lakukan dulu yaitu membuat pria yang ia benci merasa terkhianati dengan orang yang dicintai nya kini ia ingin membuat pria itu merasakan rasanya kehilangan.
