Diumur yang tidak lagi muda, susah mencari cinta sejati. Ini kisahku yang sedang berkelana mencari hati yang bisa mengisi semua gairah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpaksa Memaafkan
Aku tak tahu lagi apa yang kurasakan sekarang, yang jelas aku begitu marah sekali atas apa yang dilakukan majikan bersama pacarnya. Bagiku wanita adalah bidadari yang harus dijaga kehormatannya, jangan sampai kecantikan itu akan hilang hanya gara-gara sebuah masalah kecil contohnya ciuman. Bukankah setiap pria pasti akan menyukai wanita yang tak banyak tingkah, yang selalu ingin wanita itu tak sembarangan mau dipegang sana-sini oleh seorang laki-laki.
Rasanya aku benci sekali melihat adegan itu, seakan-akan majikan sudah hilang rasa harga dirinya. Berulang kali dia mencoba membujukku untuk tidak marah padanya, tapi kekecewaanku yang mengingatkannya secara baik-baik selalu dibantah, dan itu sungguh melukai hatiku yang mengoreskan rasa amarah untuk timbul, bahwa seakan-akan aku dianggap tak penting untuknya.
Kling, gawai telah berbunyi dan telah ada pesan masuk yang dikirimkan padaku.
[Dio belikan kue, sedang lapar banget perutku]
"Heeeh ... Ini masih pagi, masak sudah lapar lagi? Ternyata badannya saja yang kurus, ternyata perutnya seperti karet saja, yang selalu ingin makan terus," gumanku dalam hati merasa aneh dan sedikit kesal.
[Iya, nanti akan aku belikan]
Balik jawabku mengirimkan pesan.
Tanpa banyak membuang-buang waktu, mobil sudah kulajukan untuk segera berangkat membelikan apa yang menjadi keinginan majikan.
Tok ... tok ... tok, pintu ruangan majikan telah kuketuk.
Ceklek, pintunya telah kubuka.
"Mana kuenya?" sambutnya yang telah berdiri dibelakang pintu.
"Haaaisst, bikin kaget saja. Kenapa juga harus menunggu dibelakang pintu segala?" gerutuku tak senang.
"Maaf ya, sebab aku sudah tidak tahan ingin segera makan kue itu."
Matapun sungguh aneh dan terkejut, saat riasan majikan begitu beda hari ini. Bibirnya yang biasanya tak memakai lipstik, sekarang sungguh menor sekali berwarna merah menyala. Bulu matanya yang lentik tak luput juga dia riasi, dan rasanya aku sungguh tak senang melihatnya seperti itu.
"Kamu mau kemana? Kondangan 'kah? Ini taruh dimana? " tanyaku heran sambil mencoba memberikan kue.
"Taruh disana saja," balasnya menunjuk ke arah sofa ruang tamu.
Segera kutaruh dan meletakkan beberapa piringan dan sendok plastik untuk makan kuenya.
"Masak sudah cantik begini dibilang mau kondagan? Ya enggaklah!" jawabnya santai.
"Lha terus mau kemana? Dandan saja kayak monster gitu?" hinaku tak suka.
"Aku? Kamu katain monster? Gak salah apa atas ucapan kamu barusan?" balik jawabnya tak senang.
"Iya kamu. Hapus bibir kamu yang merah ini, aku jijik sekali melihatnya!" cakapku sambil mencoba mengelap pelan bibirnya dengan tisu.
Majikan ternyata tidak berontak dan hanya pasrah, saat tanganku pelan-pelan mulai lihai mengelap bibirnya. Matanya terus saja menatapku penuh seksama dan heran, tapi aku tidak berbalik menatapnya yang pura-pura tak tahu saja.
"Nah! Gini 'kan cantik. Jangan kayak tadi seperti emak-emak mau kondagan saja," hinaku lagi.
"Isssh, aku tidak kondangan, Dio."
"Habisnya menor sekali. Sangat tidak cocok, tahu."
"Benarkah itu? Aku tidak cocok banget ya memakai itu? Padahal aku sudah lama pacaran sama kekasihku, tapi mereka tidak pernah komplain dan tambah senang-senang saja. Aku merasa sekarang ini kamu aneh, sebab ini sangat langka terjadi padaku. Kamu baik-baik saja 'kan? Gak ada sesuatu 'kan?" tanyanya heran.
"Kamu ngak lagi kesel, gara-gara masalah ciuman yang kemarin 'kan?" imbuh tanyanya.
"Enggak, Non. Aku baik-baik saja."
"Baguslah kalau begitu, aku takut kamu masih marah, sehingga mengelap bibirku sebab tidak suka," ujarnya.
"Aku memang suka wanita yang natural sama wajah aslinya. Lebih tepatnya tak suka sama wanita yang selalu dirias menor-menor. Itu saja sih!" jawabku.
"Ooh."
"Tadi belum jawab pertanyaanku? Kamu mau kemana, pakai berias segala?" tanyaku lagi, sambil membuka kotak kue.
"Aku gak kemana-mana, cuma mau ketemu pacarku Joan."
"Ooooh, pacar kedua!" jawabku yang ber'oh ria.
"Yap."
"Ini harus dimakan? Sebab aku sudah capek-capek membelinya," keluhku memberitahu.
"Iya .... ya. Kamu kok tahu sih, kalau aku suka kue coklat?" cakapnya bertanya.
"Ya tahulah, ngak mungkin ngak tahu, sebab tuan besar ada dipihakku. Semua informasi secara detail telah diberitahukan padaku, termasuk-?" jawabku tertahan mencoba mengodanya.
"Apa? Apa? Mata kamu kok mengarah-ngarah kesitu sih!" ujarnya risih sambil tangan bertangkup didada.
"Kenapa? Memang ngak boleh?" ujarku menjahilinya lagi.
"Iiiiih, dasar pengawal mesum. Culun-culun begini, otak kamu ternyata perlu dibawa ke reparasi bengkel," balik cakapnya mulai kesal.
"Hahahaha, memang aku mobil harus dibawa kebengkel, hiihihi! Kamu lucu banget sih, non!" gelak tawaku lepas.
Pletak, kepala secara tiba-tiba dipukul pakai kardus kue.
"Dasar manusia mesum dan ngak ada sopan-sopannya pada majikan."
"Enggak ... enggak, Non! Mana mungkin papa kamu memberitahu aku kayak gituan. Aku tadi cuma bercanda saja, maaf ya!" tuturku sedikit tak enak hati, sebab wajah majikan sudah bersemu kemerahan akibat malu.
Majikan terlalu jauh berpikir. Disangka tahu juga nomor buah semangkanya.
"Heem."
Kami berduapun sudah makan kue yang kubeli, dan hampir setengahnya kami habiskan berdua. Kulihat wajah non Dilla ada sedikit belepotan krim roti coklat, yang terdapat di sudut ujung bibirnya.
"Seperti anak kecil saja kalau makan," keluhku yang kini menghampirinya.
Jari jempol kucoba untuk mengusap belepotan kue, yang secara perlahan-lahan kuelus-elus bibir sexynya yang tipis namun menggoda, dan terasa sekali hembusan nafas majikan yang hangat telah menyapu pandanganku. Mata kamipun sama-sama menatap dengan tatapan terkunci, dengan wajah sama-sama saling terpana dan terbungkam, sehingga menimbulkan desiran halus dalam hati yang tak tahu apakah namanya itu?.
Ceklek, tiba-tiba pintu telah dibuka.
"Dilla sayang!" Suara mengelegar pria masuk ruangan majikan.
anyway bagi satu perusahaannya ga akan bangkrut kalii bole laa
jangan suka merendahkan orang lain hanya karna orang itu dari kampung..
ntar km kena karma.
semoga dio bisa tahan y jadi pengawal Dilla
nekat banget sih km,,agak laen y cewe satu ini.. 😂🤦♀️