NovelToon NovelToon
REINKARNASI BERANDALAN

REINKARNASI BERANDALAN

Status: tamat
Genre:Kebangkitan pecundang / Action / Time Travel / Romansa / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:252
Nilai: 5
Nama Author: andremnm

Arya Satria (30), seorang pecundang yang hidup dalam penyesalan, mendapati dirinya didorong jatuh dari atap oleh anggota sindikat kriminal brutal bernama Naga Hitam (NH). Saat kematian di depan mata, ia justru "melompat waktu" kembali ke tubuh remajanya, 12 tahun yang lalu. Arya kembali ke titik waktu genting: enam bulan sebelum Maya, cinta pertamanya, tewas dalam insiden kebakaran yang ternyata adalah pembunuhan terencana NH. Demi mengubah takdir tragis itu, Arya harus berjuang sebagai Reinkarnasi Berandalan. Ia harus menggunakan pengetahuan dewasanya untuk naik ke puncak geng SMA lokal, Garis Depan, menghadapi pertarungan brutal, pengkhianatan dari dalam, dan memutus rantai kekuasaan Naga Hitam di masa lalu. Ini adalah kesempatan kedua Arya. Mampukah ia, sang pengecut di masa depan, menjadi pahlawan di masa lalu, dan menyelamatkan Maya sebelum detik terakhirnya tiba?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andremnm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 31. menuju sumatra...

Perahu nelayan kecil itu melaju dengan kecepatan penuh menjauhi Pulau Ular, yang kini diselimuti oleh helikopter patroli militer. Lautan luas dan ombak yang mulai membesar menjadi satu-satunya tempat persembunyian mereka. Dion memegang kemudi perahu, mengarahkan haluan ke barat daya, menuju pantai terdekat Sumatra.

Maya berada di belakang, menjaga Arya yang terbaring tak sadarkan diri. Luka jahitannya bertahan, tetapi kulitnya tetap dingin dan pucat.

Rani duduk di haluan, matanya mengawasi cakrawala dan panel komunikasi terenkripsi miliknya, yang masih berfungsi meskipun basis mereka hancur. Wajahnya menunjukkan kombinasi kelelahan dan ketegasan.

Dion: (Berteriak melawan suara angin) "Rani! Seberapa jauh Sumatra? Dan apakah kita aman dari pelacakan mereka?"

Rani: "Sekitar empat jam jika cuaca bagus. Kita aman dari pelacakan radar besar. Kita hanya terlihat seperti perahu nelayan biasa. Tapi kita harus menghindari kapal patroli dan badai laut yang akan datang!"

Tiba-tiba, panel komunikasi Rani berkedip dengan rentetan notifikasi. Rani memasang headset dan mendengarkan laporan yang masuk. Ekspresinya berubah drastis—dari tegang menjadi kejutan yang mendalam.

Rani: (Melepas headset, matanya bersinar) "Dion! Maya! Kita berhasil! Daftar Hitam telah dipublikasikan!"

Dion: "Apa? Maksudmu... unggahan yang 50% itu?"

Rani: "Ya! Daftar Hitam — daftar lengkap kejahatan dan kolusi Komandan Jaya dan Cakra Manggala — sudah tersebar luas di Jaringan Pengawas Global! Dalam setengah jam terakhir, lima jaringan berita internasional utama telah meluncurkan laporan darurat! Mereka menggunakan data yang kau sebar! Dunia tahu kebenarannya!"

Maya: (Air mata bercampur lega) "Ya Tuhan... kita berhasil... semua ini... tidak sia-sia..."

Rani: "Tidak hanya itu! Komunitas Pengawas Global baru saja mengeluarkan pernyataan mendesak: mereka menuntut investigasi internasional atas Cakra Manggala dan menuntut Komandan Jaya segera dicopot dari jabatannya! Tekanan politik global sangat besar!"

Di tengah semua kegembiraan itu, gelombang radio tiba-tiba dipenuhi oleh suara statis dan teriakan panik militer.

Suara Militer (Melalui intersep Rani): "Sektor 4 diperintahkan siaga penuh! Tutup semua saluran komunikasi sipil! Hapus semua referensi ke 'Daftar Hitam' di internet! Ini adalah tindakan pengkhianatan nasional! TEMUKAN SUMBERNYA!"

Rani: "Dion, dengar! Mereka panik! Mereka mencoba sensor! Tapi sudah terlambat. Begitu data Daftar Hitam masuk ke Jaringan Global, itu tidak akan pernah bisa dihapus!"

Namun, kebahagiaan itu berumur pendek.

Dion: (Menunjuk ke depan, wajahnya pucat) "Rani! Lihat ke atas! Dan lihat ombak!"

Di depan mereka, langit berubah menjadi warna abu-abu kehitaman. Ombak laut yang tadinya sedang, kini mulai meninggi, menunjukkan tanda-tanda badai tropis yang bergerak cepat.

Rani: "Sial! Badai ini datang lebih cepat dari yang diperkirakan. Badai ini akan menghantam kita dalam waktu 30 menit. Perahu kecil ini tidak akan bisa bertahan dari ombak besar!"

Dion: "Motornya kuat, tapi lambung kayunya akan pecah jika ombaknya terlalu besar! Kita harus mencari perlindungan!"

Rani: "Tidak ada pelabuhan sipil yang aman di sepanjang pantai ini! Pelabuhan mana pun akan dijaga oleh militer yang panik. Kita harus mencari Teluk Tersembunyi! Sebuah goa atau celah di tebing! Cepat, Dion! Tingkatkan kecepatan! Kita harus mendahului badai!"

Dion memutar tuas gas hingga batas maksimal. Perahu nelayan itu berderak, berjuang melawan gelombang yang semakin liar.

Maya mencoba mengamankan Arya dari guncangan. Di tengah badai yang mendekat dan berita global yang mengejutkan, satu hal menjadi jelas: mereka adalah pemicu revolusi, tetapi sekarang mereka harus membayar harga untuk kebenaran itu.

Perahu nelayan kecil itu menjadi mainan di tengah amukan Selat Sunda. Langit telah menjadi gelap, dan hujan deras mulai turun, membatasi jarak pandang hingga hanya beberapa meter. Dion berjuang mati-matian di kemudi, mencoba menjaga perahu tetap tegak lurus terhadap ombak besar yang datang dari sisi lambung.

Dion: (Berteriak, air laut menyiram wajahnya) "Ombaknya terlalu besar, Rani! Kita tidak bisa menghadapinya secara langsung!"

Rani telah mengikat dirinya ke kursi di haluan, matanya menyipit memindai garis pantai Sumatra yang kini terlihat samar.

Rani: "Kita harus tetap maju! Jika kita berputar, kita akan terbalik! Jaga haluan tetap 45 derajat dari ombak! Kita harus mencapai pantai sebelum badai mencapai puncaknya!"

Di belakang, Maya harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk menahan Arya agar tidak terlempar dari tempatnya. Perahu itu terlempar ke udara dan menghantam air lagi, guncangan keras membuat Arya mengerang kesakitan, meskipun ia masih tidak sadarkan diri.

Maya: (Berbisik di telinga Arya, mencoba menenangkan) "Tahan, Kapten. Jangan pergi sekarang. Kita sudah hampir sampai."

Tiba-tiba, suara di headset Rani menjadi jelas di tengah kebisingan badai. Itu adalah komunikasi militer.

Rani: (Wajahnya kembali tegang) "Dion! Ada dua kapal patroli cepat Angkatan Laut. Mereka sedang berpatroli di perairan dangkal dekat pantai Sumatra. Mereka mencari jejak pelarian dari Pulau Ular!"

Dion: "Mereka tidak akan bisa melihat kita dalam badai seperti ini!"

Rani: "Pemindai mereka dilengkapi sonar aktif dan radar jarak dekat! Mereka mungkin tidak melihat kita, tetapi mereka bisa mendengar dan merasakan kita! Kita harus mematikan motornya dan hanyut!"

Dion: "Mematikan motor? Di tengah badai?! Kita akan terbalik!"

Rani: "Pilihannya cuma dua! Tenggelam dalam badai yang terkendali, atau diledakkan oleh kapal patroli yang marah! Matikan motornya! Sekarang!"

Dion, dengan berat hati, mematikan motor yang baru dimodifikasi itu. Keheningan tiba-tiba di tengah badai terasa lebih memekakkan telinga. Perahu itu langsung menjadi sasaran empuk ombak.

Maya: (Berpegangan erat) "Kita akan terbalik! Air masuk ke dalam perahu!"

Rani: "Ambil ember! Singkirkan air! Semua berpegangan erat! Kita hanyut menuju garis pantai! Semoga arus membawa kita ke tempat yang tepat!"

Mereka hanyut selama sepuluh menit yang terasa seperti neraka. Ombak besar menghantam lambung perahu, memenuhi mereka dengan air laut yang dingin.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara menderu yang keras.

VROOOM! VROOOM!

Sebuah kapal patroli kecil muncul dari balik tirai hujan, melaju kencang ke arah mereka, hanya berjarak beberapa ratus meter! Cahaya pemindai radarnya menyapu permukaan air.

Rani: "Merunduk! Jangan bergerak! Jangan membuat suara! Mereka akan berasumsi kita hanya puing-puing!"

Mereka semua merunduk serendah mungkin, bersembunyi di balik Arya yang terbungkus selimut termal, berdoa agar siluet mereka tidak terlihat.

Kapal patroli itu melaju melewati mereka dengan kecepatan tinggi, menciptakan ombak besar yang hampir menenggelamkan perahu nelayan itu. Kapal patroli itu tidak berhenti, berasumsi objek kecil itu hanyalah puing-puing.

Dion: (Terengah-engah, bangkit) "Mereka... mereka tidak melihat kita!"

Rani: "Berhasil! Sekarang, Dion! Cepat! Nyalakan motornya! Kita harus keluar dari arus ini!"

Dion dengan cepat menghidupkan kembali motor perahu. Suara mesin itu adalah anugerah. Mereka kembali bergerak, berjuang menuju pantai.

Setelah melewati badai yang mulai mereda, perahu mereka akhirnya mendekati pantai Sumatra. Pantai itu berpasir putih, dikelilingi oleh hutan bakau lebat.

Rani: (Menunjuk ke hutan) "Kita masuk ke hutan bakau itu! Sembunyikan perahu! Kita harus bergerak ke darat secepat mungkin sebelum tim pencari tiba!"

Mereka mengarahkan perahu itu ke celah tersembunyi di hutan bakau. Saat mereka berhasil mencapai daratan, Arya batuk keras, lebih kuat dari sebelumnya.

Arya: (Membuka mata, suaranya parau) "Sumatra... aman... Rani... kontak... Taman Nasional..."

Arya kembali pingsan. Tetapi dia telah memberikan petunjuk terakhir mereka.

Maya: "Taman Nasional! Itu harus menjadi tujuan kita!"

Rani: "Benar! Kontak Arya di Sumatra adalah Jaringan Konservasi. Tempat terakhir yang dicari oleh militer adalah suaka alam! Ayo, kita tinggalkan perahu ini dan bergerak! Kita lanjutkan pertarungan di darat!"

Perahu nelayan itu menyusup ke celah sempit di antara akar-akar bakau yang kusut di pantai Sumatra. Dion mematikan motor dan melompat ke air berlumpur. Mereka berhasil mencapai daratan.

Rani dan Dion segera menarik perahu itu lebih jauh ke dalam hutan bakau, menutupinya dengan dahan dan jaring ikan yang mereka bawa. Perahu itu kini tersembunyi sepenuhnya.

Maya dengan hati-hati memindahkan Arya dari perahu ke sebidang tanah kering di bawah naungan pohon.

Maya: (Menghela napas lega) "Kita selamat. Arya selamat. Badai berlalu."

Dion: (Sambil membersihkan lumpur dari wajahnya) "Tapi sekarang kita harus berhadapan dengan militer yang panik. Mereka tahu kita ada di Sumatra."

Rani kembali menyalakan panel komunikasinya, memindai frekuensi dengan hati-hati. Wajahnya menunjukkan keterkejutan.

Rani: "Situasinya di luar kendali Komandan Jaya. Daftar Hitam telah memicu krisis global. PBB mengadakan rapat darurat. Amerika dan Tiongkok telah membekukan semua kerja sama militer dengan Cakra Manggala."

Dion: "Pembekuan? Berarti mereka tidak akan mendapatkan lagi pasokan senjata untuk menindas rakyat!"

Rani: "Bukan hanya itu. Rekaman video 35% yang kau unggah, Dion, cukup untuk memberikan konteks. Rekaman itu menunjukkan simulasi serangan nuklir yang direkayasa oleh Komandan Jaya untuk memanipulasi pasar global. Bukti ini mengubah Daftar Hitam dari sekadar laporan menjadi ancaman perang."

Maya: "Jadi... kita berhasil. Kita menghentikannya?"

Rani: (Menggeleng) "Kita baru memenangkan babak pertama. Jaya tidak akan mundur. Dengan tekanan global yang begitu besar, ia justru akan menjadi semakin berbahaya. Dia akan melakukan apa pun untuk membungkam kita dan mengambil kembali kendali narasi. Dia akan menyatakan keadaan Darurat Militer dan memburu kita secara terbuka."

Rani: (Menunjuk ke hutan) "Kita harus segera bergerak. Arya menyebutkan Taman Nasional. Itu pasti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Itu adalah suaka alam yang luas, dipenuhi hutan lebat dan pegunungan. Tapi itu berarti perjalanan darat yang panjang."

Dion: "Kita tidak bisa membawa Arya yang sakit menempuh perjalanan jauh. Dia butuh tandu dan cairan IV yang konstan."

Rani: "Kita tidak punya pilihan. Aku akan mencari kayu untuk tandu darurat. Maya, kau tetap di sisi Arya. Dion, kau jaga perimeter dan pastikan tidak ada jejak yang tertinggal."

Sementara Rani memotong dahan dengan pisau besar dan Dion menutup jejak kaki mereka, Maya duduk di samping Arya. Arya kini terlihat sedikit lebih baik, namun masih belum sadarkan diri sepenuhnya.

Maya teringat sesuatu. Dia melihat ransel militer yang dibawa Rani dari Pulau Ular. Dia membuka ransel itu dan menemukan beberapa peralatan komunikasi darurat dan peta topografi yang sangat detail.

Di saku Arya, dia menemukan kartu identitas militer palsu. Arya telah menyiapkan segala sesuatu, termasuk cara mereka akan melarikan diri ke luar negeri setelah misi selesai.

Maya: (Berbisik, memegang tangan Arya) "Kau merencanakan semuanya. Bahkan pingsanmu pun hampir terasa seperti bagian dari rencana, Arya."

Saat Maya membalik kartu identitas palsu itu, dia melihat sebuah lambang. Lambang yang sudah dikenalnya sejak lama, dari pelatihan mereka di kamp militer dahulu. Lambang itu adalah simbol kuno Jawa yang melambangkan keseimbangan antara Air dan Bumi.

Maya: Lambang ini... itu adalah lambang Satuan Khusus Pemberontak. Satuan yang seharusnya sudah lama dibubarkan. Ini bukan hanya tentang Naga Hitam. Ini tentang sisa-sisa perlawanan yang jauh lebih besar.

Rani kembali membawa tandu darurat yang terbuat dari dahan kuat dan jaket tebal.

Rani: "Kita harus segera pergi. Kita bergerak ke dalam hutan bakau. Medannya akan sulit, tetapi akan menyembunyikan jejak panas kita dari helikopter. Dion, kita bergerak dalam formasi berlian. Aku di depan sebagai penunjuk jalan. Maya dan Arya di tengah. Kau di belakang untuk pertahanan."

Mereka mengangkat Arya ke tandu darurat. Tiga orang, satu beban, dan satu kebenaran yang baru saja mereka lepaskan ke dunia.

Tujuan mereka berikutnya: Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, jantung perlawanan dan jaringan konservasi yang misterius.

1
Calliope
Duh, hati jadi bahagia setelah selesai baca karya ini!
andremnm: makasih🙏🙏
total 1 replies
Deqku
Aku jatuh cinta dengan ceritamu, tolong update sekarang juga!
andremnm: makasih ya
total 1 replies
tae Yeon
Terlalu emosional, sampai menangis.
andremnm: makasih 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!