NovelToon NovelToon
Perjalanan Menuju Surga Abadi

Perjalanan Menuju Surga Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Morning Sunn

Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 22: Kota Harimau Putih dan Ujian Jantung Dao(Revisi)

Langit di atas Wilayah Suci berbeda dari langit mana pun yang pernah dilihat Yu Chen. Di tempat ini, warna birunya tampak terlalu padat, seolah ditambat oleh lapisan Qi yang berkilau seperti logam cair. Angin yang bertiup membawa aroma tajam—aroma besi dan petir—seakan setiap hembusan udara mengandung pisau yang tak terlihat.

Tubuhnya bergetar pelan ketika langkah pertama menapaki dataran Wilayah Harimau Putih. Tekanan Qi yang padat menekan kulit, tulang, dan bahkan Inti Emas di dantiannya. Sekilas, ia merasa seperti tenggelam di dalam logam cair yang mendidih. Hanya napas pertama saja sudah cukup membuatnya batuk darah.

"Qi di sini... begitu kasar," gumamnya lirih sambil menahan aliran energi dari tubuhnya agar tak tumpah keluar.

Ia teringat pesan roh naga purba di dalam Inti Emasnya—peringatan bahwa Wilayah Suci adalah tempat di mana hukum alam lebih kejam dan murni. Di sini, hanya mereka yang benar-benar memahami keseimbangan antara tubuh, Qi, dan jiwa yang bisa bertahan. Bagi yang lemah, setiap napas adalah penyiksaan.

Yu Chen menarik napas dalam-dalam, lalu mulai menyegel Inti Emas-nya. Satu demi satu lapisan formasi internal terbentuk di bawah kulitnya, menahan kilauan emas yang memancar dari tubuhnya. Proses itu menyakitkan; seakan seluruh kekuatannya dipaksa kembali ke dalam tubuh yang terlalu sempit.

Setelah beberapa jam meditasi, auranya benar-benar tersembunyi. Dari luar, ia tampak seperti kultivator tingkat delapan biasa, lemah dan tak mencolok.

“Mulai sekarang,” katanya pada dirinya sendiri, “aku bukan Yu Chen. Aku hanya kelana fana bernama Yu Qing.”

---

Kota Awan Perak menyambutnya dengan hiruk pikuk yang memukau. Bangunan-bangunan di sini bukan berdiri di tanah, tetapi mengapung di udara, disangga formasi spiritual berbentuk heksagonal yang berkilau lembut. Jalannya adalah jembatan cahaya, dan di bawahnya, ribuan meter di bawah sana, terbentang lembah logam dan kabut Qi yang berputar seperti laut.

Wilayah Suci, pikir Yu Chen, adalah perpaduan antara keindahan dan ancaman.

Para kultivator berjalan di jalan udara dengan jubah beraneka warna, sebagian membawa pedang terbang, sebagian lain dikelilingi aura spiritual yang berdesir. Qi di kota ini begitu padat hingga udara terasa berat. Bahkan nafas yang dihirup seolah mengandung percikan listrik.

Yu Chen memasuki salah satu penginapan kecil di sisi utara kota, menyewa kamar sederhana dengan batu roh tingkat menengah terakhir yang ia miliki. Di ruangan itu, ia menutup pintu rapat, menyalakan formasi penghalang, lalu duduk bersila.

Namun ketika ia mencoba menenangkan napas dan memusatkan Qi, kepalanya mendadak terasa nyeri tajam.

“Ah…!”

Suara rendah keluar tanpa sadar dari bibirnya. Rasa sakit itu bukan dari tubuh, melainkan dari dalam kesadarannya sendiri. Pandangannya gelap sesaat. Di dunia spiritual, ia melihat dirinya berdiri di antara dua bayangan: satu berwarna emas lembut, satu lagi hitam pekat dengan mata merah menyala.

“Jadi… ini ujian Jantung Dao-ku,” ucapnya pelan.

Bayangan hitam itu tertawa kecil. “Kau pikir kau bisa melampaui Inti Emas begitu mudah, Yu Chen? Setiap orang yang mencoba memecah inti mereka kehilangan sebagian dari jiwanya. Apa kau siap kehilangan siapa dirimu?”

Yu Chen terdiam. Sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi. Ia memegang dadanya, merasakan denyut Inti Emas yang bergetar liar di dalam tubuhnya. Retakan-retakan halus mulai terbentuk di permukaannya—tanda awal proses transformasi menuju Bayangan Jiwa.

Setetes darah menetes dari hidungnya.

Namun ia tak berhenti.

Dalam kegelapan pikirannya, Yu Chen mengangkat tangan dan memunculkan pedang spiritualnya—Pedang Abadi Kesembilan, bilah emas yang kini tampak lebih halus, seperti ilusi dari cahaya. Ia mengarahkannya ke bayangan hitam itu.

“Kalau aku harus kehilangan sesuatu untuk melangkah maju, maka biarlah yang hilang adalah keraguanku.”

Pedang itu menusuk lurus ke depan.

Cahaya menyilaukan meledak, dan rasa sakit yang menusuk otak mendadak berhenti. Ketika Yu Chen membuka matanya kembali, udara di sekitar kamar berubah. Ia bisa melihat setiap butiran debu, setiap denyut energi spiritual di udara. Bahkan jantung batu roh di bawah lantai penginapan terasa berdetak seperti makhluk hidup.

Bayangan semi-transparan berdiri di belakangnya, mengikuti gerakannya. Itu dirinya sendiri—namun tanpa tubuh, tanpa napas, tanpa rasa takut.

Bayangan Jiwa.

Ia berhasil menembus Tahap 11.

Namun bersamaan dengan itu, aura naga ungu samar melingkupi ruangan. Cahaya itu sangat indah—dan berbahaya. Bila ada kultivator lain di dekat sini, mereka pasti bisa merasakannya.

Yu Chen cepat-cepat menutup formasi dan menyembunyikan auranya lagi. Napasnya berat, tubuhnya basah oleh keringat, tapi matanya tenang. Ia tahu ia baru saja melangkah ke wilayah yang lebih tinggi, namun juga lebih rapuh dari sebelumnya.

---

Beberapa hari kemudian, di pasar pusat Kota Awan Perak, Yu Chen—atau Yu Qing—berjalan menyusuri gang batu perak sambil membawa kantong herbal. Ia membeli ramuan dasar untuk memperkuat jiwa, berbaur dengan para kultivator rendah yang datang untuk berdagang.

Namun di tengah keramaian, matanya menangkap sesuatu yang membuat darahnya mendidih.

Seorang murid Sekte Harimau Putih, berpakaian putih dengan simbol taring di bahunya, sedang menekan kepala seorang pedagang tua ke tanah. Batu roh-batu roh milik si pedagang beterbangan, terinjak di jalan.

“Aku sudah membayar pajak perdagangan!” teriak si pedagang putus asa.

“Tapi kau lupa memberikan ‘hadiah kehormatan’ untuk Tetua Kota,” jawab sang murid dengan senyum dingin.

Orang-orang di sekitar menunduk, pura-pura tidak melihat. Di Wilayah Harimau Putih, hukum ditegakkan oleh pedang.

Yu Chen menatap adegan itu lama. Ia tahu, jika ia ikut campur, risiko besar menantinya. Ia sudah berjanji untuk tetap diam dan tidak menonjol.

Namun Jantung Dao-nya bergetar.

Bayangan Jiwa di belakangnya—yang masih samar—bergerak sendiri, berdesir seperti kabut perak.

Yu Chen berjalan maju perlahan. Suaranya datar ketika berkata, “Lepaskan orang tua itu.”

Sang murid berbalik, wajahnya menegang. “Siapa kau? Seorang kelana dari mana berani bicara padaku seperti itu?”

Yu Chen hanya mengangkat tangannya sedikit.

Tidak ada cahaya, tidak ada ledakan Qi.

Namun udara tiba-tiba membeku. Murid itu berlutut, wajahnya pucat, matanya melebar ketakutan. Ia tidak terluka secara fisik—tapi Jiwa-nya ditekan oleh sesuatu yang tak kasatmata. Tekanan spiritual dari Bayangan Jiwa Yu Chen menembus pikirannya, memadamkan kesombongan seperti lilin disapu badai.

Dalam beberapa detik, murid itu pingsan.

Yu Chen menatapnya sejenak, lalu membantu si pedagang tua berdiri. “Pergilah sebelum orang ini sadar,” katanya lembut.

Pedagang itu bergetar ketakutan, lalu membungkuk dalam-dalam. “Terima kasih, tuan… semoga langit melindungimu.”

Yu Chen tidak menjawab. Ia hanya berjalan menjauh, menyadari bahwa tindakannya baru saja menciptakan gelombang yang tidak bisa ia tarik kembali.

---

Di menara observasi Paviliun Langit Gelap di sisi barat kota, seorang pria berjubah hitam menatap bola kristal yang memantulkan cahaya ungu samar dari kejauhan. Ia tersenyum tipis.

“Kilau naga ungu…” bisiknya. “Dia di sini.”

Seorang agen di belakangnya bertanya, “Apakah kita melapor pada cabang pusat, Tuan Mu Feng?”

Mu Feng—yang kini menutupi bekas luka dari duel sebelumnya—mengangguk pelan. “Ya. Katakan pada mereka: pewaris naga sudah mencapai Ranah Bayangan Jiwa. Lokasinya: Wilayah Harimau Putih.”

Tatapan matanya tajam seperti belati.

“Kali ini, kita tidak hanya akan memburunya. Kita akan memancingnya keluar—di tempat yang bahkan para dewa tak akan menoleh.”

---

Sementara itu, di penginapan kecilnya, Yu Chen kembali bermeditasi. Bayangan Jiwa-nya melayang di belakang tubuhnya, lebih jelas dari sebelumnya. Ia memandangnya lama—sosok dirinya tanpa daging, tanpa batas.

Di balik ketenangan itu, ia tahu dunia sudah mulai bergerak lagi. Musuh lama menemukan jejaknya. Sekte Harimau Putih pasti akan mencari siapa yang berani menekan murid mereka secara spiritual. Dan Wilayah Suci sendiri—dengan hukum yang lebih keras—tidak akan memberi ampun pada kesalahan sekecil apa pun.

Namun di dalam matanya, tidak ada ketakutan.

Hanya api kecil yang menyala di balik kesunyian.

“Kalau langit ingin menekan,” bisiknya, “maka biarlah aku jadi pedang yang membelahnya.”

Cahaya naga ungu bergetar pelan, menembus bayangan malam Wilayah Suci.

Dan jauh di kejauhan, di langit penuh logam dan bintang, sesuatu menjawabnya—gema samar dari kekuatan kuno yang telah menunggu sejak zaman para dewa.

1
sitanggang
diawal namanya siapa berubah jd siapa 🤣🤣
sitanggang
buruknya terlalu banyak tingkatan dan namanya gak jelas
Nanik S
Jadikanlah cerita ini lebih hidup
Nanik S
NEXT
Nanik S
Darah boleh sama tapi perjalanan hidup dan waktu pasti berbeda
Nanik S
Cuuuuuuus#t
Nanik S
Akhirnya Mu Feng dan Bsi Luang pergi juga
Nanik S
Laaaanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya bagus tapi kurang hidup
Nanik S
Lanjutkan terus
Nanik S
Dunia Beku... berarti hamparan Es
Nanik S
Siapakah yang menatap Yu Chen diatas langit
Nanik S
Siap mengambil Kunci ke Tiga
Nanik S
Bai Luang.... ternyata msh mengejar Yu Chen
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
kalau bayangan Yu Chen bisa bertarung.. hebat sekali seperti Klon
Twilight: terimakasih ya kak sudah membaca novel saya😄🙏
total 1 replies
Nanik S
Mu Feng apakah masih mengejar lagi
Nanik S
Sungguh bagus ceritanya
adi ambara
dalam tak sedar..dirinya sombong yg tak kelihatan walau dirinya sendiri...org yg sombong tak bisa berfikiran jernih..
Nanik S
Naik Tingkat... Yu Chen.. musuhmu selalu mengejsrmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!