S2
Ketika dua hati menyatuh, gelombang cinta mengalir menyirami dan menghiasi hati.
Ini adalah kisah Raymond dan Nathania yang menemukan cinta sesungguhnya, setelah dikhianati. Mereka berjuang dan menjaga yang dimiliki dari orang-orang yang hendak memisahkan..
Ikuti kisahnya di Novel ini: "SANG PENJAGA "
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. 🙏🏻❤️ U 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. SP
...~•Happy Reading•~...
Ke esokan hari ; Sore menjelang malam di Jakarta, suasana hati Vania berbunga-bunga sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin. Asistennya yang menemani, tidak bosan melihat dan mengagumi penampilan Vania yang mempesona.
"Selamat ya, Bu. Akhirnya Pak Ray mengajak dinner." Mira ikut senang melihat bossnya terus tersenyum dan sangat antusias mempersiapkan diri untuk makan malam bersama Raymond.
"Saya tidak sangka Pak Ray mengajak dinner setelah berkali-kali saya ajak dan tidak bersedia." Vania tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.
"Akhirnya beliau sadar juga, wanita yang tepat untuk menjadi pendampingnya adalah ibu." Mira meniup angin pujian untuk membuai telinga bossnya.
"Jadi benar yang kau bilang. Pak Ray sudah berpisah dengan Belva. Mungkin beliau butuh waktu untuk tenangkan hati, sebelum memulai yang baru. Makanya sekarang baru mau mengajak saya." Bunga bangga mulai mengeluarkan kuncup di hati Vania.
"Iya, Bu. Memang sudah pasti berpisah. Tadi malam Belva datang sendiri ke gala dinner dan tiba-tiba menghilang dari acara." Mira melaporkan berita yang dilihat di ruang gosip.
"Mengapa? Apa tidak tahan dengar sindiran atau tidak bisa menjawab pertanyaan media?" Vania penasaran.
"Menurut angin gosip, kurang sehat, Bu." Mira menjawab sambil tersenyum bibir.
"Pasti stres hadapi gugatan cerai Pak Ray." Vania menarik kesimpulan.
"Mungkin, Bu. Padahal penampilan Belva ke acara sudah cetar membahana. Busananya saja dari brand ternama dari rumah mode di Singapore."
"Kok kau tahu?" Vania terkejut.
"Semua yang dipakai orang-orang film di acara itu, ada dilist outfitnya..." Mira menjelaskan sambil menunjuk layar ponsel.
"Ya, begitulah. Sekarang penampilan dan kecantikan bukan lagi modal untuk menarik perhatian. Buktinya, Belva, ah, sudahlah. Bukannya ini bagus untuk kita?" Vania menggerakan tangan untuk berhenti membicarakan Belvaria.
"Bagaimana penampilan saya? Tidak berlebihan ke acara dinner?" Vania bertanya sambil menggerakan tubuhnya yang dibalut dengan busana terbaik hasil rancangannya.
"Perfect, Bu. Pasti Pak Ray tidak akan menyesal mengundang ibu dinner." Mira mengangkat dua jempol ke arah bossnya.
Vania tersenyum senang sambil memeriksa tas yang akan dibawa. "Kau sudah siapkan yang diperlukan?" Tanya Vania.
"Sudah, Bu. Untuk berjaga-jaga, saya sudah siapkan dokumen juga. Supaya kalau Pak Ray bertanya tentang rencana kerja sama..." Mira menjelaskan sambil menepuk tas yang dia letakan di kursi dekat tempat duduknya.
"Ok. Kali ini, kau tidak usah sembunyi. Duduk di meja yang sudah saya reservasi, karena kita tidak perlu cek ombak lagi. Status Pak Ray sudah sendiri, jadi Belva tidak akan mengusik kita." Vania mengutarakan yang sudah disiapkan.
"Kita datang tepat waktu saja, jadi kita tidak perlu menunggu." Vania mau melihat respon Raymond saat melihat kedatangannya.
Setelah merasa puas dengan penampilannya yang cantik dan anggun di dalam cermin, Vania mengajak asistennya keluar dari unit apartemen menuju lobby, di mana sopir sudah menunggu.
"Pak, lewati jalan yang tidak terlalu macet. Jangan sampai saya terlambat..." Ucap Vania kepada sopir, setelah mereka keluar dari area apartemen. "Siap, Bu."
Setelah melewati jalan-jalan yang padat merayap, mobil Vania masuk ke area parkir restoran mewah dan terkenal di Jakarta, yang direservasi oleh Raymond.
Vania merapikan penampilan sebelum turun. Hatinya lega melihat jam tangan brand yang dikenakan khusus untuk acara itu. "Kita tidak terlambat." Ucap Vania sebelum melangkah masuk restoran.
"Iya, Bu." Ucap Mira, tapi tetap berdiri untuk memberikan jarak di antara mereka. Agar bossnya jadi pusat perhatian para pengunjung restoran. Dan dia mengawasi, jika Raymond belum datang.
Vania berjalan anggun mendekati waiters yang menyambutnya. "Saya tamu Pak Raymond..." Ucap Vania ramah, disertai senyum manis.
"Mari saya antar, Bu. Beliau sudah datang." Ucap waiters. Jantung Vania berdetak tidak teratur, karena sudah lama tidak bertemu Raymond. Dia menghembuskan nafas perlahan untuk menenangkan hati, lalu melangkah mengikuti waiters.
"Silahkan Bu. Itu meja Pak Raymond." Waiters mempersilahkan sambil menunjuk ke arah Raymond dengan jempolnya.
Senyum bahagia di wajah Vania seketika meredup bagaikan pelita yang hampir kehabisan minyak. Raymond tidak sendiri dan sedang berbicara serius dengan pria di sampingnya. Sehingga tidak menyadari kehadirannya.
Suasana hati Vania bagaikan bunga yang mekar dan serentak layu. Dia melihat ke arah orang yang sedang bicara serius dengan Raymond. 'Apakah Mas Ray membawa rekan bisnis?' Vania membatin.
"Selamat malam, Pak Ray." Sapa Vania, karena Raymond tidak menyadari kehadirannya.
"Selamat malam, Vania." Raymond berdiri menyalaminya. "Kenalkan, ini Pak Samuel, pengacara saya." Ucapan formal Raymond memperkenalkan pengacaranya, bagaikan palu yang menghantam dengkulnya.
Dia segera duduk setelah menyalami Samuel, karena kakinya mulai goyah. Berbagai pertanyaan muncul di benaknya, mengetahui Raymond membawa pengacara untuk dinner bersama.
Melihat wajah Vania yang tiba-tiba berubah, Samuel mengakui strategi Raymond mengajak dia ikut makan malam dengannya. Samuel ingat pembicaraan Raymond saat mereka tinggalkan Bandung.
...'Muel, ikut dengan aku bertemu Vania. Bukan aku takut bertemu sendiri, tapi kita buat dinner ini, sebagai acara resmi, membicarakan bisnis.' ...
...'Mengapa harus resmi?" Samuel heran dengan yang dikatakan Raymond....
...'Kami sudah kerja sama beberapa saat, aku tahu karakter dan niatnya mengajak aku kerja sama. Supaya tidak banyak negosiasi dengan berbagai alasan.' Raymond serius mengatakan pertimbangannya....
Melihat penampilan Vania untuk makan malam dengan Raymond, Samuel jadi mengerti. Vania menaru hati kepada Raymond dan dia sudah menunjukan perasaannya kepada Raymond.
"Kita makan dulu." Ucap Raymond sambil memanggil waiters untuk melayani mereka.
Vania hanya mengangguk, tanpa bisa mengatakan sesuatu atau protes. Suasana hatinya sudah tidak fokus untuk menikmati makan malam. Dia pesan menu yang dilihat tanpa selera.
Kemudian mereka makan dalam diam sambil hati dan pikiran saling bercakap. Raymond bersyukur untuk ide yang terlintas mengakhiri hubungan kerja sama mereka dengan melibatkan Samuel.
Dia ingin fokus untuk rencananya dengan Thania. Sehingga dia harus menyelesaikan berbagai hal yang bisa mengganggu hubungan mereka.
Setelah selesai makan, Raymond melihat Vania tidak seperti pertemuan terakhir mereka, yang banyak bicara. "Vania, saya sengaja mengundangmu dinner, untuk membicarakan kerja sama kita sebelum ini...." Raymond mengutakan yang dia maksudkan. Kemudian dikuatkan penjelasan hukum oleh Samuel.
Sehingga Vania hanya bisa melihat Raymond dan Samuel bergantian. "Apa Mas Ray tidak bisa bertahan sampai kerja sama ini berakhir?" Akhirnya Vania coba bernegosiasi.
"Saya tidak bisa lakukan kerja yang tidak maksimal seperti ini. Lebih baik, kita tidak kerja sama. Kau tidak punya kewajiban membayar saya yang hanya sesekali membantu, karena sering bepergian dan jarang di tempat."
"Tapi kau tidak usah khawatir. Kalau saya ada di Jakarta dan kau mau adakan event, kasih tahu saja. Saya akan bantu." Ucap Raymond serius.
Raymond tidak memberikan kesempatan kepada Vania untuk melakukan manuver atau bermain drama. Supaya dia tidak menjadikan diri korban kerja sama.
...~_~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
aku curiga ini si belva hamil anak selingkun
ga baik loh marahan lama" sm ortu sndiri😵