Aisya Humaira gadis berjilbab dengan sejuta pesona, harus menelan pil pahit karena tiba-tiba calon suaminya memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka yang sudah di depan mata.
Hanya karena ia di nyatakan mandul, dan ternyata semua ini ulah dari Riska sahabat masa kecil dari calon suaminya sendiri.
Setelah mencampakkan Aisya, Adriansyah Camat muda yang tampan itu malah melanjutkan pernikahannya dengan Riska.
Aisya akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota, karena tidak sanggup menahan malu setelah pernikahannya batal.
Hingga membawa Aisya pada sosok Satria Pratama Dirgantara. Seorang Komandan Elita yang sedang dalam penyamaran sebagai Kakek-kakek karena satu alasan.
Satria melamar Aisya dengan tetep menyamar sebagai seorang Kakek.
Apakah Aisya akan menerima si Kakek menjadi jodohnya di saat seorang Camat baru saja mencampakkan durinya?
Bagaimana Perjuangan Satria dalam mengejar cinta Aisya?
Bagaimana kisah mereka selanjutnya langsung baca aja ya kakak. Happy reading semua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Aisya menatap Adrian tajam. "Yakin atau tidak, itu bukan urusan Pak Camat lagi. Aku berhak bahagia dengan siapa pun
. Yang pasti Oppa Satria bukan pria pengecut." sindirnya.
Adrian terdiam, sorot matanya menunjukkan kekecewaan yang mendalam. "Tapi, Aisya ... aku masih mencintaimu. Aku tahu aku salah, aku bodoh telah melepaskanmu. Beri aku kesempatan kedua." bujuknya penuh harap.
Tanpa mereka sadari jika sebenarnya Riska sedang mengintip mereka dari balik batu besar. "Dasar pria gak setia, beraninya ia membanding-bandingkan aku sama wanita lain. Aisya juga sok kecantikan bangat sih jadi orang! Lagi sama Satria masih aja meladeni suami orang!" gerutunya pelan.
"Kesempatan kedua?" Aisya tertawa hambar. "Setelah semua yang terjadi? Setelah kamu mlencampakan aku demi wanita lain? Maaf, Pak Camat, Aku bukan wanita bodoh yang mau jatuh ke lubang yang sama."
"Tapi Riska ...," ucapan Adrian menggantung di udara.
"Itu masalah rumah tangga Pak Camat. Dan aku tidak tertarik untuk masuk ke dalam drama itu lagi," potong Aisya cepat yang tak ingin mendengar apapun alasan Adrian lagi, ia kembali fokus pada sosis-sosis yang mulai matang. Asap tipis mengepul, menutupi sebagian wajahnya cantiknya.
Adrian tidak menyerah. "Aisya, aku bisa memperbaiki semuanya. Aku bisa menceraikan Riska. Kita bisa kembali seperti dulu."
Aisya menoleh, tatapannya dingin. "Kembali seperti dulu? Tidak, Pak Camat. Waktu tidak bisa diputar kembali. Dan aku sudah menemukan kebahagiaanku sendiri, yang tidak perlu kamu campuri."
Tiba-tiba Satria muncul dari balik bebatuan. Matanya menangkap Adrian yang berdiri di dekat Aisya. Senyum di wajah Satria memudar, digantikan oleh ekspresi waspada.
"Ada apa ini, Aisya?" tanya Satria, suaranya tenang tapi penuh otoritas.
Adrian menoleh, tatapan permusuhan jelas terlihat di matanya saat bertemu pandang dengan Satria. Tapi tatapan tajam milik Satria mampu menciutkan nyalinya.
Tak jauh dari mereka, Riska sedang mengintip dari balik Batu. Bahkan, ia mendengar semua yang suaminya katakan, membuat dirinya mengeram kesal pada Aisya dan juga Adrian. Ia sangat sakit hati saat mendengar langsung Adrian masih mencintai Aisya.
Saat melihat Satria muncul, ia memanfaatkan kesempatan untuk menabur obat pencahar di sosis yang ada di dekat Aisya, berharap Aisya akan memakannya sebagai bentuk kekesalannya pada Aisya. Setelahnya, ia langsung pergi supaya tak ada yang melihatnya.
Pak Camat akhirnya pergi dengan sendirinya setelah melihat tatapan tajam dari Satria. Ia sadar diri tak akan mungkin bisa menang jika melawan Satria seorang diri.
Setelah Adrian pergi, Aisya merasa lega, lalu tersenyum hangat pada Satria. "Biasa Pak Camat cuman numpang lewat," ujar Aisya yang tak ingin membuat suasana hangat jadi kacau. Lagian, Pak Camat juga sudah pergi.
Satria mengangguk paham, lalu mengambil satu tusuk sosis dan melahapnya. Sedangkan si kembar sedang berbisik-bisik di balik batu. Ia tak sengaja melihat Riska menaburkan sesuatu ke dalam salah satu piring sosis yang telah disiapkan Aisya.
"Itu kan Tante tadi pagi? Dia tambah bumbu apa kedalam piring sosis, ya?" tanya Bintang pada saudara kembarnya dengan bingung.
Sedangkan Zahra, Rara, dan Arsya masih berenang dijaga sama para bodyguard.
"Mungkin bumbu pedes, Bintang. Jika kita makan, haah! huuh! gitu loh!" jelas Bulan.
"Wah, jangan sampai Aunty Aisya makan, nanti ia bisa sakit perut!" seru Bintang.
"Iya, kasian Aunty jika sampai sakit, pasti gak enak."
"Kalau gitu, kita ambil aja yuk!" usul Bintang.
Kedua bocah itu akhirnya mengendap-endap di balik batu dan mengambilnya tanpa sepengetahuan siapapun.
"Trus, kita apakan sosis ini! Kalau kita makan, nanti kita bisa sakit perut. Lagian, bumbu pedes tidak cocok buat anak-anak seperti kita, tapi kalau di buang mubazir."
Dari kejauhan, mereka melihat Riska dan Adrian sedang berdebat sengit tak jauh dari posisi mereka.
Ya, tadi keduanya tak sengaja bertemu di jalan. Riska yang masih sakit hati langsung meluapkan emosinya pada Adrian. Keduanya saling tuduh. Adrian menuduh Riska yang ingin menemui Satria. Riska juga sebaliknya.
"Mas! Aku dengar sendiri, kalau kamu menjelekkan aku di hadapan Aisya. Aku ini istri sahmu Mas!" teriak Riska tak terima.
"Alah gak usah ngeles kamu, kamu kesini pasti ingin ketemu si komandan elit itu kan!" tuduh Adrian keduanya terus saling tuduh.
Bintang dan Bulan tersenyum penuh arti. Ia memanggil salah satu bodyguardnya. "Paman, tolong kasih sosis ini buat Om dan Tante yang lagi marah-marah itu," serunya.
Sementara, di sisi lain, Riska dan Adrian masih belum kelar juga. "Ekhem!" sebuah suara deheman membuat keduanya diam. Ternyata itu si bapak-bapak tadi yang sedang menjajakkan jengkol hasil panennya pada para warga sekitar.
"Masih berlanjut sampai sini, ya?" sindirnya heran. Adrian dan Riska hanya bisa menunduk malu, tanpa menjawabnya.
"Heran kelakuan anak muda zaman sekarang, hobinya bertengkar sembarangan tempat. Tadi di bawah pohon jengkol, lalu pindah ke bawah pohon asam jawa, dan kini malah sampai ke tepi sungai," desisnya pelan sambil menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
Setelah kepergian si bapak, baru mereka di samperin bodyguard si kembar dengan sepiring sosis bakar yang menggoda.
"Mas, Mbak, pasti lapar habis bertengkar. Nih! Saya bawakan sosis bakar, siapa tahu bisa lebih tenang setelah kenyang," ujarnya meletakkan piring itu di dekat sebuah batu di dekat keduanya.
Adrian yang tahu itu masakan Aisya, ia langsung melahapnya. Sedangkan Riska yang tak rela suaminya makan masakan Aisya, ikut memakannya. Keduanya menghabiskan sepiring sosis itu, saking enak dan laparnya sehabis bertengkar sampai beberapa episode.
Namun, tiba-tiba perut keduanya terasa melilit, mules. "Kok tiba-tiba mules ya?" seru keduanya sambil memegang perutnya masing-masing. Sambil celingak-celinguk mencari kamar mandi, namun sayang tak ada rumah warga yang dekat dengan posisi mereka dan akhirnya mereka lomba lari mencari kamar mandi.
Bintang dan Bulan serta yang lain ikut tertawa melihat tingkah keduanya. Bagaimana tidak, dari bertengkar sengit, makan sosis sepiring berdua, dan akhirnya lari kocar-kacir mencari kamar mandi!
Bersambung ....
klo nurutnya sama si cecunguk bule bakal hancur lebur semuanya
semoga keluarga dirgantara memaklumi posisi Arya & Cindy, serta membantu mereka nantinya