NovelToon NovelToon
Jangan Pernah Bersama

Jangan Pernah Bersama

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Clara Moestopo menikah dengan cinta pertamanya semasa SMA, Arman Ferdinand, dengan keyakinan bahwa kisah mereka akan berakhir bahagia. Namun, pernikahan itu justru dipenuhi duri mama mertua yang selalu merendahkannya, adik ipar yang licik, dan perselingkuhan Arman dengan teman SMA mereka dulu. Hingga suatu malam, pertengkaran hebat di dalam mobil berakhir tragis dalam kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya. Tapi takdir berkata lain.Clara dan Arman terbangun kembali di masa SMA mereka, diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya… atau mengulang kesalahan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 31.Sikap Armand.

Langit di luar jendela semakin terang. Cahaya matahari pagi mulai menembus tirai tipis, menyorot meja-meja kosong di dalam kelas. Clara berdiri di dekat jendela, matanya masih mengikuti sosok Finn yang sekarang berjalan melewati halaman sekolah.

Ia tidak sadar senyum kecil telah kembali muncul di bibirnya senyum yang lembut, jujur, dan penuh kelegaan. Entah kenapa, melihat Finn seperti itu membuat dadanya terasa hangat.Ada apa dengan ku? Clara sadar masa kamu tertarik dengan cowok badung seperti itu. sepertinya tipe pria mu sudah berubah, dari pria yang cool berubah menjadi tipe cowok nakal tapi manis,suara hati Clara.

Clara pun jadi senyum-senyum sendiri, sambil memikirkan perbandingan antara Finn dan Armand.

Namun keheningan pagi itu tiba-tiba retak oleh suara berat di belakangnya.

“Clara!”

Suaranya tajam, memotong udara kelas yang sunyi. Clara tersentak, bahunya menegang. Ia berbalik cepat Armand yang masih berdiri tak jauh darinya, wajahnya tegang, matanya berkilat marah.

“Apa yang kamu lakukan?” suaranya bergetar menahan emosi. “Kamu bahkan… masih menatapnya dari jendela seperti itu.”

Clara menelan ludah, berusaha menenangkan diri. “Aku hanya melihat—”

“Melihat?” Armand melangkah maju, suaranya meninggi. “Kamu kira aku nggak tahu tatapan seperti itu, Clara? Tatapan yang dulu kamu kasih padaku?.Sekarang kenapa semudah itu kamu menatap pria muda itu,apa kamu tidak sadar dengan umurmu?.Dasar pencinta brondong!.”

Nada bicaranya keras, sampai gema suaranya terdengar di sepanjang koridor luar. Tapi di kelas itu, hanya mereka berdua hanya ada ketegangan yang menggantung seperti tali yang siap putus.

Clara yang diejek Armand seperti itu, dia menjadi kesal. “Kau sebut aku apa? penyuka brondong!. Apa dirimu tidak ngaca?, justru kamu itu om-om yang berpacaran dengan gadis Abg. ”

“Hah!,aku tidak mengira ternyata aku menikah dengan cewek genit. ”

“Halo.., tuan Armand Ferdinand yang tak tahu dirimu. suruh siapa kamu menikah dengan ku?, aku juga tidak memaksamu menikah dengan ku. ”

Perdebatan mereka yang intens pagi itu, hening sejenak lalu Armand mengatakan ucapan yang membuat Clara sakit hati.

“Iya.., aku memang buta menikah dengan mu waktu itu. Aku bersyukur bisa kembali hidup, dan menghindari cewek genit seperti mu dan tidak memulai hubungan yang tidak bahagia itu. ”

“Armand, cukup!” seru Clara akhirnya, suaranya bergetar tapi tegas. “Kau nggak berhak bicara seperti itu padaku! Memangnya kamu pikir hanya kamu yang tidak bahagia menjalani pernikahan itu.”

Armand menatapnya, matanya bergetar di antara amarah dan rasa bersalah. “Apa maksudmu, Clara?” katanya pelan, tapi suaranya masih sarat emosi. “Kita menikah karena cinta,aku selalu bersamamu saat kamu ditinggalkan keluarga mu. Lalu keluarga ku juga baik padamu,mana yang kamu bilang tidak bahagia untuk mu? Justru aku yang penuh penyesalan menikah dengan mu, yang hanya bisa mengurus rumah tangga saja tanpa memperdulikan diriku ataupun menghiburku. ”

Clara memalingkan wajah, menatap kembali ke luar jendela, menahan air mata yang hampir jatuh. “Keluarga yang baik katamu,ibumu Mery dan adikmu Vani memperlakukan diriku seperti pembantu.Aku sadar aku tidak seperti Loly,wanita karir,cantik dan sempurna.Tapi Armand,pernah kamu berpikir kenapa aku tidak perduli dengan mu dan cemburu dengan kehadiran Loly diantara kita?.”

Kata-kata itu membuat dada Armand seolah diremas. Ia terdiam, napasnya tersengal. Tangannya yang mengepal perlahan terlepas.

“Sekarang kamu akui, Clara…” gumamnya lirih, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri. “Kau cemburu dengan Loly.”

Clara menghela napas panjang, suaranya lembut tapi tegas. “Wanita mana yang tidak cemburu,jika suaminya bermesraan dengan cinta pertama nya,wanita mana yang mau berbagi suami dengan wanita lain,”Clara lalu menatap kembali ke arah Armand setelah mengusap air matanya yang hampir menetes. “Armand, sebaiknya kita tidak mencampuri hubungan satu sama lain. Di kehidupan kedua ku ini aku tidak ingin berurusan dengan mu maupun keluarga mu dan Loly mu, hubungan kita berakhir dengan kematian dan aku tidak punya tenaga lagi untuk bertengkar dengan mu. ”

Keheningan kembali turun di antara mereka. Hanya detak jam dinding yang terdengar, dan sinar matahari yang kini sepenuhnya menyorot wajah Clara tenang, namun tegas.

Armand menatapnya lama, lalu perlahan melangkah mundur. Ada sesuatu di matanya luka yang dalam, tapi juga pengakuan bahwa kali ini, ia telah kalah.

Langkah Armand pun mundur perlahan, entah kenapa ucapan Clara ini membuat hatinya sakit sekali.

“Kalau itu pilihanmu, Clara… jangan pernah menyesal.”

Clara tidak menjawab. Ia hanya menatap ke arah jendela lagi, tempat Finn tadi berada, sambil berbisik pelan, hampir tak terdengar,

“Yang membuatku menyesal adalah bersamamu,aku telah kehilangan anak di perutku dan bersamamu aku tidak merasakan perasaan cinta tulus tapi rasa kasihan dan pelarian.”

Dan di luar sana, angin pagi berhembus lembut, seolah membawa pergi semua yang tersisa dari kata-kata mereka. Armand pun segera duduk di bangkunya, dan Clara memalingkan pandangan nya dari Armand.

Di luar kelas, tepat di balik pintu yang sedikit terbuka, seseorang menahan napas.

Ria berdiri mematung di sana tangan kirinya menutup mulut, matanya membesar tak percaya. Sejak tadi ia hanya berniat memanggil Clara untuk sarapan di kantin sebelum kelas dimulai. Namun langkahnya terhenti begitu mendengar suara keras Armand dari dalam kelas. Rasa penasaran membuatnya mengintip dari celah pintu.

Dan kini, setelah mendengar semuanya… ia nyaris tak mampu berpikir jernih.

Menikah…? Kematian… reinkarnasi…?

Kata-kata itu terus bergema di kepalanya. Ia mendengar dengan jelas bagaimana Clara menyebut bahwa “di kehidupan keduanya” ia tidak ingin berurusan lagi dengan Armand, dan bagaimana Armand membalasnya dengan penuh penyesalan dan marah. Itu bukan pertengkaran biasa itu pengakuan masa lalu yang seharusnya tidak mungkin ada.

Ria mundur selangkah, tubuhnya gemetar. Jantungnya berdebar keras seolah berusaha menolak apa yang baru saja ia dengar.

Clara… kamu bukan cuma sembunyiin masalah cinta, tapi sesuatu yang jauh lebih besar dari itu…

Suara kursi bergeser dari dalam kelas membuatnya terlonjak kecil. Ia buru-buru menunduk, menyelinap mundur ke balik tembok, mencoba menenangkan napasnya.

Dari dalam, ia masih bisa mendengar suara langkah Armand menjauh. Suara itu berat, disertai hembusan napas panjang seolah menahan beban yang terlalu besar.

Ria menunggu beberapa detik sebelum memberanikan diri mengintip lagi.

Clara masih berdiri di dekat jendela, memeluk dirinya sendiri. Cahaya pagi jatuh di wajahnya, memperlihatkan ekspresi lelah dan sedih yang dalam bukan seperti Clara yang ia kenal selama ini, gadis ceria yang suka menertawakan hal-hal kecil di kelas.

Perlahan, Ria membuka pintu, suara engselnya berderit lembut. “Clara…pagi! ” panggilnya dengan senyum seperti biasa saat pagi menyapa temannya itu.

Aku harus berpura-pura tidak tahu masalah mereka, ini akan menjadi rahasia.

Clara menoleh cepat, kaget. Wajahnya sempat panik, seolah takut rahasianya ketahuan. “Pagi Ria! ”ekspresi Clara seketika berubah ceria seakan tadi tidak terjadi apa-apa.

Ria pun berjalan kearah bangku nya yang berada disamping Clara, mereka berdua memulai pagi itu di kelas dengan obrolan ringan tapi menyenangkan.

Lalu lirikan tajam Ria kearah Armand, melihat Armand yang keluar dari kelasnya. Dasar cowok br#$$#k!, tak tahu malu. Jika aku masih di sisi Clara aku tidak membiarkan dirinya mendekati sahabatku, pikir Ria yang penuh tatapan kemarahan.

1
Putri Ana
lanjutannya thorrrr 🙏🙏🙏🙏🙏💪🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Putri Ana
thorrr lanjuttttt dong.🤭
Putri Ana
lanjutttt thorrr 😭😭😭😭😭😭😭
penasaran bangetttttttt🤭
Putri Ana
bagussss bangettttt
Putri Ana
lanjutttttttttytttttttttt thorrrrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!