Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan? Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?
Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~
Update: Setiap hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah dari Riko
Hari ini adalah hari libur. Setelah Laras melakukan pekerjaan rumah-nya, ternyata Laras sudah membuat janji untuk pergi berbelanja dengan Riko nanti siang.
Dina menghampiri Ibu-nya yang terlihat sedang membersihkan piring di wastafel yang hampir selesai.
"Ibu ..." -Dina
Di tengah-tengah Dina yang sedang asik bermain di kamarnya, ia berlari pelan menghampiri Laras.
"Iyaa sayang ... Ada apa?" -Laras
Menunjukan ekspresi sedih-nya, Dina mengatakan ingin pergi bermain keluar taman bersama Ibu-nya hari ini. Dan dengan harapan Laras mau menemani-nya bermain.
"Main ama Dina, yuk ... Di taman!" -Dina
Laras yang sedang sibuk dan hampir menyelesaikan pekerjaan-nya menatap sekali ke Dina lalu kembali meneruskan kegiatan-nya.
"Tidak bisa sayang ... Ibu sudah mempunyai janji dengan teman Ibu nanti siang ... Kamu main dengan Ayah, saja yaa?" -Laras
Andi yang sedang membaca koran di ruang keluarga. Tidak sengaja mendengar percakapan itu. Ia sekilas menurunkan koran-nya dan memandang Dina dan Laras yang berada di dapur bersama.
"Yaah ... Ibu~! Hmm ... Yaudadeh, nggak apa-apa. Dina main sama Ayah saja!" -Dina
Dina yang tidak tahu apa-apa dan masih polos, meninggalkan Laras kembali yang melanjutkan pekerjaan-nya. Dina kembali ke dalam kamar-nya meneruskan permainan boneka-nya yang sempat ia tunda.
Beberapa saat kemudian. Laras telah selesai mencuci piring-piring kotor-nya. Melihat Mas Andi sedang membaca di ruang keluarga. Ia membawakan-nya teh hangat dengan cangkir kecil-nya.
Tap ...
Tap ...
Tap ...
Suara langkah Laras sebelum menghampiri Mas Andi. Kemudian, Laras meletakan cangkir itu di atas meja kecil di samping Andi.
Tek!
"Di minum dulu Mas, teh hangat-nya. -Laras
Seraya meletakan cangkir itu, Laras memberikan senyum manis-nya dan duduk di samping Andi sebentar.
"Terimakasih, yaa ..." -Andi
Andi langsung menghentikan bacaan-nya. Mengambil teh hangat yang baru saja Laras buat dan meminum-nya.
"Srulp~ ... Ah!" -Andi
Kalimat itu, terdengar pelan ketika Laras terus menatap Andi yang kini berada di sebelah-nya. Andi meletakan kembali cangkir itu. Menatap Laras dan menghadapkan pandangan kearah-nya.
"Kamu ingin kemana nanti siang?" -Andi
Sambil tersenyum, Andi menunjukan eskpresi yang terlihat biasa saja di depan Laras. Ia bertanya seperti ini karena tidak sengaja mendengar percakapan Laras dan Dina sewaktu di dapur tadi.
Laras tidak menunjukan kegugupan-nya sedikitpun. Walau sempat terdiam membuang pandangan-nya beberapa detik, Laras langsung menjawab pertanyaan itu dengan santai.
"Ah, itu ..."
"Aku ingin pergi bertemu dengan Maya hari ini. Jika Dina ikut, aku takut ia mendengar hal yang tidak-tidak dari Maya ... Ini menyangkut masalah pribadi dia." -Laras
Walau tidak sepenuh-nya berbohong. Laras berhasil membuat Andi yakin dan tidak merasa curiga kepada-nya. Walau sebenar-nya, entah apa yang sedang Andi pikirkan setelah mendengar jawaban itu.
"Ah ... Jadi begitu." -Andi
"Iyaa, Mas." -Laras
Andi kembali membaca koran yang sempat ia tunda sebelum-nya. Sedangkan Laras, terus memberikan senyum manis-nya kepada Andi yang terlihat tampan jika di perhatikan dari posisi seperti ini.
Beberapa jam berlalu.
Siang ini, Laras tengah berbelanja dan main bersama Riko di sebuah mall. Ketika hari kerja mereka libur. Tanpa sepengetahuan Andi yang sedang mengajak Dina bermain.
Banyak sudah toko-toko pakaian, perhiasan, dan makan dan sudah mereka lewati. Selagi bersama Laras, Riko bergandengan mesra. Seolah dunia saat ini hanya milik mereka berdua.
Karena Laras tidak kunjung berhenti untuk melihat-lihat barang yang ia ingin di salah satu toko. Riko menoleh dan menatap Laras.
"Aku perhatikan, seperti-nya disini tidak ada sesuatu yang membuat mu menarik. Apa kita ingin pergi ke mall lain?" -Riko
Selagi berjalan. Bukan tidak ada yang membuat Laras tertarik. Hanya saja, semua-nya terlalu bagus untuk Laras yang mempunyai selera macam-macam.
"Hmm ... Bukan begitu ..." -Laras
"Atau begini. Apa kita ingin makan sesuatu dulu?" -Riko
"Aku sudah makan Riko ..."
"Ah, lihat!" -Laras
Ia menemukan sesuatu yang membuat-nya ingin mencoba pengalaman baru-nya. Sebuah permainan melempar bola basket kedalam ring.
"Apa kamu ingin memainkan itu?" -Riko
Dengan sangat antusias, Laras tersenyum mengangguk manis. Membuat Riko juga tersenyum melihat kecantikan Laras yang seperti anak muda ini. Walau sebenar-nya, usia mereka tidak lagi muda.
Kini mereka berdua memainkan permain bola basket itu. Ketika memainkan itu, Laras merasa kesal. Karena setiap usahanya yang ingin memasukan bola basket itu, tidak pernah masuk ke dalam ring.
Kring~
Kriing!
85 pount!
Sedangkan Riko, ia merasa senang karena bola yang ia lempar selalu masuk. Bahkan mendapatkan pount yang Laras tidak pernah dapat. Laras tiba-tiba merasa kesal. Memasang ekspresi badmood-nya masih dalam konteks lucu.
Riko yang gemas melihat itu, mulai mengajari Laras bagaimana cara melempar bola basket itu.
"Sini biar aku bantu." -Riko
Ia berdiri di belakang Laras. Tubuh mereka cukup dekat, atau bahkan bisa di bilang tanpa jarak. Ketika tangan Riko yang menuntun tangan Laras memegang bola basket ke atas. Hembusan kecil nafas Riko di pinggir tengkuk Laras, membuat ia merasakan sensasi dingin.
Wajah Riko tepat berada di samping pipi Laras. Membuat ia tidak berani menoleh. Jika Laras menoleh, bibir mereka akan bertemu di tempat umum ini.
"Perhatikan ..."
"Konsentrasi ...
"Dan ... Lempar!" -Riko
Bola yang Laras genggam dengan kedua tangan-nya baru saja melayang di udara. Menuju ring yang menempel tinggi di dinding depan mereka.
Kring ... Kringg ... !!!
95 pount!
"Yeaay!" -Laras
Kini Laras mendapatkan pount yang lebih tinggi dari Riko. Walaupun itu berkat bantuan Riko. Ia terlihat loncat merasa senang sekali dan tanpa sadar berbalik memeluk Riko yang terus juga tersenyum memandang-nya.
Pluk!
"Aku berhasil ..." -Laras
Riko yang menerima pelukan Laras saat ini. Hanya bisa pasrah, melihat wanita yang ia cintai kini berada tepat di hadapan-nya. Beberapa detik kemudian setelah euforia Laras mereda, padangan mereka bertemu. Sangat dekat, sehingga Laras harus memundurkan wajah sedikit agar tidak mencium Riko saat ini.
Bersambung ...