NovelToon NovelToon
Selalu Mengingatmu

Selalu Mengingatmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Idola sekolah
Popularitas:379
Nilai: 5
Nama Author: Fayylie

Olivia pernah memberanikan diri melakukan hal paling gila di hidupnya: menyatakan perasaan ke cowok populer di sekolah, Arkana. Hasilnya? Bukan jawaban manis, tapi penolakan halus yang membekas. Sejak hari itu, Olivia bersumpah untuk melupakan semuanya, terlebih dia harus pindah sekolah. Namun, dia pikir semua sudah selesai. Sampai akhirnya, takdir mempertemukan mereka lagi di universitas yang sama.
Arkana Abyaksa—cowok yang dulu bikin jantungnya berantakan. Bedanya, kali ini Olivia memilih berpura-pura nggak kenal, tapi keadaan justru memaksa mereka sering berinteraksi. Semakin banyak interaksi mereka, semakin kacau pula hati Olivia. Dari sana, berbagai konflik, candaan, dan rasa lama yang tak pernah benar-benar hilang mulai kembali muncul. Pertanyaannya, masih adakah ruang untuk perasaan itu? Atau semuanya memang seharusnya berakhir di masa lalu? Dan bagaimana kalau ternyata Arkana selama ini sudah tahu lebih banyak tentang Olivia daripada yang pernah dia bayangkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fayylie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 22

Tangga asrama itu malam-malam selalu kelihatan lebih suram dari biasanya. Lampu yang kadang meredup karena bohlam tua bikin suasana agak dingin. Oliv menapaki anak tangga pelan-pelan dengan kaki kirinya yang masih terkilir. Setiap langkahnya kayak perjuangan kecil. Nafasnya pelan, tangannya nempel ke dinding buat pegangan. Dari ujung lorong terdengar suara tawa cowok-cowok yang entah dari kamar siapa—suara musik samar juga nyampur. Asrama malam Minggu memang jarang sepi.

Oliv sempat berhenti di tengah tangga, menarik napas panjang, lalu menunduk. "Ya ampun, kapan nyampenya kalau gini terus," gumamnya. Tapi sebelum dia bisa melangkah lagi, ada suara langkah cepat dari bawah.

"Lo ngapain maksa naik sendiri?" Suara berat itu bikin Oliv menoleh cepat.

Arka berdiri beberapa anak tangga di bawah, masih pakai jaket hitam yang tadi dipakai keluar. Tangannya otomatis terulur. Nggak nunggu jawaban, Arka naik dua-tiga anak tangga sekaligus sampai sejajar dengan Oliv, lalu tanpa aba-aba menaruh tangannya ke pinggang Oliv.

"Arka—nggak usah! Gue bisa sendiri," Oliv buru-buru menepis, tapi tangannya cuma nyenggol pelan lengan Arka. Badan cowok itu terlalu kokoh buat didorong begitu aja.

"Lo bisa, tapi lama banget. Gue nggak sabar nungguin lo jatuh dulu baru bantu," jawab Arka datar, tapi nada suaranya tegas. Tanpa nanya lagi, dia tetap menopang pinggang Oliv, bahkan mengarahkan langkah kecil cewek itu.

Oliv mendengus, tapi nggak protes lagi. Sebenernya lega juga dibantuin, tapi gengsi bikin mulutnya pengen ngelawan. "Lo dari mana sih? Kok muncul tiba-tiba?"

"Warung depan. Beli minuman sama cemilan buat anak-anak. Mereka lagi ngumpul di kamar," jawab Arka, matanya tetap fokus ke langkah Oliv, memastikan cewek itu nggak salah pijak.

"Ngumpul? Kedengerannya kayak party," Oliv nyinyir.

Arka senyum tipis. "Ya... gitu deh. Sedikit party kecil."

Setelah perjuangan beberapa menit, mereka akhirnya sampai di depan pintu kamar. Suara tawa dan musik makin jelas. Arka membuka pintu dengan bahunya, masih menopang Oliv. Begitu pintu kebuka, bau bir langsung nyebar. Di dalam, Jevan, Devon, Lea, dan Teresa sudah bertebaran. Botol-botol bir di meja, cemilan berserakan. Lea duduk santai sambil ngemil, Teresa udah setengah rebahan di kasur, Jevan dan Devon lagi asik debat soal lagu yang diputer.

"Oliv!" Jevan yang pertama kali ngeh. Dia langsung bangkit, mendekat cepat, wajahnya khawatir. "Gimana kaki lo? Masih sakit? Tadi beneran nggak apa-apa jatuh gitu? Ada yang keseleo nggak?"

Pertanyaan Jevan ngalir deras, bahkan nggak kasih Oliv kesempatan jawab. Belum sempat Oliv buka mulut, Devon nyelonong maju dan nyodorin tangan. "Sini, gue bantu jalan. Nggak usah maksa."

Oliv langsung berhenti, ngangkat tangannya kayak nyuruh mereka stop. "Eh, kalian berdua bisa lebih tenang nggak? Gue masih bisa jalan, nggak perlu rebutan gini."

Jevan sempat kikuk, nunduk. Devon malah nyengir kayak nggak merasa bersalah. Lea sama Teresa yang duduk di pojok cuma saling lirik, lalu ketawa kecil lihat kelakuan dua cowok itu.

Oliv memilih nggak menanggapi lebih jauh. Dia justru nyeletuk, "Asik banget kalian party tanpa gue. Jahat."

"Bukannya lo lagi di rumah sakit bareng dokter itu?" celetuk Devon dengan nada menggoda.

"Dev!" Lea langsung mencolek lengan Devon, nyuruh diam. Tapi cowok itu malah makin nyengir.

Oliv geleng kepala, malas ngebahas. Dia taruh obat pereda nyeri yang tadi dibawa di meja. Reflek, Arka mengambilnya lebih dulu. "Biar gue simpan. Nanti kalau butuh gampang dicari," katanya pendek.

Oliv menoleh, sedikit heran, tapi akhirnya mengangguk. "Makasih." Dia nggak sadar kalau Jevan dan Devon sama-sama memperhatikan momen kecil itu. Tatapan mereka jelas, penuh rasa curiga ke Arka. Cowok itu pura-pura nggak peduli, nyimpen obat di rak kecil dekat kasur.

"Gue mau mandi dulu, habis itu ikut gabung," kata Oliv. Dia jalan pelan ke kamar mandi, pintunya nutup dengan bunyi klik.

Begitu Oliv hilang dari pandangan, suasana kamar sempat hening. Jevan mendesah, duduk lagi di lantai. Devon juga balik ke posisi awal, tapi matanya sempat melirik Arka.

Lea, yang dari tadi cuma nonton, akhirnya ketawa kecil. "Lucu banget sih kalian. Kayak anak kecil rebutan perhatian cewek."

"Apaan sih, nggak ada rebutan," sanggah Jevan buru-buru, padahal mukanya jelas ketahuan.

Teresa yang udah setengah mabuk ikut nyeletuk, suaranya berat. "Heh, jelas banget kok... kalian semua kayak anjing nungguin tuannya balik. Hahaha..."

Mereka semua ketawa kecuali Arka, yang dari tadi diem aja. Cowok itu duduk bersandar ke tembok, nyeruput bir dari botol. Pandangannya kosong, nggak jelas lagi mikirin apa.

Beberapa menit kemudian, pintu kamar mandi kebuka. Oliv keluar dengan rambut yang diikat seadanya, wajahnya segar. Dia ganti baju santai—kaos oversized dan celana pendek. Semua kepala otomatis menoleh. Oliv cengar-cengir, merasa jadi pusat perhatian.

"Kenapa? Salah kostum ya?" tanyanya, menaruh handuk di gantungan.

"Bukan, lo kayak..." Devon mengangkat botolnya, "kayak iklan shampoo habis mandi."

"Devon!" Lea lempar bantal. Tawa langsung pecah.

Oliv mendekat ke meja, langsung ambil botol. "Gue join." Dia tuang ke gelas plastik, lalu nyeruput sedikit.

Jevan buru-buru bersuara. "Eh, nggak apa-apa lo minum? Takutnya lo mabuk. Besok ada kelas, kan?"

Oliv santai ngangkat gelasnya. "Tenang. Besok kelas gue sore. Aman kalau bangun siang."

"Oh... yaudah kalau gitu," jawab Jevan, meski masih kelihatan ragu.

Minum-minum pun berlanjut. Musik diputer agak keras, mereka ngobrol ngalor-ngidul. Teresa udah tumbang di kasur Lea, mulutnya masih komat-kamit kayak ngelantur. Lea ketawa tiap kali Teresa ngoceh aneh. Devon makin lama makin kacau, matanya sayu, bicara pun udah belepotan. Tinggal Jevan, Arka, Oliv, dan Lea yang masih waras.

Lea asik ngemil sambil nimbrung obrolan random. Jevan sibuk nanya ini-itu ke Oliv, mulai dari kabarnya sampai kapan bisa jalan normal lagi. Oliv jawab sekenanya, lebih banyak ketawa atau ngejek balik. Arka? Dia masih duduk di pojokan, diem, matanya sering melirik ke arah Oliv tanpa ketahuan.

Oliv akhirnya nyadar, lalu sengaja nyeletuk, "Arka, kenapa lo diem mulu? Lo nggak minum apa gimana?"

Arka ngangkat botolnya. "Minum kok. Gue cuma nggak suka ribut-ribut."

Devon yang setengah sadar langsung nyeletuk, "Arka mah... sok misterius... padahal hatinya lembek kalau sama Oliv..." Kalimatnya terputus karena dia keburu ketawa sendiri. Semua orang di ruangan itu ngakak kecuali Arka. Cowok itu cuma ngelirik tajam, tapi Devon udah keburu tepar di lantai.

Oliv geleng kepala, tapi senyum kecil muncul di bibirnya. Malam itu jadi aneh—antara hangat, kocak, tapi juga penuh tanda tanya yang nggak bisa diucapin terang-terangan.

1
Sara la pulga
Gemesinnya minta ampun!
Nụ cười nhạt nhòa
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
°·`.Elliot.'·°
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!