Sejak kecil, Anul hanya dikenal sebagai anak yatim piatu tanpa asal-usul yang hidup di sebuah desa kecil. Tubuhnya tak pernah terluka meski dihajar, senyumnya tetap hangat meski dirundung.
Namun, siapa sangka di balik kesederhanaannya tersimpan rahasia besar?
Darah yang mengalir di tubuhnya bukanlah darah manusia biasa. Takdir telah menuliskan namanya sebagai pewaris kekuatan yang mampu mengguncang langit dan bumi.
Dari anak yang diremehkan, Anul akan melangkah menuju jalan bela diri, mengalahkan musuh-musuh kuat, hingga akhirnya menaklukkan Sepuluh Ribu Semesta.
Perjalanan seorang yatim piatu menuju takdir yang tak bisa dihindari pun dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Employee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Normal
Anul duduk bersila, menutup kedua kelopak matanya. Di dalam ruang hampa, ia terus mengawasi proses penghancuran dan pembentukan ulang jiwa miliknya yang saat ini sudah mencapai sembilan puluh tujuh siklus.
Setiap siklus terasa seperti badai sunyi yang menggilas dirinya, yang lalu menenun ulang potongan-potongan jiwa menjadi lebih kokoh.
Seiring dengan semakin banyak jumlah siklus yang dilewati, kecepatan siklus berikutnya akan sedikit meningkat.
Perhitungan awalnya yang memperkirakan bahwa sepuluh ribu siklus akan membutuhkan waktu selama tiga puluh tahun, sepertinya tidak lagi sesuai.
Dengan kecepatan seperti ini, mungkin hanya butuh waktu satu atau dua tahun untuk menyelesaikan sepuluh ribu siklus sempurna.
"Aku bisa menyelesaikan ini lebih cepat..." ucapnya pelan.
Dua minggu sudah berlalu sejak pertarungan sengitnya melawan Ramzi. Pada saat melawan pria itu, ia sama sekali tidak menggunakan Badai Mental.
Bukan karena ia tidak mau, atau bahkan melupakan bahwa jiwanya mampu memberikan serangan yang lumayan kuat.
Tapi, karena memang kekuatan jiwanya sudah tidak memadai untuk menggunakan gerakan itu.
Sebelum bertarung dengan Ramzi, Anul sudah menggunakan badai mental sebanyak dua kali. Dua serangan itu sudah mengeringkan kekuatan jiwanya hingga hanya sedikit yang tersisa—hal itu bahkan menyebabkan siklus perombakan jiwa juga terhenti sementara.
Jika Anul memaksa menggunakan badai mental sekali lagi, kemungkinan jiwanya akan retak dan hancur berkeping-keping.
Jiwa yang hancur karena teknik Tubuh Jiwa Semesta, akan langsung membentuk jiwa baru dengan sempurna.
Tapi jika ada hal lain yang menghancurkan jiwanya, maka jiwa baru yang terbentuk berkemungkinan akan mengalami kecacatan dan jauh mengurangi kekuatan jiwa miliknya.
Yang akan menyebabkan siklus perombakan jiwa tidak bisa untuk dilanjutkan.
Jika hal itu terjadi, maka Ia tidak akan bisa menerus.kan pelatihannya menggunakan Teknik Tubuh Jiwa Semesta.
Ramzi yang tidak sadarkan diri setelah pertarungan, akhirnya terbangun beberapa hari kemudian. Pada saat terbangun, ia langsung menangis dan meraung seolah memiliki penyesalan yang teramat sangat.
"Arghhh.... Ibuuu... Ayaahhh... Kakaakkk!!"
Raungan dan tangisan pilu itu berlangsung selama beberapa jam sebelum akhirnya ia menghembuskan napas terakhirnya — matanya melotot penuh penyesalan.
Korban dari konspirasi yang melibatkan seluruh desa itu mencapai seratus empat puluh orang.
Lima puluh orang terluka ringan, tiga puluh dua orang terluka berat, tujuh orang lumpuh total, dan selebihnya tewas di saat kejadian.
Dari seratus empat puluh orang, dua puluh satu diantaranya adalah para tetua yang hadir pada saat perayaan kedewasaan—selebihnya tentu saja adalah generasi muda yang merupakan inti dari perayaan itu.
Sehari setelah pertempuran berakhir, sebagian warga desa yang berhasil mengungsi langsung merawat korban yang terluka. Sedang sebagian lain pergi memperbaiki lapangan beladiri yang luluh lantak.
Sebenarnya, pada saat kondisi bahaya di Lapangan Beladiri memuncak—ketika para tetua yang berkhianat mulai menjalankan aksi mereka, para remaja yang melarikan diri langsung melaporkan kondisi yang terjadi di lapangan kepada orang tua dan keluarga mereka.
Sayangnya, hampir semua orang yang tidak hadir pada saat itu hanyalah warga desa yang tidak memiliki kemampuan bertarung.
"Ayo, kita bergegas untuk ke tempat pengungsian!" suara tegas yang tenang memberi perintah.
Beberapa orang yang memang merupakan pendekar, langsung memimpin warga yang tersisa untuk mengungsi ke salah satu puncak gunung di sekitar desa—sesaat setelah informasi itu tersebar.
Butuh waktu satu hari penuh agar semua penduduk sampai di tempat pengungsian.
Pendekar yang memimpin para warga untuk mengungsi, tidak bisa kembali ke desa untuk memberikan bantuan. Bukan karena mereka enggan, namun mereka harus melindungi para penduduk desa yang lemah itu.
Dari tempat pengungsian di puncak gunung, Lapangan Bela Diri dapat terlihat dengan sangat jelas.
"Itu... Mengerikan..." gumam salah satu penduduk di tempat pengungsian.
Seluruh penduduk desa yang mengungsi hanya bisa menyaksikan bencana yang terjadi dari kejauhan, sambil terus berdoa dengan rasa cemas yang menyesakkan dada.
Setelah dua minggu berlalu, semua aktivitas di desa Lembah Tiga Gunung sudah kembali normal. Kerusakan yang terjadi sudah diperbaiki seutuhnya. Hanya menyisakan sedikit kabut duka yang masih menyelimuti desa itu.
Di pondok kecil miliknya, Anul masih terus memperhatikan dengan seksama proses perombakan jiwa, sampai tiba-tiba Ia mendengar seseorang memanggil namanya dari luar pondok.
"Anul, mau sampai kapan kau tertidur?" Biro berdiri sembari bersandar malas pada salah satu tiang di luar pondok.
Wajahnya masih menjengkelkan seperti biasa, membuat orang yang melihat wajah itu akan secara otomatis merasa kesal.
Anul segera membuka mata dan bangkit dari duduk silanya.
Setelah melewati tiga puluh siklus perombakan jiwa, Anul bisa dengan mudah keluar-masuk ke dalam kondisi menyatu dengan semesta.
Yang lebih menarik lagi, bahkan saat Ia dalam kondisi menyatu dengan semesta, ia masih bisa dengan sadar memperhatikan kondisi sekeliling tubuh fisiknya dalam radius lima puluh meter.
Ini adalah hasil dari meningkatnya persepsi dan sensitivitas spiritual setelah berulang kali merombak jiwa. Semakin banyak siklus dilewati, maka semakin kuat juga kekuatan jiwanya.
Anul hanya membuka sedikit celah pada pintu pondok dan kemudian menyembulkan kepala di antara celah itu. Matanya sengaja dibuat sedikit sayu dan raut wajahnya sedikit menunjukkan perasaan tidak senang.
"Haduh, kenapa setiap kali kau mencariku, aku selalu merasa ada hal buruk yang akan terjadi?"
Biro mengernyitkan kening dan sedikit menarik kedua ujung bibirnya membentuk wajah datar yang lucu.
Melihat hal itu, Anul segera membuka pintu pondok lebar—langsung keluar.
"Ayo bilang padaku rencana busuk apa lagi yang kau punya sekarang."
Melihat Anul yang tiba-tiba bersemangat, Biro tersenyum santai.
"Rencana busuk? Hei, jangan berbicara sembarangan. Jika ada orang lain yang mendengarnya, maka nama baikku akan rusak."
Biro berhenti sejenak seolah memikirkan sesuatu sebelum melanjutkan.
"Anul kawanku yang baik. Aku butuh sedikit bantuan darimu. Kau tahu, semenjak pertarungan besarmu yang spektakuler, ayah selalu memaksaku untuk terus berlatih tanpa henti. Aku bahkan sudah kehilangan hampir separuh berat badanku!"
Anul yang mendengar ucapan Biro itu, langsung menatap dengan seksama ke seluruh bagian tubuh pemuda itu dari ujung kepala ke ujung kaki.
Selang beberapa saat, Anul memberikan tatapan sedikit menghina kepada Biro yang jelas masih gempal dan bugar seperti biasanya.
"Hei hentikan tatapanmu itu," Protes Biro, "Baiklah, aku akan langsung ke intinya... Tuan Muda Anul, bantu aku membujuk Ayahku agar aku bisa beristirahat untuk beberapa bulan saja."
Biro langsung berlutut sambil memohon kepada Anul dengan ekspresi yang sangat menyayat hati. Namun respon Anul hanya diam dengan tatapan semakin menghina.
"Tidak-tidak, tidak harus beberapa bulan. Satu bulan saja cukup."
Anul tidak merespon...
"Baiklah, aku rasa tiga minggu tidak masalah".
Tetap diam...
"Seminggu...."
Sedikit menguap...
"Kalau begitu satu hari.."
Wajah Biro sedikit ditekuk putus asa, namun masih tampak lucu dengan posisi badannya yang berlutut.
Melihat sikap Biro itu, membuat Anul sedikit bingung antara harus tertawa atau bersedih.
Sebetulnya, teman baiknya itu memang tidak cocok berlatih beladiri dengan cara yang dilakukan oleh orang pada umumnya.
Biro memiliki kesulitan untuk fokus saat dia berlatih, bahkan setelah bertahun-tahun Ia mencoba.
Oleh karena itulah, Biro kemudian sering bolos dan melarikan diri saat tiba waktunya berlatih beladiri. Tapi, ada satu hal yang hanya bisa disadari oleh Anul tentang kondisi khusus Biro.
Disaat Biro terbangun, memang tidak akan menunjukan hasil yang berarti dalam peningkatan kekuatan beladiri. Namun saat ia tertidur, tubuhnya secara otomatis meningkatkan kekuatan beladirinya.
Bahkan sepuluh kali lipat lebih cepat dari saat dirinya terbangun. Bukan hanya kekuatan dasar beladiri—jurus beladiri juga ikut berkembang.
Setelah Anul mengetahui rahasia tentang Tubuh Jiwa Sepuluh Ribu Semesta miliknya, ia curiga jika temannya itu sebenarnya juga memiliki tubuh dengan kondisi khusus.
Walaupun, Ia juga tidak tahu kondisi khusus seperti apa yang dimiliki oleh Biro.
"Karena kau meminta dengan sangat tulus... Baiklah, mari kita pergi ke tempat ayahmu," Anul lalu menarik lengan Biro dan berjalan tepat didepannya.
Melihat punggung Anul dari belakang, entah kenapa memberikan perasaan aman dan tenang dalam diri Biro.
Seolah badai sebesar apapun tidak akan bisa menyentuhnya selama pemuda itu masih berdiri di depannya.