Ketika Liora terjebak dalam malam penuh kesialan, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah selamanya setelah bertemu Felix Dawson, Sang CEO yang dingin sekaligus memikat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourhendr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkataan Sarkas Bella
“Liora.” Rose menyapa Liora yang baru saja keluar dari lift. Dia segera menghampiri Liora, sambil memeluk lengan teman dekatnya itu. Sesekali, dia melirik mencari keberadaan Felix, tapi ternyata tidak ada Felix di sekitarnya.
Mata Liora menyipit, menatap mata Rose yang mengedar ke sekitar. “Kau ini memanggilku, tapi matamu ke mana-mana. Sebenarnya apa yang kau cari, Rose?” serunya jengkel.
Rose meringis sambil menatap Liora. “Aku mencari kekasihmu. Aku pikir saat kau keluar lift, Tuan Dawson ada di belakangmu. Eh, tapi kau saja menggunakan lift karyawan. Kau tidak pernah menggunakan lift eksklusif yang biasa digunakan Tuan Dawson.”
Liora mendesah panjang, lalu menatap ke sekitar—untungnya masih sepi belum ada siapa pun. Jadi percakapan antara dirinya dan Rose tidak didengar oleh siapa pun. Kalau ada yang mendengar, maka tamatlah hidup Liora. Dia belum siap menjadi pusat perhatian banyak karyawan.
“Aku berangkat bersama dengan Felix, tapi dia hari ini tidak ke kantor karena ada meeting di luar. Jadi dia hanya menurunkanku di depan perusahaan saja. Dan soal lift, aku memang tidak pernah mau memakai lift eksklusif.”
“Rose, aku sekarang memang kekasih Felix, tapi aku tidak mau memanfaatkannya. Aku mencintai Felix tulus tanpa melihat apa yang dia miliki. Di awal hubungan kami, aku memutuskan untuk menyembunyikan, aku tidak ingin para karyawan berpikir aku memiliki hubungan dengan Felix, karena mengincar harta Felix.”
Liora menjelaskan pada Rose. Selama ini memang dia tidak pernah memakai hak-hak istimewa di perusahaan meski sudah menjalin hubungan dengan Felix. Itu semua karena Liora tulus mencintai Felix. Sekalipun Felix bukan CEO di mana dia bekerja, perasaan Liora pada Felix tetap sama, sama sekali tidak berubah.
Kerap kali Felix memaksa Liora untuk menggunakan lift eksklusif, tapi tetap saja Liora menolak. Alasannya? Jelas karena Liora tidak mau dianggap memanfaatkan Felix. Pun terkadang Felix memintanya untuk beristirahat jika sedang lelah di kantor, tapi Liora tidak mau seperti itu. Liora lebih memilih untuk bersikap profesional dalam bekerja.
Liora selalu memiliki pikiran bahwa di kantor, dia adalah bawahan Felix. Yang mana dia adalah orang yang bekerja di perusahaan Felix Dawson. Sedangkan di luar kantor, barulah Liora adalah kekasih Felix.
Rose mendecakan lidahnya pelan. “Kau memang tidak berubah, Liora. Sifatmu terlalu baik. Terkadang aku takut kau dilukai lagi.”
Rose sangat mengenal Liora. Temannya itu selalu memberikan cinta yang tulus. Hal tersebut yang membuatnya kerap khawatir Liora akan kembali terluka. Jika iya, maka pasti hati Liora sangat hancur.
Liora menyentuh kedua bahu Rose. “Kau tidak usah khawatir. Aku yakin pasti Felix tidak akan menyakitiku.”
Rose mengangguk berusaha untuk berpikir positif. “Aku pun berharap demikian.”
“Ya sudah, aku harus ke ruanganku dulu. Ada beberapa laporan yang harus aku kerjakan,” jawab Liora.
“Well, kalau saja aku kekasih Felix Dawson, sudah pasti aku duduk cantik di salon melakukan perawatan,” kata Rose sambil terkekeh.
Liora menoyor kepala Rose. “Aku sudah jelaskan tadi. Aku tidak mau lagi menjelaskan padamu.”
Rose mengusap-usap keningnya sambil menekuk bibirnya. “Iya-iya. Kau ini galak sekali."
Liora menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu melangkah menuju ke ruang kerjanya. Tampak Rose mendengkus kesal. Padahal sebenarnya ucapan Rose itu benar. Harusnya Liora memanfaatkan privilese yang didapat saat menjalin hubungan dengan Felix Dawson.
Sungguh, Rose tidak habis pikir dengan cara berpikir Liora Jolie.
Waktu menunjukkan pukul satu siang. Pekerjaan yang terlalu banyak membuat Liora memutuskan untuk makan di ruang kerjanya. Padahal tadi Rose sudah membujuk Liora untuk makan di kafe yang ada di luar kantor, tapi posisinya pekerjaannya sangat banyak. Pun Liora sudah terlanjur mengerjakan sampai setengah, dia paling tak suka menunda-nunda pekerjaan.
Dering ponsel terdengar. Refleks, Liora mengambil ponselnya yang ada di atas meja—dan menatap ke layar tertera nama Felix di sana. Senyuman di wajah Liora terlukis mendapatkan telepon dari Felix.
Tanpa menunggu lama, Liora segera menggeser tombol hijau, untuk menjawab panggilan telepon tersebut.
“Iya, Felix,” jawab Liora saat panggilan terhubung.
“Aku hari ini kemungkinan tidak bisa ke apartemenmu. Jadwal meeting-ku sampai malam. Nanti kau tidurlah duluan. Jangan menungguku,” ujar Felix dari seberang sana.
“Hm, apa pekerjaanmu sangat banyak?”
“Ya, bisa dikatakan seperti itu.”
“Ya sudah, tidak apa-apa. Yang penting kau jaga kesehatanmu dengan baik.”
“Kau tenang saja. Aku pasti menjaga kesehatanku. Liora, aku harus tutup dulu. Aku ingin bertemu dengan klienku. Beri tahu aku kalau kau sudah sampai di apartemenmu.”
“Iya, Felix.”
Panggilan tertutup. Liora meletakkan ponselnya ke tempat semula, tapi terdengar suara ketukan pintu. Refleks, Liora mengalihkan pandangannya ke arah pintu—dan meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam.
"Nona Liora Jolie." Seorang office boy melangkah masuk ke dalam ruang kerja Liora.
"Ya? Ada apa?" Liora menatap office boy.
"Nona, di depan ada Nyonya Bella Dawson ingin bertemu dengan Anda," jawab sang office boy yang sontak membuat Liora terkejut.
"Nyonya Bella Dawson? Maksudmu ibu Felix?" Liora bangkit berdiri akibat keterkejutannya. Dia bahkan memanggil nama Felix cukup dengan nama saja di depan sang office boy, akibat rasa terkejut.
Office boy mengangguk. "Benar, Nona. Kebetulan tadi saya ada di depan berpapasan dengan beliau. Lalu, beliau meminta saya untuk bilang pada Anda bahwa beliau ingin berbicara berdua dengan Anda."
Liora terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh office boy. Hatinya menjadi cemas, gelisah, dan campur aduk tak menentu. Debaran jantung berpacu kencang. Dia sama sekali tidak mengira kalau ibu Felix akan menemuinya secara pribadi.
Liora bingung luar biasa. Di sisi lain, dia belum siap bertemu dengan ibu Felix jika hanya berdua, tapi di sisi lainnya dia tidak mungkin menolak bertemu dengan ibu Felix.
Liora memejamkan mata singkat, berusaha mengatur napasnya. Dia meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. “Tolong kau persilakan Nyonya Bella Dawson masuk,” jawabnya pada sang office boy.
“Baik, Nona.” Office boy menundukkan kepala, lalu pamit undur diri dari hadapan Liora.
Tak selang lama, tatapan Liora teralih pada Bella yang melangkah masuk ke dalam ruang kerja Liora. Tampak senyuman di wajah Liora terlukis menyambut kedatangan Bella. Debaran jantung Liora berpacu semakin kencang, tapi dia berusaha untuk tenang.
"Selamat siang, Nyonya Dawson. Apa kabar?” sapa Liora sopan. Meski tadi malam dia memanggil ibu Felix dengan sebutan 'Bibi', kali ini dia merasa canggung jika memanggil ibu Felix dengan sebutan 'Bibi'.
Bella menatap Liora dari ujung rambut sampai ke ujung kaki Liora. “Aku pikir kau sering berpakaian seksi setiap kali ke kantor.”
“Maaf, kenapa Anda berpikir seperti itu, Nyonya?” tanya Liora sopan dan sedikit tak mengerti dengan ucapan Liora.
Bella tersenyum angkuh dan berkata, “Wanita sepertimu bisa mendapatkan pria kaya biasanya selalu menggunakan tubuh. Apa lagi yang bisa kau lakukan jika tidak menggunakan tubuhmu?”
Raut wajah Liora berubah memerah menahan amarah mendengar apa yang dikatakan oleh ibu Felix itu.
jangan lupa mampiri aku ya
salam penulis
kasiah liora 😂😂😂
ayo up lagi thor👍💪
mampir karna nama PM sama kayak nama di cs aku Felix & Leora (Saudara kandung)/Sob//Sob/
lah disini malah nikah