NovelToon NovelToon
Exiled For Dinasty

Exiled For Dinasty

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Penyelamat
Popularitas:744
Nilai: 5
Nama Author: Ell fizz

Di balik megahnya pusat kekuasaan, selalu ada intrik, pengkhianatan, dan darah yang tertumpah.
Kuroh, putra dari seorang pemimpin besar, bukanlah anak yang dibuang—melainkan anak yang sengaja disembunyikan jauh dari hiruk-pikuk politik, ditempatkan di sebuah kota kecil agar terhindar dari tangan kotor mereka yang haus akan kekuasaan.

Namun, takdir tidak bisa selamanya ditahan.
Kuroh mewarisi imajinasi tak terbatas, sebuah kekuatan langka yang mampu membentuk realita dan melampaui batas wajar manusia. Tapi di balik anugerah itu, tersimpan juga kutukan: bayangan dirinya sendiri yang menjadi ujian pertama, menggugat apakah ia layak menanggung warisan besar sang ayah.

Bersama sahabatnya Shi dan mentor misterius bernama Leo, Kuroh melangkah ke jalan yang penuh cobaan. Ia bukan hanya harus menguasai kekuatannya, tetapi juga menemukan kebenaran tentang siapa dirinya, mengapa ia disembunyikan, dan apa arti sebenarnya dari “takdir seorang pemimpin”.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ell fizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teman atau lawan #1

"Aaaaaahh ada apa ini?."

Suara teriakan terdengar dari dalam ruangan tempat Leo bekerja.Kuroh dan Shi segera berlari ke arah sana.

Asap makin menebal menutupi penglihatan mereka berdua.

"Ada apa ini? Kenapa asap nya malah makin tebal."

Mereka terus berlari maju ke depan dengan menjadikan tangan sebagai penutup mata mereka dari kepulan asap.

Hawa panas mulai terasa, mereka mulai mendekat perlahan lahan.Walau api mulai membesar, Kuroh mempunyai ide untuk memadamkan api ini dengan air yang sudah ia imajinasikan.

"Ah aku punya ide, aku akan memadamkan api ini dengan air yang akan ku keluarkan dari telapak tangan ku."

"Ide bagus Kuroh, patut di coba."

Tangan kiri Kuroh mulai menggenggam pergelangan tangan kanan Kuroh untuk menahan kekuatan air yang akan keluar.

"WATER!!!"

Air perlahan mulai muncul dari tangan Kuroh, air itu menyentuh kobaran api, api tak padam sama sekali karena besar nya api.Kuroh memutuskan untuk membesarkan volume air yang akan ia keluarkan.

"Hahaha, api ini sungguh tangguh, tunggu saja aku akan mengeluarkan air yang lebih besar dari mu, tuan api!."

Kini, Kuroh menggenggam tangan kanan nya dengan erat.

"Big water!!"

Air kemudian terlihat keluar dari telapak tangan Kuroh, bukan dalam skala kecil namun sekarang air nya keluar dengan sangat deras seperti air mancur yang tak ada habis nya.Api mulai padam perlahan.

"Bagus, air itu benar benar bisa memadamkan api ini."Ucap Shi memberitahu.

Kuroh terus maju dengan menyemburkan air ke depan tepat di jalur mereka berjalan.

"Walaupun apinya sudah ku padamkan sedikit, hawa panas nya sangatlah gila,"keringat Kuroh menetes sedikit demi sedikit "Api apa ini?apa yang diperbuat oleh pak tua itu?."

Shi yang dari tadi di belakang mengikuti Kuroh, melihat ke arah punggung Kuroh sambil menjawab pertanyaan yang Kuroh lontarkan sambil mengipas dirinya karena panasnya api.

"Aku pun tidak tahu, kau tahu sendiri kan kalau pak tua itu selalu membuat hal yang gila,"Shi memiringkan kepala lalu melihat sesuatu "hei lihat di depan, ada seseorang yang sedang duduk, ayo cepat."

Kuroh mulai melihat ke depan, benar saja ada orang di depan yang sedang duduk.Tapi, aneh nya dia tidak tersentuh oleh api, Kuroh bergegas dan agak mempercepat langkahnya.

(Siapa pria ini??!!, aneh sekali dia bahkan tak tersentuh oleh api yang panas ini?)

Akhirnya mereka berhasil mendekati pria itu.

"Hei kamu siapa? Kenapa kau tak tersentuh oleh api??."Tanya Kuroh.

"Menjauh lah yang tak berguna, tinggal lah yang-,"menoleh ke belakang "oh, Kuroh dan Shi rupanya, ada apa kalian kesini? Bukan kah kalian berdua berlatih di lapangan hijau tadi?."

Melihat wajah dan mendengar ucapan dari orang ini, wajah Kuroh mulai memerah bukan karena sayang melainkan ada rasa marah yang memuncak.Shi mendekati Kuroh lalu memegang pundak nya lalu berkata.

"Tenang kan diri mu Kuroh, aku tahu kau marah namun tenang kan diri mu, kita dengarkan apa isi pikiran Leo saat ini sampai membakar ruangan nya sendiri."

Leo mengambil kacamata nya lalu memasang nya, dia mulai berdiri sambil menjentikkan jarinya.Api perlahan mulai menghilang bagaikan daun yang terbakar tanpa sisa.

"Sebenernya aku ingin menunjukkan sebuah projek ku pada kalian namun, karna ada satu hal yang membuat nya tak jadi, jadi aku urungkan niat ku."

Mendengar hal itu, Shi bertanya dengan wajah bingung.

"Tentang apa yang kau buat itu Leo? Apa itu berhubungan dengan kami?."

Leo terdiam sejenak, ia menghela napas panjang. Tatapan matanya terlihat berbeda, seperti menahan sesuatu yang ingin ia katakan.

"Projek ini sebenarnya… memang berhubungan dengan kalian berdua," ucapnya perlahan, sambil merapikan kacamata di wajahnya.

Kuroh menatap tajam, rasa marahnya masih menempel. "Berhubungan dengan kami? Jangan bercanda, Leo. Kau hampir membakar tempat ini dengan 'proyek gila' mu!"

Shi menepuk pundak Kuroh sekali lagi. "Tenang dulu, dengarkan sampai selesai. Kalau memang ada hubungannya dengan kita, kita harus tahu."

Hening sesaat, hanya suara api yang tersisa memudar, bercampur dengan bunyi air yang menetes dari sisa imajinasi Kuroh. Hawa panas masih menusuk, tapi jauh lebih reda daripada tadi.

Leo berjalan beberapa langkah, tangannya meraba meja panjang di ruangannya yang penuh dengan serpihan kaca, pecahan batu, dan coretan-coretan kertas berserakan.

"Aku mencoba menciptakan sebuah inti… sebuah Pilar Tiruan," katanya dengan nada berat.

Mata Kuroh melebar. "Apa!? Pilar Tiruan!?"

Shi ikut terkejut. "Bukankah itu mustahil? Pilar asli saja butuh waktu bertahun-tahun untuk dikuasai. Bagaimana bisa kau menciptakan tiruannya?"

Leo tersenyum tipis, bukan senyum bahagia, tapi lebih seperti senyum getir. "Aku tahu itu gila. Tapi aku pikir… kalau berhasil, kalian berdua tidak perlu menunggu lama untuk mencapai puncak kekuatan. Aku ingin mempercepat perkembangan kalian."

Kuroh terdiam. Kata-kata itu menghantam hatinya. Antara marah, bingung, dan tersentuh.

(Tapi… kenapa Leo melakukan semua ini? Demi kami?)

Shi menunduk, matanya menatap lantai yang dipenuhi abu. "Tapi kalau begitu… kenapa bisa terbakar seperti ini? Apa yang salah?"

Leo menutup matanya sejenak, lalu mengangkat tangan kanan. "Aku menggunakan berlian biru yang kalian lihat kemarin. Batu itu seharusnya menjadi inti penyalur energi pilar. Namun, ada sesuatu yang tidak kuperhitungkan."

Dari balik tangannya, cahaya biru samar masih terlihat, berdenyut pelan seperti jantung yang bernafas. Berlian itu retak, nyaris pecah.

"Aku… salah memperkirakan sifat energinya. Batu ini menyerap energi pilar lebih cepat dari yang bisa aku kendalikan. Saat aku mencoba menghubungkan dengan rancangan tiruan, energi itu meledak. Api yang kalian lihat tadi, bukan api biasa. Itu adalah energi liar dari inti yang tidak terkendali."

Kuroh mengepalkan tangannya. "Jadi, hampir saja kita semua terbakar oleh eksperimenmu! Kau sadar, Leo!?"

Nada suaranya meninggi, namun Shi buru-buru menahan lagi. "Kuroh, cukup! Dia memang salah, tapi dengarkan dulu."

Leo menghela napas. "Aku memang ceroboh. Tapi percayalah, niatku bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk memperkuat kalian. Kuroh, Shi… kalian berdua punya potensi besar. Tapi potensi saja tidak cukup. Dunia di luar sana tidak akan memberi kalian waktu untuk tumbuh perlahan."

Kuroh terdiam, dadanya naik turun cepat. Kata-kata Leo terngiang jelas di telinganya.

Shi maju selangkah, wajahnya masih tenang meski penuh pertanyaan. "Kalau begitu, apa yang ingin kau lakukan dengan Pilar Tiruan itu? Untuk apa kau mempercepat kami?"

Leo menoleh ke arah Shi, matanya berkilat tajam. "Karena waktu kita tidak banyak. Ada sesuatu… atau seseorang… yang sedang bergerak."

Ucapan itu membuat keduanya saling menatap bingung. "Apa maksudmu, Leo?" tanya Kuroh cepat.

Leo berjalan ke arah dinding yang penuh coretan diagram lingkaran dan simbol aneh. Ia menunjuk satu tanda besar di tengah papan. "Beberapa bulan terakhir, aku menemukan jejak energi asing. Energi ini berbeda dengan Pilar manapun yang kita kenal. Aku takut… itu berasal dari sisa-sisa kekuatan Raja Iblis Shin yang dulu pernah kalian dengar dalam cerita."

Kuroh langsung merinding. Nama itu bukan sembarangan. Raja Iblis Shin, legenda yang pernah dikalahkan dengan susah payah.

"Jangan bercanda, Leo. Bukankah Shin sudah dikalahkan? Itu sejarah lama."

Leo menggeleng pelan. "Tubuhnya mungkin lenyap. Tapi esensi kekuatannya tidak pernah benar-benar hilang. Dan jika jejak ini benar… maka ada kemungkinan seseorang berusaha membangkitkannya kembali."

Ruangan mendadak hening. Keringat dingin menetes di pelipis Shi.

"Jadi…" Shi menelan ludah. "Kau ingin menciptakan Pilar Tiruan… agar kami siap menghadapi hal itu?"

Leo menatap mereka berdua bergantian. "Ya. Aku ingin kalian punya kekuatan yang cukup untuk bertahan. Aku tidak bisa melindungi kalian selamanya. Suatu saat nanti, kalian yang akan melindungi tempat ini… dan dunia ini."

Kuroh menunduk. Amarahnya mulai luntur, diganti rasa berat di dada. (Apakah aku terlalu cepat menuduh Leo? Dia… melakukan ini demi kami?)

Shi menghela napas panjang. "Aku mengerti. Tapi Leo, jika kau terus melakukan hal berbahaya sendiri, kami tidak akan bisa membantumu. Kau seharusnya memberi tahu sejak awal."

Leo tersenyum kecil, kali ini lebih tulus. "Mungkin kau benar, Shi."

Namun sebelum percakapan mereka selesai, tiba-tiba cahaya biru dari berlian retak itu berdenyut lebih kuat. ZRRRMM!! Suara listrik halus terdengar, lalu batu itu bergetar keras di tangan Leo.

"Apa-apaan ini!?" Kuroh bersiap, matanya membesar.

Leo buru-buru meletakkan berlian itu ke atas meja, tapi retakannya semakin dalam. "Tidak… ini mustahil, energinya masih aktif!"

Shi melangkah mundur, tubuhnya tegang. "Leo, apa yang terjadi?!"

Retakan berlian semakin melebar, lalu cahaya biru meledak kecil, menyilaukan seluruh ruangan. Asap baru mulai muncul, namun kali ini berbeda—dingin, menusuk, dan berwarna biru pucat.

Kuroh merasa bulu kuduknya berdiri. "Energi ini… bukan seperti tadi… ini terasa… asing."

Leo menatap batu itu, wajahnya serius. "Ini… bukan energiku. Ini… energi yang lain!"

Tiba-tiba, dari dalam asap biru, terdengar suara rendah, nyaris seperti bisikan tapi cukup jelas menusuk telinga mereka.

"…akhirnya… setelah sekian lama…"

Shi dan Kuroh membeku. Mereka saling melirik, wajah sama-sama pucat.

"Leo…" Kuroh berbisik, suaranya bergetar. "Suara apa itu…?"

Leo menggertakkan gigi. "Sial! Ini tidak seharusnya terjadi… kalian berdua, mundur sekarang!"

Namun sebelum mereka sempat bergerak, asap biru mulai memadat, membentuk siluet samar. Dua mata merah menyala perlahan, menembus kabut itu.

DUK DUK DUK! Ruangan bergetar, seolah lantai tidak kuat menahan aura yang keluar.

Kuroh dan Shi hanya bisa berdiri terpaku. Wajah mereka penuh keringat dingin, napas memburu.

"Ini… ini mustahil…" Leo menatap dengan mata melebar. "Energi ini… benar-benar dari Shin…"

Asap itu mulai membentuk wujud tubuh setengah transparan, tinggi menjulang, bahunya lebar. Dari balik kabut biru, sosok itu membuka mulut, mengeluarkan suara berat yang membuat hati bergetar.

"Siapa… yang berani… membangunkanku?"

Kuroh mengepalkan tinju, tubuhnya bergetar hebat. Shi menelan ludah, sementara Leo menahan napasnya, keringat mengucur deras di dahinya.

1
author pemula
bagus
Abi Dharma
Seru banget, aku nggak sabar nunggu chapter berikutnya!
Ngực lép
Gak bisa berenti baca.
Mikerap <3
Kangennya bukan main, update dong thor. Biar makin jatuh cinta! 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!