Nabila Fatma Abdillah yang baru saja kehilangan bayinya, mendapat kekerasan fisik dari suaminya, Aryo. Pasalnya, bayi mereka meninggal di rumah sakit dan Aryo tidak punya uang untuk menembusnya. Untung saja Muhamad Hextor Ibarez datang menolong.
Hextor bersedia menolong dengan syarat, Nabila mau jadi ibu ASI bagi anak semata wayangnya, Enzo, yang masih bayi karena kehilangan ibunya akibat kecelakaan. Baby Enzo hanya ingin ASI eksklusif.
Namun ternyata, Hextor bukanlah orang biasa. Selain miliarder, ia juga seorang mafia yang sengaja menyembunyikan identitasnya. Istrinya pun meninggal bukan karena kecelakaan biasa.
Berawal dari saling menyembuhkan luka akibat kehilangan orang tercinta, mereka kian dekat satu sama lain. Akankah cinta terlarang tumbuh di antara Nabila yang penyayang dengan Hextor, mafia mesum sekaligus pria tampan penuh pesona ini? Lalu, siapakah dalang di balik pembunuhan istri Hextor, yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ingflora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Penawaran
Hextor mengenakan kemeja Hawaii longgar dengan celana katun setinggi lutut berwarna abu-abu, berbaring di sebuah kursi kayu yang sandarannya diturunkan, sambil mengenakan kaca mata hitam. "Kamu belum pernah ke sini, 'kan? Selalu kalau datang hanya ke Jakarta. Ini bagus untuk tempat santai dan melepas lelah."
Walaupun begitu, di beberapa titik di area itu, ada orang-orang Hextor yang bersiaga menjaga tempat itu.
Bagi Emir itu bukan pemandangan aneh karena ia juga membawa orang-orangnya untuk berjaga di halaman depan. "Mmh, oke juga untuk liburan." Pria itu menatap langit yang mulai menyilaukan karena cahaya matahari pagi. "Tapi lebih melegakan lagi karena aku tidak di dalam pesawat. Berjam-jam di dalam pesawat itu menyebalkan!"
"Mmh ...." Hextor yang menikmati udara pagi menoleh. "Jadi, kamu mau pesan lagi? Bukankah ini belum enam bulan?"
"Ada keperluan mendadak, jadi persenjataan menipis." Emir sedikit mencondongkan tubuhnya ke belakang dengan ditopang oleh kedua siku di dudukan kursi.
Terdengar suara Enzo menangis dari kejauhan yang hanya sebentar.
Emir melirik Hextor di samping. "Jadi, anakmu sudah tidak punya ibu? Ada babysitter yang mengurusnya 'kan?"
"Ada. Seorang ibu susu. Anakku hanya mau ASI eksklusif, jadi tidak bisa hanya babysitter."
"Oya?"
Kemudian sunyi. Emir ikut membaringkan diri di kursi kayu itu yang berada di samping kolam renang. Udara sejuk dan sinar matahari pagi yang lembut di bawah pohon membuainya hingga sedikit mengantuk. Tak lama terdengar suara bayi mengoceh. Ia segera bangun dan menoleh pada Hextor. "Apa aku boleh melihat anakmu?"
Hextor terduduk dan melepas kacamatanya. "Kamu memang tamu yang baik. Datang dan ingin melihat seluruh penghuni rumahnya dengan baik."
Emir tertawa. Itu 'kan salah satu kesopanan yang harus ditiru, dan aku memang ingin datang sekaligus menengok keponakanku."
Keduanya kemudian berjalan kembali ke rumah. Dilihatnya Nabila tengah menggendong Enzo dengan kain gendongan menuruni tangga. Emir terpesona melihat wanita dengan kerudung tertutup rapat, turun dari lantai atas. Baru pertama kali ia lihat ada pegawai Hextor yang mengenakan kerudung.
Hextor mendekati Nabila. Ia mengulurkan tangan mengeluarkan Enzo dari kain gendongan dibantu Nabila.
Bayi itu nampak antusias ketika digendong Hextor.
"Lihat, Enzo mirip aku 'kan?" Hextor memperlihatkan Enzo pada Emir.
"Tidak."
Hextor mengerut kening dan menoleh pada Emir yang tengah memandangi Nabila. Seketika ia berdehem membuat sepupunya itu tersadar.
"Eh, ini siapa namanya?" Emir nekat bertanya karena matanya tak bisa beralih dari wajah manis Nabila.
"Nabila," sahut Nabila bingung karena tamu Hextor menanyakan namanya.
"Oh, nama yang cantik."
"Dan dia sudah menikah," imbuh Hextor yang matanya menyipit melirik sepupunya.
"Oh, sayang sekali." Emir masih menatap wajah Nabila hingga wanita itu tertunduk malu. Pria itu melirik Hextor. "Kalau suaminya mati, kasih tau aku ya."
Hextor kehilangan kata-kata, sedang Nabila melongo karena syok!
"Emir!" ucap Hextor dongkol, tapi Emir malah tertawa.
"Aku hanya bercanda kok!" Emir masih terbahak. "Jadi malam ini, aku tidur di kamar mana?"
"Kamu tinggal di vila sebelah."
"Apa?" Emir menatap Hextor tak percaya.
"Iya, karena rumah ini tak banyak kamar. Di sebelah vila ini ada vila lagi yang masih milikku. Kamu tinggal di sana saja," sahut Hextor tak peduli. Ia tak ingin Emir tinggal di vila itu.
Emir mengerut dahi. "Memangnya tak ada kamar lagi? Tidak ada satuu ... saja kamar untukku?" Ia mengangkat jari telunjuknya.
"Di bawah itu kamar pegawai dan di atas adalah kamar Nabila dan aku. Ada satu kamar lagi tapi tidak ada tempat tidurnya dan kini dipakai untuk gudang."
Emir cemberut tapi tak bisa berbuat apa-apa.
***
Aryo datang dibawa oleh anak buah Hextor ke beranda belakang di mana Hextor berada. Pria tampan itu tengah menikmati sore dengan segelas es jeruk sambil memeriksa ponselnya. Dengan angkuh, ia menatap pria berjaket baru itu dengan sebelah mata. "Beraninya kamu menemuiku. Apa istrimu tidak bilang, gajinya baru dibayar bulan depan?"
"Eh, aku tau, Pak, tapi kebutuhanku sangat mendesak. Aku tidak punya pekerjaan. Karena itu aku minta uang gaji istriku, aku ambil lebih dulu. Bagaimana, Pak?" Kali ini Aryo terlihat sopan dan memohon pada Hextor. Bagaimana tidak? Vila Hextor dengan tanah yang luas di belakang, Aryo yakin Hextor sangat kaya.
Hextor memperlihatkan wajah datarnya. "Aku tidak bisa melakukan itu. Aku sudah bilang pada Nabila, aku hanya bisa kasih satu juta. Itu pun aku anggap meminjam."
"Pak ...." Aryo bergerak sedikit maju, membuat orang-orang Hextor sigap memegangi tubuh Aryo sehingga pria itu tak bisa mendekat. Aryo jadi membatalkan niatnya untuk mendekat. "Aku butuh sekali uang itu. Kalo hanya satu juta, ongkos bolak-balik ke sini saja sudah berapa, Pak. Belum kalo aku kemalaman dan ongkos makan di jalan. Tolong, Pak." Aryo mengiba.
"Aku sebenarnya malas bertemu kamu, karena aku sedang istirahat. Tidak bisakah kamu membuat akun bank, agar kamu tidak bolak-balik menemuiku?" sahut Hextor dengan wajah sebal melirik dari sudut matanya.
"Lebih bagus lagi kalau Bapak bisa kasih gaji istriku enam bulan di depan." Kembali wajah licik Aryo terlihat sambil tersenyum lebar. Telapak tangannya digosok-gosok tanda tak sabar ingin mendapat lebih.
"Mas! Jangan bilang begitu, itu tidak sopan," sahut Nabila yang datang kemudian sambil menggendong Enzo.
Aryo kaget melihat penampilan istrinya yang berbeda dari sebelumnya. Kini Nabila berpakaian layaknya pekerja di rumah mewah. Bahkan lebih cantik dari sebelumnya.
"Kenapa kamu dengan berani meminta gaji istrimu padaku? Itu gaji istrimu yang bahkan dia sendiri belum mencicipinya," sahut Hextor pada Aryo.
"Eh, tidak apa-apa, Pak." Nabila malah membela suaminya.
"Tidak apa-apa, katamu!?" Hextor menoleh pada Nabila heran. "Dia itu titelnya suami, Nabila. Harusnya dia yang menafkahimu, bukan sebaliknya. Apalagi dia hanya sendiri, dan tidak punya beban apa pun. Apa susahnya sih mencari makan untuk dirinya sendiri?"
Aryo memutar otak. Ia punya banyak janji pada Marni yang harus ia tepati. Ia tak boleh kehilangan janda bersama anaknya, Rado. "Ibuku sedang sakit di rumah sakit dan aku tidak punya uang untuk melunasi uang rumah sakitnya."
Nabila kaget. "Apa benar ibu di rumah sakit, Mas?" Ia menoleh pada Hextor. "Apa aku boleh menengok ibu mertuaku?"
Kepala Hextor langsung pening. Ia baru saja akan menolaknya ketika Aryo segera menjawabnya.
"Oh, tidak usah, Nabila. Ibu sudah baikan dan ia ingin pulang ke rumah. Karena itu aku meminta uang gajimu."
Nabila kembali melirik Hextor.
"Uang itu 'kan tidak banyak bagimu, Pak. Hanya uang receh, tapi bagi kami itu sangat membantu," bujuk Aryo lagi.
Namun, Hextor menatap tajam Aryo. "Tapi aku tak suka diperas ya!? Apalagi oleh pegawaiku sendiri! Apa kau bisa meyakinkanku, kalau Nabila akan terus bekerja padaku, hah!?"
Wajah Aryo tampak kebingungan melihat wajah Hextor yang berubah menyeramkan. "Eh, tapi 'kan menyussui itu lama. Mungkin bisa sampai dua tahun gitu, Pak," ucapnya hati-hati.
"Kalau tiba-tiba Nabila kabur dari rumah, atau sakit, atau air sussunya habis, apa bisa kepalamu jadi taruhannya, hah!?" Hextor semakin geram saja.
Aryo syok! Ia berusaha menelan ludahnya dengan susah payah.
Bersambung ....
❤❤❤❤❤
kalo suka bilang aja...
keburu diambil sergi..
suruhan mafia musuh..
atau suruhan sauadara tiri istri hextor..
atau kekasih masa lalu ostri hextor
❤❤❤❤