Vivian Shining seorang gadis dengan aura female lead yang sangat kuat: cantik, baik, pintar dan super positif. Dia tipe sunny girl yang mudah menyentuh hati semua orang yang melihatnya khusunya pria. Bahkan senyuman dan vibe positif nya mampu menyentuh hati sang bos, Nathanael Adrian CEO muda yang dingin dengan penampilan serta wajah yang melampaui aktor drama korea plus kaya raya. Tapi sayangnya Vivian gak sadar dengan perasaan Nathaniel karena Vivi lebih tertarik dengan Zeke Lewis seorang barista dan pemilik coffee shop yang tak jauh dari apartemen Vivi, mantan atlet rugbi dengan postur badan bak gladiator dan wajah yang menyamai dewa dewa yunani, juga suara dalam menggoda yang bisa bikin kaki Vivi lemas sekita saat memanggil namanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon whatdhupbaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 31 TAMU YANG TAK DI UNDANG NAMUN TERLANJUR DATANG
Setelah pulang dari restoran dan pertemuan gak sengaja dengan Noah mereka langsung kembali ke penginapannya.
Lampu kamar mereka nyalakan temaram, hanya diterangi oleh lampu tidur dan cahaya bulan dari balik jendela. Suasana hening, hanya terdengar suara AC dan deburan ombak dari kejauhan.
Vivian tengkurap di atas kasur, wajahnya ditenggelamkan dalam bantal. Liburan hari itu terasa sempurna kalau saja tidak bertemu dengan Noah. Vivian hanya bisa menghela napas panjang. Rasanya lelah sekali berbicara dengan Noah.
Brring.
Getar ponsel di samping bantalnya memecah keheningan.
Mia, yang sedang memakai masker wajah di kasur sebelah, membuka satu matanya. "Siapa itu? Zeke udah janji nggak ganggu liburan kita."
Vivian mengangkat kepala sebentar, matanya menatap layar ponsel yang menyala. Dadanya langsung berdebar kencang berharap itu Zeke.
Tapi bukan Zeke seperti yang diharapkan namun Noah!!
Mini-Vivi yang tiba tiba muncul diatas kepala Vivi langsung berteriak dramatis sambil mengangkat kedua tangannya. " ARGH KENAPA BUKAN ZEKE!! AKU KANGEN ZEKE!! HARUSNYA KAMU BATALIN SAJA PERATURAN ' NO BOYS ALLOWED ITU'!!. AKU MAU ZEKE!!"
[ Noah ]: " Hi Vivian, ini Noah. Sorry ganggu. Udah sampai penginapan?."
[ Noah ]: " Liburan hari ini menyenangkan?."
Vivian mengeluh lirih dan menjatuhkan kembali kepalanya ke bantal. "Ini Noah," suaranya terdengar sangat kecewa dan rasa lelahnya kembali berkali lipat.
Mia langsung duduk tegak, maskernya merekah retak. "SERIUS? Langsung nge-chat? Nggak nunggu besok? Wah, dia nggak main-main nih."
Sebelum Vivian sempat menjawab, ponselnya bergetar lagi.
[ Noah ]: " Eh, ngomong-ngomong, apa kamu ada rencana besok? Ada kafe pinggir pantai yang katanya pemandangannya bagus banget. Aku boleh ajak kamu minum kopi di sana? No pressure at all!"
"AAAAARGH!" erangan Vivian makin menjadi, dia memukul-mukul bantal dengan frustrasi. "Bahkan Zeke aja nggak chat selama liburan ini. Bahkan Nathanael menghormati 'aturan' itu dan cuma kirim 'have fun' doang. Tapi ini... Noah... langsung full force!"
"Makanya dari tadi aku bilang, block aja nomornya. Sekarang. Aku yang lakuin kalau kamu nggak tega," usul Mia, sudah meraih ponselnya sendiri seperti hendak mencari tutorial cara memblokir nomor dengan cepat.
"Tapi itu nggak sopan, Mi. Rasanya kasar banget," bantah Vivian, memeluk bantal erat-erat seolah itu adalah pelampungnya. "Dia cuma nawarin kopi dan chatnya juga sopan. Aku yang salah karena kasih nomor. Sekarang rasanya... kewalahan banget."
Mia menghela napas panjang, melepas masker wajahnya. Dia memandangi Vivian yang sedang stres dengan campuran rasa iba dan sedikit frustrasi.
"Vi, listen. Rasa 'enggak enakan' kamu itu yang bakal ngerugiin kamu sendiri. Kamu nggak owe dia apa-apa. Kamu nggak punya kewajiban buat balas chatnya, apalagi nerima ajakan dia. Ini your vacation. Your time. Jangan biarin dia intrude dan bikin kamu pusing."
Vivian diam, menatap langit-langit kamar. Cahaya ponsel di tangannya perlahan meredup, lalu menyala lagi seolah menyiratkan tekanan yang harus segera dijawab.
"Aku harus bilang apa, Mi?" tanyanya lemah, suaranya penuh kebingungan. "Aku nggak mau ketemu. Aku nggak mau minum kopi. Aku cuma mau nikmati liburan ini sama kamu."
Mini-Vivi kembali nimbrung. " YES!! ATURAN ' NO BOYS ALLOWED' SEKARANG BERLAKU UNTUK NOAH JUGA!!."
Mia tersenyum kecil. Itulah yang ingin didengarnya. "Gampang. 'Hi Noah, thanks for the offer. Tapi aku mau full menikmati liburan sama Mia aja. Maybe another time. Have a good night!' Lalu, silence your phone dan lupakan dia sampai kita pulang. Atau lebih baik, sampai selamanya."
Vivian mengambil napas dalam-dalam. Perlahan, dia mengambil ponselnya dan mulai mengetik, mengikuti saran Mia hampir kata per kata. Begitu pesan terkirim, dia segera mengatur ponselnya dalam mode senyap dan melemparkannya ke ujung kasur.
"Sudah?" tanya Mia.
"Sudah," jawab Vivian, menarik selimut hingga menutupi kepalanya. "Aku mending tidur. Besok kita lanjutin liburan kita lagi."
"Jauh-jauh dari daratan dan sinyal itu lebih baik." Bisik Mini-Vivi yang ikut masuk kedalam selimut Vivian.
"Deal," kata Mia, mematikan lampu tidur. Kamar pun gelap, hanya disinari bulan. Kegelisahan mungkin masih ada, tapi setidaknya untuk malam ini, Vivian memilih kebebasannya.
________
Keesokan harinya. 'The Cliffside Cafe', sebuah kafe yang persis seperti deskripsi Noah. Berdiri di tepi tebing dengan gazebo-gazebo kayu yang privat, masing-masing dilengkapi bantal-bantal empuk dan tirai putih yang berkibar tertiup angin laut. Pemandangan laut biru dari ketinggian benar-benar memukau.
"Whoa, Vi! Tempat ini... ini luar biasa!" teriak Mia, matanya berbinar melihat pemandangan yang terbentang di hadapan mereka. Gazebo yang mereka tempati adalah yang paling ujung, memberikan privasi dan view terbaik.
"Aku tahu, kan? Rekomendasi 'gratis' dari Noah ternyata worth it," jawab Vivian sambil tersenyum, merasa sedikit menang karena bisa menikmati tempat ini tanpa harus berutang budi padanya. Dia memesan dua gelas smoothie kelapa muda dan semangkuk fruit salad.
Mini-Vivi yang berdiri di bahu Vivian seperti burung kakatua bajak laut yang setia berujar; " BERDOA SAJA NOAH GAK TIBA-TIBA MUNCUL KE TEMPAT INI SETELAH KAMU TOLAK SEMALAM VI."
Vivi mengangguk setuju sambil meminum smoothies nya. " Aku harap juga gitu."
________
Mereka duduk bersandar di bantal-bantal yang nyaman, menikmati angin sepoi-sepoi dan panorama memikat. Tirai putih yang setengah tertutup memberikan rasa privasi yang sempurna. Untuk sesaat, Vivian berhasil melupakan kegelisahan malam sebelumnya.
Mini-Vivi duduk diatas bantal bagai ratu yang mengklaim singgasana nya.
"Serius, ini bisa jadi spot favoritku sepanjang masa," gumam Mia sambil mengangkat kacamatanya untuk berfoto.
Vivian mengangguk setuju, menutup matanya sejenak untuk menikmati momen itu. Kedamaian itu begitu sempurna.
Sampai...
Suara obrolan sekelompok orang yang mendekat memecah ketenangan mereka. Suara itu terdengar familiar di telinga Vivian. Dadanya berdegup kencang.
Tidak mungkin!?.
Mia yang juga mendengarnya, mengintip celah tirai gazebo mereka. Wajahnya langsung pucat. "Vi," bisiknya dengan nada darurat. "Jangan panik. Tapi... Noah di luar. Dan dia nggak sendiri."
Vivian membeku. Darahnya serasa berhenti mengalir. Dengan gemetar, dia mengintip pelan melalui tirai.
Dan di sana, hanya berjarak beberapa meter, berdiri Noah dengan setelan linen yang casual namun rapi. Dia sedang tersenyum lebar, tangannya menunjuk ke arah pemandangan sambil berbicara kepada pria yang berdiri di sampingnya.
Pria itu tinggi, berpostur tegap dengan aura dingin yang kuat. Dia mengenakan kemeja yang digulung hingga siku, dan celana linen panjang.
Nathanael!!.
Mia dan Vivian hanya bisa saling memandang dengan mata terbelalak, sama-sama tidak percaya. Mulut mereka terbuka sedikit, seperti ikan yang kehabisan oksigen.
"Na..Nathanael? Apa yang dia lakukan di sini? Dengan Noah?" desis Vivian, suaranya bergetar campur panik dan bingung.
"Aku nggak tahu! Ini... ini terlalu kebetulan, Vi!" jawab Mia ketakutan.
Noah, yang tampaknya sedang memamerkan tempat itu kepada Nathanael, tiba-tiba menoleh ke arah gazebo mereka. Matanya menyipit, seolah mengenali sesuatu. Senyumnya sedikit melebar saat ia melihat sepasang mata Vivian yang sedang mengintip dengan wajah yang jelas-jelas shock.
Dia membisikkan sesuatu kepada Nathanael, yang kemudian juga menoleh ke arah gazebo. Ekspresi Nathanael yang biasanya sulit terbaca, perlahan berubah. Alisnya terangkat, menunjukkan kejutan yang sama, yang dengan cepat digantikan oleh sebuah ekspresi yang dalam dan tak terbaca. Pandangannya menembus tirai, seolah bisa melihat Vivian yang sedang bersembunyi di baliknya.
Noah lalu melangkah mendekati gazebo mereka, dengan Nathanael mengikutinya dari belakang dengan langkah yang lebih berat dan penuh pertimbangan.
"Vivian?" suara Noah terdengar dari balik tirai, ramah tapi membuat jantung mereka berdua berdebar kencang. "Kamu di dalam kan?"
Tirai gazebo perlahan disibak dari luar.
Mia dan Vivian duduk terdiam seperti patung, smoothie mereka terlupakan, tatapan mereka terkunci pada dua pria yang sekarang berdiri di pintu gazebo mereka, Noah dengan senyum kemenangan yang samar, dan Nathanael dengan pandangan tajam yang penuh tanda tanya, yang beralih dari Vivian... lalu ke Noah... dan kembali lagi ke Vivian, seolah sedang menyusun puzzle yang tiba-tiba terpecahkan.
Udara di sekitar mereka terasa berhenti berputar.
Mini-Vivi langsung masuk ke mode paniknya. " GYAA!! SIAPA SIH YANG TADI NGIDE BUAT DATANG KE TEMPAT INI!! SEKARANG KITA TERJEBAK!! TERJEBAK!!"
_________