Ivana Joevanca, seorang wanita ceria dan penuh ide-ide licik, terpaksa menikah dengan Calix Theodore, seorang CEO tampan kaya raya namun sangat dingin dan kaku, karena tuntutan keluarga. Pernikahan ini awalnya penuh dengan ketidakcocokan dan pertengkaran lucu. Namun, di balik kekacauan dan kesalahpahaman, muncul percikan-percikan cinta yang tak terduga. Mereka harus belajar untuk saling memahami dan menghargai, sambil menghadapi berbagai tantangan dan komedi situasi yang menggelitik. Rahasia kecil dan intrik yang menguras emosi akan menambah bumbu cerita.
“Ayo bercerai. Aku … sudah terlalu lama menjadi bebanmu.”
Nada suara Ivy bergetar, namun matanya menatap penuh keteguhan. Tidak ada tangis, hanya kelelahan yang dalam.
Apa jadinya jika rumah tangga yang tak dibangun dengan cinta … perlahan jadi tempat pulang? Bagaimana jika pernikahan ini hanyalah panggung, dan mereka akhirnya lupa berpura-pura?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Makan Siang Jadi Bencana
Restoran Jepang di pusat kota itu terasa elegan tanpa berlebihan. Interior kayu, aroma miso dan teh hijau memenuhi udara, musik tradisional mengalun pelan di latar.
Ivy masuk dengan langkah tenang, meski dalam hati ia sempat menyesali kenapa sampai mengiyakan ajakan Kairo. Dia memilih meja di dekat jendela.
"Aku pasti sudah gila!" desis Ivy dengan sedikit jambakan di rambutnya. Tidak akan butuh lama sampai ia ketahuan makan dengan pria lain.
Matanya bergerak untuk mencari-cari — seseorang yang diduga akan mengikutinya seperti biasa. Trevor menyebutnya pengawal rahasia, sekaligus pengirim informasi atas segala yang ia lakukan agar tetap di dalam pengawasan suaminya.
"Padahal aku tinggal terus terang, mengatakan bahwa aku makan dengan Kairo, wakil presiden dari Ryuu Grup." Ivy bermonolog sendirian. "Meski begitu dia tidak akan mengizinkan, kan? Memang aku ada urusan apa sampai harus duduk berdua, ck!" Menyangkal alasannya sendiri.
Kairo sialan! Berani-beraninya dia mengancamku menggunakan Alec, batin Ivy mengumpat.
Keluarganya yang otoriter itu tentu saja akan melayangkan protes jika mengetahui dirinya bekerja. Berlebihan? Begitulah keluarganya. Harga diri mereka akan terasa jatuh karena hal remeh ini!
Tak perlu waktu lama sampai orang itu tiba.
Ryuu Kairo — dengan jas abu muda yang kali ini dipadukan kemeja kasual tanpa dasi. Lebih santai dibanding biasanya, tapi tetap berwibawa.
Memang sih dia tampan. Aku pasti mengajaknya menikah karena wajah itu. Hahh ... dasar gila kau, Ivy!
“Kau datang,” ucapnya dengan senyum samar, seperti sudah yakin sejak awal Ivy tidak mungkin menolak.
Ivy duduk, merapikan gaunnya, lalu menatap ke luar jendela. “Aku hanya memberi lima belas menit. Jangan berpikir ini pertemuan panjang.”
Kairo terkekeh pelan, mengambil kursi di seberangnya. “Lima belas menit dari Ivy kecil yang dulu tidak bisa duduk diam lima detik pun? Itu sudah kemajuan besar.”
Ivy mengangkat alis, menoleh cepat. “Berhenti memanggilku seperti itu. Itu masa lalu.”
“Tapi masa lalu itu milikku juga.” Kairo menyela dengan nada lembut, tapi tajam. “Aku masih ingat gadis kecil yang berlari-lari di jalan, menolak pulang meski hampir diguyur hujan. Kau bilang, ‘Aku ingin bebas selamanya’. Kau lupa?”
Kilasan samar kembali berputar di benak Ivy.
Masa kecil di mana ia harus belajar seharian, hampir tidak memiliki waktu bermain untuk anak seusianya. Joevanva menuntut anak-anak yang sempurna!
Ia buru-buru meraih menu, berusaha menutupinya. “Aku tidak datang untuk bernostalgia.”
“Kalau begitu untuk apa?” Kairo bersandar santai, menatapnya penuh selidik. “Aku bisa bilang aku datang untuk bisnis, tapi itu bohong. Aku ingin tahu kenapa gadis kecil keras kepala itu sekarang bersembunyi di balik peran sekretaris — atau lebih tepatnya, istri yang tidak pernah mengakui suaminya di depan umum.”
Jemari Ivy menegang di atas meja. Tatapannya langsung terarah pada Kairo, kali ini penuh kewaspadaan. “Berhati-hatilah dengan kata-katamu, Tuan Kairo. Ini bukan ranahmu.”
Siapa juga yang tidak mau mengakui suamiku. Dia sok tahu sekali!
Kairo tidak mundur sedikit pun. Ia justru mencondongkan tubuh, menurunkan suara.
“Kalau aku katakan aku tidak bisa menerima kenyataan itu? Bahwa janji anak-anak kita dulu masih lebih masuk akal bagiku dibanding melihatmu bersama pria lain?”
Ivy terdiam. Napasnya terasa berat, tapi wajahnya tetap dingin. Berhasil menyembunyikan setiap sikap batinnya dibalik wajah dinginnya.
“Itu janji kekanak-kanakan. Jangan buat aku menyesal datang ke sini.”
Kairo hanya tersenyum tipis, menatap Ivy lekat-lekat.
“Kalau begitu, mari kita bicarakan hal kekanak-kanakan itu sambil makan. Aku yang pilih menunya, kau cukup menikmati.”
“Aku tidak punya waktu untuk makan. Pesan minum saja, setelah itu aku harus kem —”
“Alec bertanya apa yang kau lakukan di kantor Calix. Harus kah aku sebut alasannya?” Pria berdarah Jepang itu memotong ucapannya dengan lihai.
“Aku bodoh sekali pernah memintamu berjanji, ya,” desis Ivy sarkas.
Seorang pelayan datang membawa kaiseki course, lengkap dengan sashimi segar, chawanmushi, dan sepoci teh hijau. Ivy sempat hendak protes, tapi Kairo sudah menyingkirkan menu dari tangannya.
“Dulu kau selalu bilang tidak suka sayur, tapi tetap habis karena aku yang bujuk,” katanya santai.
Ivy menutup mata sejenak, lalu menghela napas panjang. “Kau benar-benar masih sama menyebalkannya.”
Kairo tersenyum puas.
Setelah pesanan datang, keduanya makan dengan tenang. Ivy hanya menanggapi ringan obrolan Kairo.
Ivy baru saja meletakkan sumpit setelah Kairo mendorong piring sushi ke arahnya. Suasana meja terasa aneh.
“Lama sekali sejak terakhir aku melihatmu makan dengan lahap,” ujar Kairo sambil tersenyum. “Kau masih suka menyisakan wasabi, ya?”
“Anda memperhatikan terlalu detail, Sir Kairo.”
Ivy membeku sepersekian detik. Mengapa? Karena bukan dirinya yang menjawab, melainkan sosok tinggi yang telah menjatuhkan diri di kursi kosong di sampingnya.
“Halo, Sayang. Kau benar-benar makan dengan lahap, ya.” Suara bariton itu terdengar datar — tapi astaga, Ivy nyaris menjatuhkan sumpitnya.
“Calix?!”
Hari ini aku belajar. Jangan pernah meningalkan suamimu untuk makan dengan pria lain.
...***...
...Jatuhnya tetap Ivy yang sial, ya Haha....
...Kasian banget wkwk, maafkan author yang tidak mengontrol Calix juga Ivy😜...
syemangat ka ros /Kiss/
apa itu ibunya ivy?! "/Blush/apa mungkin alec ma ivy lain ibu ataukah ataukah ataukah?!! /Smirk/
jd inget eve kannn yg bocah kembar kayak emy ma lily
lanjut ka... /Kiss//Kiss/
semangat ka ros/Kiss/
up banyak-banyak
smangat 💪💪💪