“Menikahlah denganku, Jia.”
“Berhentilah memikirkan masa lalu!! Kita tidak hidup di sana!!”
“Jadi kamu menolakku?”
“Apa yang kamu harapkan?? Aku sudah menikah!!!!”
Liel terdiam, sama sekali tidak menunjukkan keterkejutan. Sorot matanya yang tajam itu kembali lagi. “Aku tahu kamu sudah bercerai. Pernikahan macam apa yang sehari setelah menikah sudah tidak tinggal satu atap?”
Sebelas tahun lebih, mereka memutuskan untuk menyerah dan melupakan satu sama lain. Namun, secara ajaib, mereka dipertemukan lagi melalui peristiwa tidak terduga.
Akan kah mereka merajut kembali tali cinta yang sudah kusut tak berbentuk, meski harus melawan Ravindra dan anaknya Kay, wanita yang penuh kekuasaan dan obsesi kepada Liel, atau justru memilih untuk menyerah akibat rasa trauma yang tidak pernah sirna.
Notes : Kalau bingung sama alurnya, bisa baca dari Season 1 dulu ya, Judulnya Beauty in the Struggle
Happy Reading ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Avalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demam Membawa Bencana
Liel terbaring tak berdaya di kamar hotelnya. Awalnya dia ingin bersiap-siap karena harus menepati janjinya untuk makan malam dengan Jia.
Namun, sakit kepala hebat menderanya sejak perjalanannya dari pantai menuju hotel, sehingga Liel memutuskan untuk beristirahat sejenak.
Alih-alih merasa sehat, ternyata untuk berdiri kembali pun Liel tidak sanggup. Seluruh tubuhnya terasa nyeri. Bahkan suhu tubuhnya sangat panas.
Tidak butuh waktu lama untuknya menelepon Jia. Namun, tidak kunjung diangkat. Bahkan, setelah beberapa kali Liel menelpon, Jia mematikan ponselnya dan berakhir tidak dapat di hubungi.
Liel yang khawatir, ingin segera menemui Jia namun dengan kondisi kesehatan tubuhnya yang menurun, membuatnya menelepon Tony.
“Ya Tuan, 5 menit lagi, semua sudah siap, Anda dan Nona Jia bisa segera datang untuk makan malam.”
“To–Tony, segera datang ke tempat Jia, aku takut terjadi sesuatu padanya,” ucap Liel sambil terbatuk-batuk.
“Baik! Tetapi… ada apa denganmu Tuan? Anda terlihat tidak baik? Apa sebaiknya saya panggilkan dokter?”
“Tidak apa-apa, aku hanya demam. Ka–kamu cepatlah menemui Ji—”
“Tut … Tut .. Tut…”
“Halo Tuan, halo?? Tuan, apa Anda … Ah, sial! Terputus! Apa yang terjadi dengan mereka,” ucap Tony menelepon dokter sambil berlari menuju resort, tempat di mana Jia menginap.
...****************...
Sementara itu, di malam yang sama, Kay dan asistennya berhasil menandatangi kesepakatan bersama pemilik resort dengan harga yang pantas, untuk mempromosikan Safited Nusa Dua Beach Resort di bulan depan.
Mereka makan malam di hotel, tempat di mana Liel tengah menginap. Kebetulan yang sangat sempurna dan itu sangat membuat Kay senang.
“Akhirnya selesai juga, ayo kita berjalan-jalan mengelilingi kota Bali, Kay,” ajak Rora, asistennya.
“Tidak, ayo ikut denganku sekarang.”
Tanpa merasa curiga, dia mengikuti Kay dari belakang.
Kay yang sudah mendapatkan nomor kamar dan akses untuk dapat masuk ke kamar Liel dari orang suruhannya, ingin segera menghampiri Liel.
“Kay, tunggu, apa tujuanmu? Kita ingin ke kamar siapa? Dari mana kamu mendapatkan kartu itu?” tanya asistennya dengan rasa curiga.
“Aku menghabiskan 15 juta untuk menyogok resepsionis di bawah agar mendapatkan kartu cadangan ini.”
“Kay, aku harap kamu tidak bertindak gegabah!” Asistennya memegang tangan Kay.
Kay menepis tangannya dan langsung membuka pintu kamarnya. Dia mendapati Liel tengah tertidur. Kondisinya terlihat lemah dengan mengeluarkan keringat dingin dan peluh yang banyak. Padahal suhu ruangan sangat lah dingin.
Wajah Liel yang memerah dan kemeja yang berkeringat itu terlihat seksi di mata Kay. Seketika Kay duduk dan membuka kemeja Liel.
Terlihat jelas ada beberapa bekas luka di lengan dan leher. Luka yang pernah Kay toreh dengan pisau saat perkelahian mereka di masa lampau. Kay tersenyum, dia merasa bahwa luka yang di beri di sana adalah bentuk cintanya terhadap Liel.
“So sexy,” ucap Kay sambil mengigit bibir bawahnya.
“Kay, berhenti, ini tidak benar, ayo keluar!!!” ancam asistennya.
“Ck, tunggu sebentar! Dia tidak terlihat sehat.” Kay meraba otot perut Liel, membuat Liel mengerang.
“Kamu ingin menjenguknya atau ingin bercinta dengannya? Dia sedang sakit, di mana etika mu itu?” ucap Rora sinis.
Tanpa mendengar perkataan asistennya itu, Kay segera membuka blouse coklat tua nya. Kini dia hanya mengenakan br4 hitam dengan renda putih. Kemudian dia berbaring di sisi kiri Liel dan mencium dadanya.
Kemudian tanpa Liel sadari, tangannya memeluk erat punggung Kay. Dia bahkan membelai punggung Kay dengan lembut, dan Kay pun terlihat bahagia. Dia merasa dihargai, setelah 19 tahun diabaikan oleh Liel.
“KAY!! APA YANG KAMU LAKUKAN? KAMU GILA!! bentak Rora.
“Ssstt! Diam!! Jangan mengaturku!! Cepat foto kami!!”
“Arrghh sial!!! Kamu tahu bukan akibatnya jika foto ini tersebar? Karirmu yang ada di puncak akan tamat!!”
“Ceklek!”
Beberapa bukti foto telah ada di genggaman Kay. Asisten Kay selalu menggerutu tanpa henti, membuat telinga Kay panas.
“Jia, apakah ini kamu? Aku merindukanmu…” ucap Liel pelan nyaris tak terdengar.
Seketika, ruang kamar Liel menjadi hening. Liel mulai meracau, berbicara tidak karuan akibat suhu tubuhnya yang semakin tinggi.
Namun, di sisi lain, ada hati yang terluka, saat nama Jia di sebut. Kay, dengan hati yang panas, segera berdiri dan memasang blousenya kembali.
“Cih, mengapa kamu menyebut nama wanita sialan itu lagi Liel! Diamlah!!” Kay mencium bibir Liel untuk pertama kalinya sambil menyelimuti tubuh Liel.
“Dasar perempuan gila!!! Cepat pergi dari sini!! Rora menarik paksa Kay sehingga mereka berhasil keluar dari kamar Liel.
Kira-kira Jia bakal salah paham ga ya? 😭😭😭😭
Tinggalin jejak seperti Like, komen, dan subsrcibe nya ya, terima kasih ☺️
