(🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️)
Apa yang terjadi jika orang yang pernah meninggalkan trauma besar di masa lalu kembali hadir di dalam hidupmu?
Itulah yang dialami oleh Luna, gadis cantik berumur 21 tahun.
Di tengah perjuangannya menyelesaikan kuliah, muncul sebuah berita bahwa mantan kekasihnya yang sangat posesif, kini telah di bebaskan dari penjara, setelah delapan tahun menetap di dalam penjara.
Akan kah Luna lolos darinya?
yuk mampir dan saksikan kisah selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-26
...🖤🖤🖤...
...(FLASH BACK ON)...
Saat Luna diserang, orang yang ditugaskan oleh Alex mencoba menyelamatkan Luna. Akan tetapi sebelum ia melakukan itu, Aleandro sudah lebih dulu muncul dan membantu Luna. Alhasil, ia hanya bisa berdiri di seberang jalan menyaksikan semuanya, kemudian menelfon Alex.
"Tuan, dia sudah membawa Nyonya pergi," ucap orang suruhan Alex dingin, menatap kepergian mobil yang dikendarai oleh Aleandro.
"Kirimkan alamat para pria bajingan itu," perintah Alex, lalu mematikan penghilang.
...(FLASH BACK OFF)...
*
*
*
Keesokan harinya, berita tentang kematian keempat pria muda di apartemen mewah mereka menjadi berita terhangat di kota X. Para orang tua mereka menangis histeris meminta para polisi mencari pelaku yang telah menghabisi putra mereka, bahkan keempat wanita penghibur yang bersama mereka pun ikut di tangkap.
Luna yang sejak kemarin menginap di rumah sakit menyaksikan berita itu melalui televisi, menjadi ketakutan. Karena ia tau siapa pelakunya.
Ceklek.
Pintu ruangan terbuka, mengalihkan pandangan Luna. Luna begitu terkejut dan ketakutan melihat sosok yang membuka pintu ruangan yang tak lain, adalah Alex.
"Kenapa? Apa kamu takut kepadaku?" tanya Alex, melangka mendekati kasur.
"U-untuk apa kamu kemari?" tanya balik Luna, terbata-bata takut terus menatap Alex.
Alex tersenyum smirk, terus melangka mendekat, lalu membungkuk sedikit tubuhnya dihadapan Luna, kemudian meraih dagu Luna menariknya ke arahnya.
"Tentu saja aku datang untuk menjenguk peliharaanku, apa lagi?" bisik Alex, nafasnya berat, tatapannya mendalam menatap Luna.
"A-aku baik-baik saja, kamu boleh pergi." Luna mengalihkan pandangan ke arah lain, sambil menelan luda dengan susah payah.
"Kamu sudah sembuh rupanya."
Tangan Alex yang satunya menyentuh paha Luna, perlahan naik keatas dan masuk ke dalam kemeja pasien yang dikenakan oleh Luna, meremas salah satu gundukan Luna.
"Alex hentikan, kita sedang berada di rumah sakit," sentak Luna mencoba menghentikan tangan Alex yang terus meremas gundukan miliknya.
"Jadi kalau diluar rumah sakit, boleh aku melakukannya?" Alex tersenyum kecil dan membenamkan wajahnya di tengkuk leher Luna.
"Bu-bukan begitu, maksudku." Luna menahan dada bidang Alex yang memaksanya berbaring diatas kasur.
"Luna..." desah Alex terus memainkan pucuk Luna dengan jarinya.
"Alex... aku mohon hentikan," lirih Luna, memohon.
Ia terus menatap takut ke arah pintu ruangan. Ia takut akan ada orang yang muncul dan melihat keadaan mereka sekarang.
"Jangan khawatir Luna, Lucas sedang berjaga di depan pintu, jadi tidak ada orang yang berani masuk," bisik Alex perlahan memasukan tangan satunya ke dalam celana milik Luna, lalu menyentuh goa milik Luna yang sudah basa."Sial, aku tidak bisa menahannya lagi," umpat Alex segera membaringkan Luna diatas kasur.
Luna terkejut menatap Alex yang kini sudah ada diatasnya."Alex, hentikan."
Alex yang sudah diselimuti hasrat membara tidak menghiraukan ucapan Luna, ia segera menarik turun celana beserta dalaman Luna, hingga terlepas, membuangnya ke sembarang arah.
"Ah, aku tidak bisa menahannya lebih lama, Luna..." lirih Alex secepat kilat mengeluarkan miliknya dari dalam celana.
Dengan nafas memburu kasar, Alex menarik dan membuka lebar kedua kaki Luna, kemudian menghentak masuk ke dalam.
"Ah... Luna," desah Alex mendongak mengerang nikmat, saat miliknya berhasil masuk dengan sempurna.
Alex terus bergerak dengan liar diatas Luna, membuat Luna tak berdaya hanya bisa berusaha menahan suara desahan agar tidak menarik perhatian orang lain yang sedang mondar-mandir di depan pintu ruangan.
Satu jam kemudian, Alex mencapai puncak, menyemburkan larva panas miliknya memenuhi rahim Luna, lalu turun dari atas tubuh Luna yang terbaring lemas setelah mencapai puncak beberapa kali akibat ulahnya yang terus menyentuh bagian yang menjadi bagian paling sensitif di tubuh Luna.
"Aku akan membantu kamu, mandi," bisik Alex mengendong tubuh polos Luna berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Beberapa saat kemudian, Luna sudah bersih dan kembali mengenakan baju pasien, lalu berbaring diatas kasur.
"Aku harus pergi berkerja dulu," bisik Alex, mencium kening Luna, kemudian pergi meninggalkan Luna.
Luna hanya bisa terdiam menatap punggung Alex hingga menghilang di balik pintu ruangan. Dengan kejadian yang tadi viral di berita, membuat Luna semakin takut kepada Alex.
"Aku harus bagaimana, sekarang?" gumam Luna frustasi menatap langit rumah sakit dengan tatapan kosong.
Tok, tok, tok.
Suara ketukan ruangan, kembali mengalihkan pandangan Luna.
"Masuk," sahut Luna melirik ke arah pintu.
Ceklek.
"Selamat pagi Nona," sapa seorang Polisi berjalan masuk bersama beberapa rekannya menghampiri Luna.
Deg!
"A-ada apa ini, Pak?" Luna terkejut takut menatap para polisi yang semakin mendekat ke arahnya.
"Jangan takut Nona. Kami hanya menginterogasi soal permasalahan yang menimpa Anda kemarin," jelas Pak Polisi tersenyum hangat menatap Luna."Bisakah Nona menceritakan sedikit, soal apa yang terjadi kemarin?" tanya Polisi.
Luna mengangguk patuh, dan mulai menceritakan semuanya secara detail, hingga ia akhirnya jatuh pingsan dan dibawa ke rumah sakit oleh orang bernama Aleandro bahkan ia pun tidak mengenalnya. Merasa Luna tidak ada sangkut pautnya dengan kematian keempat pria itu, mereka pun memutuskan pergi dari sana.
(Bersambung)