(🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️)
Apa yang terjadi jika orang yang pernah meninggalkan trauma besar di masa lalu kembali hadir di dalam hidupmu?
Itulah yang dialami oleh Luna, gadis cantik berumur 21 tahun.
Di tengah perjuangannya menyelesaikan kuliah, muncul sebuah berita bahwa mantan kekasihnya yang sangat posesif, kini telah di bebaskan dari penjara, setelah delapan tahun menetap di dalam penjara.
Akan kah Luna lolos darinya?
yuk mampir dan saksikan kisah selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-31
...🖤🖤🖤...
...(Keesokan harinya)...
Saat ujian tengah berlangsung, tiba-tiba saja firasat buruk mulai menyelimuti Luna, membuat Luna tak fokus dan mulai gelisah. Hal itu tak luput dari perhatian Sofia yang duduk tak jauh darinya.
"Apa yang terjadi dengannya?" batin Sofia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, sambil sesekali melirik ke arah Luna.
Hingga beberapa jam kemudian, Luna pun dengan cepat menyelesaikan tugasnya dan bergegas menyerahkannya kemudian keluar dari dalam kelas dengan terburu-buru sambil mengeluarkan ponselnya, lalu melakukan panggilan kepada sang ibu.
"Halo Luna," ucap Nyonya Regina dari seberang ponsel, nadanya terdengar sedang menahan tangis.
"Ma, Mama baik-baik saja?" tanya Luna cemas, jantungnya mulai berdegup kencang.
"Itu sayang, Pa-Papa mu," lirih Nyonya Regina, suaranya semakin gemetar.
"Papa? Papa kenapa Ma!" pekik Luna panik, suaranya menggema seisi lorong kampus.
Menarik perhatian para murid yang sedang lalu lalang dan melirik ke arahnya dengan tatapan bingung.
"Papa mu meninggal Luna!" teriak Nyonya Regina histeris dari seberang ponsel.
Deg!
Swoos.
Prang.
Seluruh tubuh Luna langsung lemas hingga ponsel yang ada di tangan Luna terjatuh menghantam lantai hingga hancur. Tanpa pikir panjang, Luna segera berlari pergi menelusuri lorong kampus menuju pintu gerbang.
"Nona, kelas belum selesai Anda mau kemana?"
Pak satpam mencoba menghalangi Luna yang berlari ke arahnya, sambil terus menangis.
"Pak!" seru Luna berhenti di hadapan Pak satpam."Tolong biarkan aku pergi, Papaku... Papaku meninggal Pak, aku mohon," pinta Luna terus menangis sambil menautkan kedua tangannya.
"Tapi Nona, jika kamu pergi sekarang, kamu tau kan akibatnya," lirih Pak satpam dengan wajah lesu mencoba memperingati Luna, karena kamu yang ini memiliki aturan yang sangat ketat.
"Pak, bagaimana jika hal ini terjadi kepada keluargamu? Apakah Bapak masih memikirkan kuliah, atau keluarga Bapak?" tanya Luna menatap sedih ke arah Pak satpam itu.
"Pergilah Nak."
Pak satpam ikut sedih menitikkan air mata, lalu membuka pintu gerbang kampus dengan lebar.
"Terima kasih, Pak."
"Sama-sama."
Luna segera berlari keluar menuju jalan raya dan memberhentikan sebuah taksi yang kebetulan lewat, lalu masuk ke dalam.
"Ke rumah sakit, Pak," perintah Luna.
"Baik, Nona."
*
*
*
(Di perusahaan)
Setelah mendapatkan kabar tentang kematian Ayah Luna yang secara tiba-tiba, Lucas segera berlari secepat mungkin menuju ruangan Alex.
Brak!
"Astaga Lucas!" pekik Alex marah akibat terkejut.
Lucas mengabaikan Alex segera berjalan dengan langka lebar menuju meja kerja Alex.
"Alex. Ayah Luna Tuan Justin ditemukan meninggal di dalam penjara," lapor Lucas dengan wajah tegang menatap Alex.
Kedua mata Alex membulat sempurna dan segera bangkit.
Brak!
"Bagaimana ini bisa terjadi?!" bentak Alex marah.
"Aku pun tidak tau, sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang," ajak Lucas.
"Ayo."
Alex segera meraih jas miliknya berjalan pergi sambil mengenakannya menuju pintu raungan, diikuti oleh Lucas dari belakang sambil menelfon orang-orang suruhan mereka untuk segera mencari tau, apa penyebab kematian Tuan Justin.
*
*
*
(Di rumah sakit)
Sesampainya disana, Luna segera turun dari taksi, lalu berlari memasuki pintu utama rumah sakit, dan...
Bruk!
Brak!
Tak sengaja Luna menabrak seseorang hingga terjatuh keatas lantai. Dengan rasa bersalah, Luna pun mendongak menatap sosok yang ia tabrak.
"Maaf, aku-" Luna menghentikan ucapannya saat melihat sosok yang ia tabrak yang tak lain, adalah Aleandro.
"Kau? Maksudku kamu baik-baik saja?"
Aleandro segera mengulurkan tangannya membantu Luna bangkit.
"Apa kamu terluka?" tanya Aleandro dengan teliti memeriksa setiap inci tubuh Luna.
"Aku tidak apa-apa, terima kasih aku harus pergi."
Luna hendak berlari pergi, namun dengan cepat Aleandro meraih lengannya dan menahannya. Terpaksa Luna menghentikan langkanya kemudian melirik ke arah Aleandro.
"Kamu mau kemana? Dan mengapa kamu menangis?" tanya Aleandro mengerutkan kening.
"Aku harus-"
"Aaaa! Suamiku!" jerit Nyonya Regina histeris dari kejauhan memotong ucapan Luna.
"Maaf," ucap Luna mengibas tangan Aleandro dan berlari pergi meninggalnya menuju ke arah sang ibu yang sedang menangis histeris sambil berjalan mengikuti bangkar sang ayah.
"Mama... Mama... apa yang terjadi Ma?" Luna segera memeluk sang ibu dan ikut menangis sesuguhkan.
"Ayah mu Luna, Ayah mu sudah tiada! Bajingan itu telah membunuh Ayahmu!" teriak Nyonya Regina terduduk lemas diatas lantai.
"Apa maksud Mama? Siapa yang membunuh Papa?" tanya Luna ikut duduk dan memeluk sang ibu.
"Alex! Mantan kekasihmu itu Luna, siapa lagi?! Kalau saja dia tidak memasukan ayahmu ke dalam penjara, bagaimana ayah bisa depresi dan memilih bunuh diri!" raung Nyonya Regina berteriak histeris.
Deg!
Jantung Luna berdetak kencang membuat Luna terdiam sambil memeluk sang ibu dan memikirkan apa yang barusan sang ibu ucapkan. Dan kini, Luna menyalakan Alex dan dirinya sendiri atas apa yang terjadi kepada keluarganya.
(Bersambung)
cerita nya ringan dan mudah di mengerti.
semangat ya thor