Dominic, sang maestro kejahatan, telah menawarinya surga dunia untuk menutup mata atas bukti-bukti yang akan menghancurkan kerajaannya.
Yumi, jaksa muda bercadar itu, telah menolak. Keputusan yang kini berbuah petaka. Rumahnya, hancur lebur. Keluarga kecilnya—ibu, Kenzi, dan Kenzo, anak kembarnya—telah menjadi korban dalam kebakaran yang disengaja, sebuah rencana jahat Dominic.
Yumi menatap foto keluarga kecilnya yang hangus terbakar, air mata membasahi cadarnya. Keadilan? Apakah keadilan masih ada artinya ketika nyawa ibu dan anak-anaknya telah direnggut paksa? Dominic telah meremehkan Yumi. Dia mengira uang dapat membeli segalanya. Dia salah.
Yumi bukan sekadar jaksa; dia seorang ibu, seorang putri, seorang pejuang keadilan yang tak kenal takut, yang kini didorong oleh api dendam yang membara.
Apakah Yumi akan memenjarakan Dominic hingga membusuk di penjara? Atau, nyawa dibayar nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dominic si pelaku
"Hey!" Pekikan Liana memecah keheningan. Seorang wanita bercadar, yang tak asing bagi Dominic, menabraknya dengan keras. Minuman yang dibawanya tumpah, membasahi pakaian putih Liana.
"Maaf, maaf, saya tidak sengaja, Mbak," ucap wanita bercadar itu, merasa bersalah. Dominic mengenali suara itu.
"Oh, tidak apa-apa kok, ini cuman sedikit… tapi lumayan merepotkan," jawab Liana, nada suaranya lembut, namun sorot matanya tajam dan sinis pada sosok wanita bercadar itu.
"Sekali lagi saya mohon maaf, saya benar-benar tidak sengaja," wanita itu kembali meminta maaf.
"Nona Yumi, bukan?" Tanya Axel, suaranya terdengar jelas di tengah ketegangan yang tiba-tiba menyelimuti ruangan. Yumi tersentak. Pandangannya tak sengaja bertemu dengan Dominic.
Suasana berubah tegang. Udara seakan membeku. Yumi menyadari siapa yang sedang dihadapi Liana. Musuh bebuyutannya. Dominic.
Tatapan dingin dan menusuk Dominic langsung mengunci Yumi. Tatapan yang penuh amarah terpendam, mengancam, dan tak meninggalkan celah bagi Yumi untuk melarikan diri. Ia merasakan hawa dingin yang menusuk tulang punggungnya.
Yumi mencoba menghindar, menunduk, mencoba menyembunyikan wajahnya di balik cadar. Namun, tatapan Dominic bagai magnet yang tak bisa dilepaskan.
Ia merasa terkurung, terperangkap dalam tatapan tajam itu, yang seakan mampu membaca setiap pikiran dan ketakutannya. Detik-detik terasa begitu panjang, seakan waktu berhenti berputar. Hanya ada tatapan tajam Dominic.
"Kemari, saya bantu bersihkan ya, Mbak," ucap Yumi, mengeluarkan sapu tangan sutra dan mulai membersihkan noda di baju Liana dengan gerakan hati-hati.
"Tidak bisa cuma dilap saja, dong. Seharusnya kamu cuci," Liana menyahut, nada suaranya masih terdengar kesal.
Yumi menatap Liana, matanya bersinar dengan sorot penuh arti, seakan menyimpan maksud tersembunyi di balik tindakannya.
"Cuma bercanda," Liana tiba-tiba tersenyum manis, perubahan sikapnya secepat kilat, membuat suasana tegang tadi sirna seketika. Senyumnya menawan, namun sorot mata tajamnya masih terlihat mengintip dari balik senyum itu.
"Sudah bersih ya, Mbak. Saya permisi dulu," ucap Yumi, hendak melangkah pergi. Namun, suara dingin Dominic menghentikannya.
"Apa yang kau lakukan di sini? Kau sengaja mengikuti ku?" tanya Dominic, suaranya berat, berisi kecurigaan. Tatapannya tajam, menembus cadar Yumi, mencari jawaban di balik kedoknya. Kehadiran Yumi di bandara, tempat yang tak terduga, menimbulkan kecurigaan yang kuat dalam dirinya.
Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh wanita itu. Kehadiran Yumi bukanlah sebuah kebetulan melainkan sebuah rencana.
"Maaf, apa Anda sedang berbicara dengan saya?" tanya Yumi, berpura-pura tidak mengerti bahwa Dominic sedang menegurnya. Ia berusaha menghindari tatapan tajam Dominic.
Dominic tidak menjawab, hanya menatap Yumi dengan tatapan menusuk. Di balik tatapan dingin itu, tersirat banyak kesimpulan. Ia yakin kehadiran Yumi di bandara bukanlah kebetulan. Ada sesuatu yang disembunyikan di balik sikap pura-pura tidak mengerti Yumi. Ia menunggu, mengamati setiap gerak-gerik Yumi, mencari celah untuk mengungkap kebenaran yang disembunyikannya.
"Permisi," ucap Yumi, lalu bergegas pergi, meninggalkan Dominic. Liana, dan Axel.
Meskipun Liana sangat mirip dengan Azalea, gadis dari masa lalu Dominic, ada banyak perbedaan yang membuat Dominic ragu. Liana tidak mengenakan hijab dan pakaiannya cukup terbuka, sangat berbeda dengan Azalea yang selalu berpenampilan tertutup.
Mereka bertiga bergegas meninggalkan bandara, ingin mengantar Liana bertemu Kakek William. Pandangan Dominic tak pernah lepas dari wajah Liana. Ia sangat merindukan sosok Azalea, namun penampilan Liana yang berbeda membuatnya bimbang.
Dari kejauhan, Yumi menatap kepergian mereka dengan tatapan dendam yang membara. Ia baru saja menerima informasi mengejutkan: pembunuhan kedua putranya dan ibunya.
Di mana Dominic terlibat, dan menjadi tersangka utamanya.
"Waktu mu akan dihitung mundur, karena aku tidak akan pernah membiarkanmu bahagia, aku berjanji pada diriku sendiri akan menghancurkan! Seperti mana kau telah membakar kedua putra-putra ku, bersama ibuku." Gumam Yumi mengepalkan kedua tangannya dendam yang membara akan menghancurkan Dominic.
Dan salam kenal para reader ☺️☺️😘😘