NovelToon NovelToon
Terjerat Overdosis Cinta

Terjerat Overdosis Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintamanis / Patahhati / Romansa Modern / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 5
Nama Author: Zhang zhing li

Hidupku begitu hancur saat malam yang tak diiginkan menimpaku. Sayangku pada keluarga baru, telah menghancurkan cinta pada pria yang telah merenggut semangat hidupku.

Hidup yang selama ini terjaga telah hancur dalam sekejap mata, hanya keserakahan pria yang kucintai. Namun pada kenyataanya dia tak memilihku, akibat cintanya sudah terkunci untuk orang lain.

Apakah hidupku akan hancur akibat malam yang tak diiginkan itu? Atau akan bahagia saat kenyataan telah terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diajak jalan-jalan

# Flashback on bagian 5 #

Hari ini kerjaanku sekarang hanya bisa bersantai duduk manis dirumah, sebab hari ini hari libur sekolah yaitu minggu. Tak ada kegiatan yang berarti harus dikerjakan, hingga bermalas-malasan dipembariganlah aku lakukan sekarang.

Tok ... tok ... tok, pintu kamarku telah diketuk seseorang.

"Bolehkah mama masuk?" Suara mama Lidya meminta izin.

"Masuk saja, ma. Pintunya ngak dikunci, kok! jawabku didalam kamar.

Ceklek, pintu telah berhasil dibuka pelan oleh mama Lidya.

"Mama menganggu kamu 'kah?" tanya mama Lidya.

"Enggak kok, ma. Kerjaan Karin hanya baring-baring saja dari tadi," jelasku.

"Ooh, baguslah kalau begitu. Ayo kita keluar, gimana kalau jalan-jalan cuci mata saja?" pinta mama Lidya.

"Tapi, ma!" jawabku berusaha menolak.

"Ngak ada tapi-tapian, Karin. Mama hanya ingin membahagiakan kamu dengan cara memgajak jalan-jalan. Lagian kamu sekarang sudah menjadi bagian keluarga Cokro, jadi mama ingin merubah penampilan kamu agar lebih cantik dan elegan saja," ujar mama menjelaskan.

"Tapi Karin tak terbiasa dengan hal itu semua, ma. Yang boleh dibilang ngak percaya diri saja, sebab mama tahu sendiri kalau karin dari kalangan mana," ucapku tak enak hati.

"Mama tahu, Karin. Tapi alangkah sebaiknya kamu melupakan masa-masa yang kurang enak itu dan sekarang berubah menjadi Karin yang baru. Ayolah kita keluar sebentar, mama bosen juga nih dirumah terus," pinta mama berusaha membujuk.

"Heeh, baiklah kalau mama memaksa," jawabku pasrah.

"Syukurlah kamu akhirnya mau. Kalau begitu kamu siap-siaplah, mama juga akan siap-siap. Kita langsung berangkat saja, sebab kalau siang-siang pasti pengunjung akan membludak di mall nanti," suruh beliau menjelaskan.

"Iya, ma."

Kini aku telah bersiap-siap menganti baju untuk menuruti keinginan mama Lidya. Wajahpun tak ada riasan sama sekali untuk menambah aura kecantikan. Yang ada sekarang hanyalah bedak biasa yang kutabur diwajah, sebab aku ini memang orang yang tak suka akan riasan berlebihan.

"Ayo, ma!" ajakku.

"Ayo sayang," jawab beliau.

Wajah beliau memanglah sempurna, walau diusianya yang sudah berumur tapi kerutan diwajah tak ada sama sekali. Memang orang kaya selalu saja bisa merias diri dengan berpakaian elegan dan menarik, walau yang dipakai hanya baju bahan kaos biasa saja. Kini tangan mama Lidya telah sibuk menyetir mobil, dengan diriku yang hanya jadi penumpang saja saat beliau bisa menyetir mobil sendiri.

"Oh ya, ma. Kemana kak Adrian? Kok aku lihat tadi dirumah tak nampak dia sama sekali?" tanyaku penasaran saat kami masih salam mobil.

"Kakak kamu itu biasalah, dihari minggu-minggu begini selalu main keluar sama teman-temannya," jelas mama.

"Ooh," jawabku yang hanya bisa ber'oh ria.

"Heeh, ternyata beginilah kehidupan orang kaya. Tak selamanya hari libur bisa berkumpul bersama keluarga seperti keluarga dipanti yang selalu bermain ria bersamaku. Nasib ... nasib, ternyata ada enak dan juga tak enaknya jadi orang kaya, tetapi aku tetap harus bersyukur padaMu ya Allah, ternyata Engkau telah memberikan keluarga yang baik dan bisa menyayangiku," guman hati yang merancau berbicara pada diri sendiri.

"Nah, kita sudah sampai Karin," ujar mama memberitahu.

"Benar 'kah, ma?" tanyaku tak percaya sebab aku tadi melamun.

"Iya, sayang. Ayo kita turun!" jawab mama yang sudah selesai memakirkan mobilnya.

"Heeem."

Kami berdua telah berjalan beriringan dengan tangan mama Lidya terus saja merangkul bahuku. Perlakuan beliau sungguh nyaman sekali, membuatku tak ragu lagi atas kebaikkan beliau supaya aku juga menyayanginya lebih.

"Ayo kita masuk situ, Karin. Mama ingin membelikan kamu baju," ajak beliau.

"Iya, ma."

Sebuah toko pakaian telah kami masuki, dengan aneka merk dan warna yang kelihatan sekali pakaian yang berkelas.

"Ayo coba ini Karin, pasti cocok sekali dibadan kamu," suruh mama Lidya sambil memberikan baju yang beliau pegang.

Baju langsung kuterima dan kini betapa terkejutnya diri ini saat melihat harganya yang begitu fantastis.

"Tapi, ma. Ini ... ini!" ujarku yang berusaha menolak, sebab tak mau uang mama Lidya terhamburkan.

"Sudah, jangan pikirkan masalah harganya. Cepetan ganti sana!" suruh beliau paksa.

"Tapi, ma!" ujarku berusaha menolak lagi.

"Husst, cepetan sana!" paksa beliau sambil mendorong tubuhku.

Mau tak mau akhirnya aku pasrah juga, walau dengan perasaan hati begitu menolaknya. Sekarang kerjaanku menganti pakaian diruang ganti, mencoba nurut untuk memakai apa yang diberikan mama Lidya tadi.

"Gimana, ma?" tanyaku saat sudah keluar.

"Wah ... wah, ck ... ckck. Baju itu cocok dan pas sekali sama kamu. Kamu semakin cantik dan kelihatan elegan," puji mama Lidya.

"Benarkah, ma?" tanyaku tak percaya.

"Iya, sayang. Baiklah, kalau begitu mama akan pilihkan lagi," ujar mama ingin membelikan baju lagi.

"Tapi jangan banyak-banyak mama belinya," pintaku saat mama Lidya sibuk mengambil beberapa baju tanpa pandang harganya lagi.

"Ngak pa-pa, Karin."

Tangan kiri kanan kini sudah penuh dengan peper bag, yang penuh berisi pakaian dan barang-barang lainnya.

"Gimana? Kamu suka 'kan mama ajak jalan-jalan?" tanya beliau.

"Iya, ma. Tapi ini terlalu banyak!" keluhku.

"Gak pa-pa, sayang. Oh ya, kita beli dulu bahan-bahan dapur dan makanan dirumah. Ayo kita masuk sana!" terang beliau mengajak.

"Iya, ma."

Kaki kami sudah memasuki arena supermarket yang berisi bahan makanan berupa sayur dan buah. Aku hanya bisa mengiringi beliau dari belakang saja, saat mama lidya sibuk memilih-milih bahan yang bagus.

"Mama? Karin?" panggil seseorang bersuara pria.

"Adrian? Kamu?" kekagetan mama menjawab.

"Kok kebetulan sekali kita ketemu disini. Kamu ngapain disini? Sama siapa?" tanya mama Lidya kepada anaknya.

"Sama saya tante?" jawab seseorang perempuan, tiba-tiba menghampiri kami.

"Yona? Kamu juga ada disini juga?" tanya mama Lidya kaget lagi.

"Iya tante. Yona sama Adrian datang kesini tadi," jawab kak Yona ramah.

"Ooh. Kok kalian belanja didekat bahan sayuran?" imbuh tanya mama Lidya.

"Kami awalnya kumpul-kumpul sama teman dirumahku, tante. Karena tak ada bahan makanan yang dimasak dan camilan, jadi kusuruh Adrian tadi mengantarku," jelas kak Yona.

"Ooh, begitu ceritanya. Tapi kalian sudah selesai belanjanya?" tanya mama Lidya lagi.

"Iya ma, sedikit lagi kayaknya. Tinggal milih buah saja," jawab kak Adrian.

"Oh ya sudah. Adrian, kamu ngak ada kerjaan yang penting 'kan?" ujar tanya mama Lidya.

"Ngak ada, ma. Memang kenapa?" balik tanya kak Adrian.

"Ajak Karin ikut bersama kamu, sebab kasihan dia dirumah sendirian. Kamu ngak ada pekerjaan penting tentang sekolah, jadi ajaklah adek kamu ini. Lagian biar Karin kenal sama teman-teman kamu itu," suruh beliau pada anaknya.

"Dia, tante. Mau ikut? Ngak salah?" ketus tanya Yona menunjuk ke arahku.

"Iya, Yona. Memang kenapa? Toh kalian 'kan satu sekolahan, walau beda kelas, sih!" jawab mama Lidya.

"Ngak usah saja, ma. Karin baik-baik saja kok sendirian main," cakap sela-selaku berusaha menolak, sebab tak enak hati pada kak Yona yang kelihatan sekali protes tak suka.

"Ngak pa-pa, Karin. Lagian Adrian itu kakak kamu yang harus ada rasa tanggung jawab sama kamu. Kalau dia menolak ya terpaksa uang jajan sebulan tak akan mama berikan," balik cakap mama Lidya santai.

"Haaaisst, mama ini. Pakai acara ngancam segala. Adrian tanpa mama suruh pasti ngajak Karin, tapi yang jadi masalahnya tadi kesini tuh pakai motor bersama Yona, jadi binggung bawa Karinnya ke rumah Yona itu bagaimana, begitu!" jelas kak Adrian tak menolak sama sekali.

"Baguslah kalau begitu. Itu mah urusan mama, 'kan kesini tadi bawa mobil, jadi biar mama antar Karin pakai mobil tapi pulangnya nanti sama kamu saja," ucap mama Lidya tegas.

"Heem, baiklah!" Setujunya jawab kak Adrian.

"Tapi, Adrian. Itu 'kan cuma ada teman-teman SMA kita saja," ucap kak Yona berusaha protes.

"Gak pa-pa, Karin. Mereka akan nurut-nurut saja kalau semuanya dikendalikan dan atas perintahku," ujar kak Adrian santai.

Kak Yona menatapku penuh dengan pelototan mata, yang seketika aku menundukkan kepala tak berani menatapnya balik. Sungguh rasa-rasanya aku tak enak hati merepotkan orang lain, tapi nak berkata apa lagi saat mama Lidya telah memaksa untuk diri ini ikut mereka. Pada kenyataannya ucapan mama adalah sungguh-sungguh mengantarku memakai mobil, yang sekarang ini mengikuti laju motor kak Adrian dari belakang. Tak butuh waktu lama ternyata perjalanpun telah terhenti.

"Kamu baik-baik ikut main bersama kak Adrian, akur-akur sama temannya," Pesan mama Lidya sebelum pergi meninggalkanku.

"Iya ma, makasih. Tapi sebenarnya Karin tadi tak hati sama kak Adrian, masak dia mau happy-happy sama temannya Karin harus menganggu," ucapku mengungkapkan yang sebenarnya.

"Gak pa-pa, Karin. Mama tak ingin kamu sendirian dirumah. Lagian apa kamu ngak bosen dirumah terus?" tanya ramah beliau.

"Bosen sih, ma. Tapi--?" jawabku tertahan.

"Sudah ... sudah. Mama akan senang kalau kamu juga senang, jadi ngak usah tak enak hati gitu, ok! Sudah turunlah, itu kakak kamu sudah mau jemput kamu kesini," tunjuk ucap mama.

Cekliek, suara pintu mobil telah dibukakan kak Adrian.

"Jaga adek kamu Adrian. Awas! Kalau sampai kenapa-napa, mama akan potong uang saku kamu sampai setahun, mengerti!" ancam mama Lidya.

"Iya ... ya. Adrian ngerti, ma!" jawabnya santai.

"Ya sudah, kamu nurut sama kakak kamu. Sekarang mama akan pulang, baik-baik mainnya, Karin," ucap pesan beliau saat aku sudah turun dari mobil.

"Iya, ma."

"Bye ... bye, Karin."

"Iya, ma. Bye ... bye."

Mobil mamapun telah hilang dari pandanganku yang semakin lama semakin jauh tak terlihat lagi.

1
❤️⃟Wᵃf🍁🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ❣️🤎
mau lanjut baca lagi di sini semoga bisa namatin aku ya🤲
❤️⃟Wᵃf🍁🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ❣️🤎
tuan Chris baik betul ini orang mau dong kalo ada orang kek tuan Chris sudah ganteng baik kaya lagi🤭🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻˢKтяι'𝐆🤎ˢ⍣⃟ₛ❤️⃟Wᵃf 💋
ladalah mau bundir ini anak 😱☹️
❤️⃟Wᵃf🍁🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ❣️🤎
ya ampun sombong sekali mamanya Chris padahal kan Karin sudah minta maaf masih saja mengeluarkan kata kata kasar kek gitu merendahkan Karin ck ck ck...
❤️⃟Wᵃf🍁🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ❣️🤎
waduh Karin 🤰🤰 kira kira apa Chris bisa diandalkan bantuannya nanti ya 🤔
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
wa itu ulah siapa lagi ya
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
alhamdulilah ya nga kepanjangan marah nya🤭
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
geregetan Ama Adit de nga nyadar kelakuan mu bikin istrimu berulah diluar nalar
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
puas de rasanya 😅
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
dasar Adit iya iya aja diajak pergi tu istrimu kelimpungang cari cara supaya kamu gagal pergi
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
Nola memang harus dikasih pelajaran 🤣
🍒⃞⃟🦅HubabahLilit2🥰𝐀⃝🥀
eh, aku sudah mengira yang nolong itu mamas² heheh
🍒⃞⃟🦅HubabahLilit2🥰𝐀⃝🥀
tarik terus kak, rayu pakek permen/Sweat/
🍒⃞⃟🦅HubabahLilit2🥰𝐀⃝🥀
keputusan yang salah. tubuhmu adalah titipan tuhan, kamu tidak ada hak untuk menyakitinya.
🏘⃝Aⁿᵘղíαᴳᴿ🐅𝐀⃝🥀💋👻ᴸᴷ
Mampiirr
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angel𝐀⃝🥀❣️
assalamualaikum
🐈𝐀⃝🥀Alfa Miauwzᴳ𝐑᭄
anggap aja yg dbawah itu kolam renang yaaak bukan sungai😂😂😂😂😂
🔵Ney Maniez
aku hadir,, nyimak ceritanya thor
ͩAlsheiraz⁹⁹HeartNet🔰π¹¹
keren 👍
🍁🥑⃟𝙉AƁίĻԼል❣️ˢ⍣⃟ₛ❤️⃟Wᵃf
mampir kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!