Aira Maulida Bahira, gadis dua puluh satu tahun yang terlihat kalem dan memiliki wajah yang bisa di katakan kurang menarik apalagi cantik. kulit wajahnya sawo matang, ada tahi lalat kecil di pipi kanannya membuat penampilan wajahnya semakin tidak menarik di mata lelaki terlebih lelaki seperti Yusuf Ibrahim seorang CEO kaya raya yang terpaksa harus menikahi gadis yang menurutnya buruk rupa seperti Aira.
Yusuf merahasiakan status pernikahannya dengan Aira karena ia malu memiliki istri yang tidak cantik.
Di tengah masalah pelik rumah tangganya, seseorang dari masalalu muncul di hadapan Aira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 31
Ponsel Aira berbunyi nama Alan tertera di layar ponselnya. Yusuf merebut ponsel milik Aira dan menjawab panggilan telepon. saat ini Yusuf dan Aira sedang berada di rumah sakit untuk pemeriksaan.
"Halo Aira kenapa kau tidak masuk bekerja apa kau sakit?"
Suara Alan terdengar cemas di telepon. Yusuf tersenyum sinis sementara Aira juga terlihat sedikit panik.
"Halo, aku Yusuf berhenti menelpon istriku! kau tidak malu mengganggu istri orang?!"
"Pak Yusuf? maaf aku hanya mencemaskan Aira karena hari ini ia izin bekerja"
"Bukankah kau berkantor di tempat berbeda dengan Aira? lalu apa urusan mu mencemaskan istriku yang izin bekerja?"
Alan terdiam, posisinya lemah karena Yusuf memang suami Aira. ia berhak marah ketika istrinya di telepon pria lain.
"Dengar Alan, Aira sedang melakukan pemeriksaan di rumah sakit jadi jangan ganggu dia dengan telepon mu yang tidak penting itu!"
"Pemeriksaan di rumah sakit? apa Aira sakit?" suara Alan kembali cemas.
Rasanya Yusuf kesal sekali seandainya Alan ada di hadapannya mungkin ia sudah meremukkan rahang Alan.
"Aira hamil!" kata Yusuf singkat lalu mematikan telepon.
Sementara Aira yang mendengarkan ucapan Yusuf ia begitu terkejut hingga menutup mulutnya dengan telapak tangan. Belum apa-apa Yusuf sudah mengatakan jika Aira hamil.
"Mas kenapa bilang begitu pada pak Alan?"
"Memangnya kenapa? kau tidak senang? atau kau bahagia dia mengganggu mu terus?! aku sudah melarang mu bertemu dengannya bukan?"
Aira terdiam ia mencoba merebut ponselnya yang di genggam Yusuf. pria itu tidak mau memberikan ponsel milik Aira.
"Sampai kau menuruti perintahku baru aku akan berikan benda ini padamu!" kata Yusuf sembari menyimpan ponsel milik Aira kedalam saku celananya. tidak mungkin Aira. akan mengambil sendiri ponsel itu dari dalam saku celana Yusuf. ia sungkan sekali dan malu. Aira hanya bisa pasrah membiarkan Yusuf menyita ponselnya.
"Nyonya Yusuf Ibrahim, silahkan" seorang perawat memanggil Aira untuk memasuki ruangan dokter spesialis kandungan.
Yusuf ikut menemani, Yusuf sudah menjalani tes dan hasilnya ia sehat tidak ada masalah apapun pada dirinya. ia harap Aira juga sama.
Setelah melalui beberapa pemeriksaan bisa di simpulkan jika Aira juga sehat dan usianya juga masih muda, tingkat kesuburannya sedang bagus-bagusnya.
Yusuf tersenyum senang mendengar ucapan dokter. ia menatap Aira yang terlihat takut.
"Ayo" Yusuf menggandeng tangan Aira keluar dari ruangan dokter.
Telapak tangan Aira begitu dingin itu artinya ia sedang takut atau cemas. berbagai pertanyaan berkecamuk di pikiran Aira.
Bagaimana jika aku mengandung anak mas Yusuf? bagaimana jika nanti aku di pisahkan dari anakku? tidak, ini tidak boleh terjadi. aku harus menelpon Aline untuk membantuku pergi dari rumah mas Yusuf.
"Jangan cemas, aku akan menjagamu dengan baik saat kau mengandung anakku" Yusuf menatap tajam pada Aira. ia tidak peduli kecemasan dan ketakutan yang di pikirkan Aira.
Aira menghela napas perlahan, ia mencoba menarik tangannya dari genggaman tangan Yusuf yang terasa hangat.
"Hei ada apa dengan mu Aira, aku hanya menggenggam tangan mu apa tidak boleh? lalu bagaiman jika nanti kita membuat anak, apa kau akan pingsan saat aku menyentuh mu?"
Yusuf memandang wajah Aira, ia sedang memikirkan seperti apa anak mereka nanti. apa berwajah seperti Yusuf yang tampan atau Aira yang biasa saja.
"Sudahlah, kalau nanti anakku mirip dengan mu juga tidak masalah" kata Yusuf sambil berjalan tetap menggenggam tangan Aira agar Aira tidak tiba-tiba lari darinya.
"Anak mu mas? lalu apa aku sebagai ibunya nanti tidak ber hak"
"Aku sudah bilang kesepakatan kita bukan?"
Yusuf begitu gampang berkata ia tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan Aira sebagai ibu dari anak mereka nanti.
Bulir bening jatuh ke pipi Aira, ia menarik lengannya ketika Yusuf lengah. Aira berlari secepatnya keluar gedung rumah sakit dan memasuki sebuah mobil angkutan yang kebetulan lewat, tujuannya entah kemana yang jelas ia harus pergi dari Yusuf.
"Aira! Aira!" Yusuf berlari mengejar Aira tapi percuma karena tidak terkejar. Yusuf segera menuju mobilnya yang terparkir di halaman rumah sakit.
"Aira awas kau jika aku menemukan mu! aku akan mengurung mu sampai aku dapatkan anak itu!"
Aira berada di jalanan ia duduk di taman hingga malam. ia tidak bisa menelpon Aline atau siapapun Karena ponselnya di bawa Yusuf.
Aira merogoh saku dress-nya, ia menghitung jumlah uang yang ia bawa.
Aku ingin pulang ke rumah Abi. di sana satu-satunya tempat yang aman bagiku.
jangan kalah ma Malika ,,itu wanita hitam legam kaye kedele item makanya di panggil Malika ehh CEO jatuh cintrong