Seorang gadis bernama Mia Elisha yang selalu ceria sedang jatuh cinta kepada seorang laki-laki pendiam bernama Jiro yang duduk di depan meja di kelasnya, Namun karena kepribadiannya yang dingin, pendiam juga sangat pintar.
Suatu hari Mia mengungkap kan perasaannya kepada Jiro tetapi Jiro menolaknya namun Mia tetap berusaha untuk meyakinkan Jiro bahwa perasaan Mia tidak pernah berubah tetap saja Jiro mengabaikan Mia hingga suatu hari Mia berhenti untuk tidak lagi menyukai Jiro.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Wulandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KESEPIAN
Akhir-akhir ini Jiro tampak lebih sibuk dari biasanya bahkan aku pun hampir tidak pernah bertemu dengannya bahkan untuk mengirim pesan padanya itu pun hanya seputar tentang makan siangnya. Dunia ku semakin sepi ketika semua orang sudah menjalani kehidupan yang sesungguhnya begitu juga dengan Hanna yang sudah tidak lagi bertetangga denganku karena Marcel membawa Hanna ke rumah yang telah Marcel bangun dengan hasil kerja kerasnya. Hari itu aku pun mencoba menghubungi Hanna melalui video call terlihat perut Hanna yang sudah semakin membesar.
"Woah lihat perutmu itu semakin membengkak?" ucapku dengan antusias
"Iya,bahkan aku kesulitan memakai sepatuku sendiri" jawab Hanna
"Apa sudah dekat waktunya?" tanyaku
Hanna menganggukkan kepala"iya, Marcel pun bahkan sudah mengemas barang-barang ku tetapi dia lupa mengemas barang-barang untuk bayinya"tutur Hanna yang sedang mengemas perlengkapan bayinya
Aku tertawa mendengar ucapan Hanna"begitulah suamimu ketika sudah panik"
"Panik tidak menyelesaikan masalah buktinya dia lupa barang untuk anaknya sendiri, bagaimana pula dia hanya peduli padaku" sekali lagi Hanna mendengus kesal
"Sudah-sudah jangan marah-marah ingat kau sedang hamil tua itu, kalau tiba-tiba berojol disitu bagaimana?" ucapku
Hanna menghela nafasnya"kau sedang apa?" tanya Hanna
"Aku baru saja dari toko bunga mama, karena aku bosan jadi aku menelponmu" peluhku
"Bagaimana dengan Jiro?" tanya Hanna tiba-tiba
"Eh ... Kenapa dengan Jiro?" aku bertanya balik
"Ya kalian tidak jelas sekali hubungannya" ucap Hanna
"Bukankah kau tahu kita hanya berteman" ucapku namun Hanna hanya menggelengkan kepalanya.
Keesokan harinya aku merasa badanku begitu mulai merasakan tidak enak, bahkan aku tidak bernafsu untuk makan, setelah memasak untuk Jiro aku pun berniat untuk mengantarkan pesanannya ke rumah sakit.
"Mia" ucap Mama yang mengejutkanku
Aku memegang dadaku"ah mama bikin kaget saja"
"Kau mau mengantar pesanan?" tanya mama
Aku menganggukkan kepala"kenapa mama jam segini sudah pulang kerumah?" tanyaku penasaran
"Ada barang yang tertinggal jadi mama pulang dulu" jawab mama
"oh oke lah, kalau begitu aku pergi dulu" pamitku
"Eh tunggu ... " mama menghentikan langkahku
"Kenapa dengan lenganmu ko memar?" tanya mama yang menunjukkan kearah lenganku yang di katakanya.
Aku melihat ada memar di lenganku namun aku tidak begitu sadar sejak kapan memar itu muncul di lenganku"ah mungkin aku terbentur tapi aku tidak sadar, kalau begitu aku pamit daahhhhhh mama" ucapku sambil berlalu.
Akan tetapi semakin hari tubuhku semakin terasa lelah, aku pun memegang dahi ku terasa panas dan berkeringat hingga akhirnya aku meminta izin kepada Jiro karena aku tidak bisa memasak untuk sementara waktu, aku pun terbaring lemas dikasurku karena suhu tubuhku mencapai 38°c, mama menyarankan ku untuk pergi periksa kerumah sakit namun aku menolaknya karena aku berfikir aku hanya perlu istirahat dan dengan yakin esok pasti sudah lebih mendingan, namun sudah hampir 4 hari demamku tidak kunjung membaik demam yang tidak konsisten marena selalu naik turun, bahkan telepon dari Jiro pun tidak sempat ku angkat juga pesan darinya tidak ku balas.
Terdengar suara ketuk pintu, mama pun masuk kekamarku membawakan semangkuk bubur hangat untukku.
"Kenapa mama masih dirumah, bukankah mama harus buka toko bunga" ucapku dengan lemas
Mama menghela nafas"bagaimana bisa mama membela toko dari pada meninggalkan mu sendiri dalam keadaan sakit, setelah ini mama akan membawa mu kerumah sakit" oceh mama
Aku segera beranjak dari ranjang lalu meregangkan tubuhku"aku sudah membaik ko, mana buburnya akan aku makan karena aku sangat lapar" ucapku dengan semangat
Mama melihatku dengan penuh keheranan"jangan berpura-pura"
Aku menatap tajam mama"mama anakmu ini punya daya tahan tubuh yang kuat, buktinya saat aku di aniaya oleh mantan pacarku aku masih hidup"
"Jangan ingatkan mama pada orang itu lagi ya mama benci sekali padanya" ucap mama dengan nada tinggi
Aku merasa ketakutan melihat mama dan juga merasa bersalah karena membahas mantan pacarku, terlihat mama menghela nafas panjang
"Memang kenapa kamu tidak mau pergi ke rumah sakit?" tanya mama
"Aku sudah mendingan ko" ngeyel ku
"Jiro telepon rumah katanya dia akan menjengukmu" ucap mama membuatku terkejut
"Ah ... Kenapa mama jawab saja tidak perlu" keluhku
Mama menatapku dengan heran"memang kenapa, biar saja sekalian dia periksa kamu"
Akupun dengan segera mengumpat di balik selimutku ketika mendengar suara bel mama pun dengan segera membukakan pintunya sesuai dugaan ternyata Jiro benar-benar datang untuk menjengukku membawakan beberapa buah-buahan, aku masih mengumpat dalam selimutku namun mama memaksaku untuk beranjak, akupun beranjak dengan rambut yang sudah kusut, sedangkan mama pergi ke dapur membuatkan minuman untuk Jiro, di hadapanku sudah berdiri Jiro sambil menjinjing sebuah kotak yaitu perlengkapan alat medisnya.
"Kau tidak bawa stetoskop kan" ucapku pada Jiro
Jiro menatap heran padaku
"Bawa" ucapnya dengan polos
"Menjauhlah dariku, aku sangat alergi dengan stetoskop" ucapku sedikit menghindar
"Kenapa, kamu sudah lebih dari tiga hari demam memang harus diperiksa" tutur Jiro
"Aku sudah jauh lebih mendingan" jawabku dengan semangat
Jiro menoleh kearah cermin yang ada di atas meja belajarku kemudian ia mengambilnya lalu mengarahkannya kepadaku terlihat diriku di dalam cermin yang di pegang oleh Jiro.
"Dengan wajah yang pucat seperti itu, kamu yakin kamu baik-baik saja" oceh Jiro
"Aku baru saja selesai makan dari sekian lama aku tidak nafsu untuk makan" ucapku
Jiro pun terdiam sejenak lalu menatapku dengan penuh curiga"kamu sedang tidak menyembunyikan sesuatu kan?"
"Ti ... Tidak" jawabku dengan gugup
"Duduklah dulu, di kursi belajarku itu" tunjukku dan akhirnya Jiro mengikuti perkataanku
"Kenapa dengan lenganmu?" tanya Jiro
"Ah sepertinya terbentur tapi aku tidak sadar tidak apa-apa ko" jawabku dengan santai
Jiro menatapku dengan tajam memperhatikanku dengan sangat dalam hingga membuat ku merasa canggung.
"Aku pergi ke kamar mandi dulu ya, kau tunggu saja" ucapku segera beranjak dari kasurku.
Tanpa sengaja aku menjatuhkan sebuah tisu dengan bercak darah yang terjatuh dari kantong baju tidurku aku berniat untuk membuangnya kedalam kloset tanpa di ketahui oleh mama dan ataupun Jiro namun sepertinya aku terlalu teledor karena aku sudah panik, namun saat aku hendak kembali dari kamar mandi dan kembali menuju kamarku dengan harapan Jiro tidak melihat dan memungutnya akan tetapi sudah terlambat Jiro sudah memungutnya, Jiro melihat kearahku sedangkan aku memalingkan pandanganku tidak berani untuk menatapnya.
Sudah beberapa hari aku selalu mimisan itu sebabnya aku enggan untuk di periksa karena aku tidak siap untuk mendengar kenyataan tentang penyakitku, namun disituasi yang tidak diinginkan aku kembali mimisan aku berusaha menutupinya namun darah berceceran mengenai tanganku Jiro pun segera menghampiriku sambil membawakan tisu untukku. Namun tiba-tiba saja aku hilang kesadaran.
Begitu aku terbangun, aku sudah berada di rumah sakit dengan infusan yang sudah terpasang. Terlihat mama dengan tenang menjagaku tidak lama kemudian satu orang suster datang untuk pengambilan sample darah. Rasanya aku ingin menangis mengkhawatirkan diriku sendiri akan tetapi mama pun berusaha untuk menenangkanku. Jiro kembali keruanganku dengan membawakan makanan untukku juga untuk mama. Mama merasa sungkan dan menyuruhnya untuk segera pulang karena mama tahu Jiro sudah banyak membantunya dan tidak ingin kembali merepotkannya.
"Jika sudah selesai hasilnya akan saya beritahu, sekarang pulanglah dulu nak biar ibu saja yang menjaga Mia, terimakasih sebelumnya karena sudah merepotkan mu" ucap mama kepada Jiro
Jiro menghampiriku yang terbaring lemas diatas ranjang" sesekali aku akan mampir keruanganmu"
Aku tersenyum padanya"rawat aku dengan baik ya" ucapku pada Jiro dan membalas senyumanku.
semangattt/Determined//Determined/