NovelToon NovelToon
Hadiah Terakhir Dari Ayah

Hadiah Terakhir Dari Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: GoodHand

Desa Tirto Wening adalah sebuah desa yang ada di pelosok sebuah wilayah Kabupaten. Dipimpin oleh seorang pemimpin berdarah biru yang merupakan keturunan bangsawan keraton, desa itu terkenal dengan kemakmuran warganya.

Mahesa Narendra, pria tampan yang di gadang - gadang akan menjadi penerus kepemimpinan sang Ayah di Desa Tirto Wening, di minta untuk menikahi seorang gadis, putri dari sahabat Ayahnya.

Pak Suteja, sahabat sang Ayah, meminta Raden Mas Mahesa untuk menikahi putrinya yang bernama Anaya Tunggadewi. Semua itu Pak Suteja lakukan untuk melindungi putri semata wayangnya dari keluarga yang sedang memperebutkan harta waris.

Bagaimanakah romansa di antara keduanya?
akankah mereka berdua hidup bahagia?
apakah Anaya akan betah tinggal bersama suaminya di desa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GoodHand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Villa

Malam itu, Raden Mas menyusul istrinya yang sedang berada di dapur untuk memasak makan malam mereka. Raden Mas Mahesa mengode semua Abdi Dalem yang sedang berada di dapur untuk keluar dari sana.

Para Abdi Dalem pun langsung meninggalkan dapur, tentu saja meninggalkan Raden Mas Mahesa berdua dengan istrinya.

"Astaghfirullah!" Seru Anaya yang sampai terjingkat karena terkejut dengan ulah Raden Mas Mahesa yang tiba - tiba memeluknya.

"Raden Mas ini, kalau aku jantungan gimana?" Omel Anaya.

"Makanya jangan terlalu serius, biar gak kaget. Di peluk Suami sendiri kok kaget." Ledek Raden Mas Mahesa.

"Kamu masak apa, Dek Ayu?" Tanya Raden Mas Mahesa.

"Bistik kesukaan Raden Mas." Jawab Anaya.

"Padahal aku sukanya kamu." Sahut Raden Mas Mahesa.

"Kenapa akhir - akhir ini Raden Mas jadi sering menggombal?" Kekeh Anaya.

"Gak gombal lah, Sayang." Ujar Raden Mas Mahesa sambil mengecup pipi istrinya.

"Raden! Nanti di lihat Mbak - Mbak, loh." Omel Anaya.

"Eh, loh, tapi kok dapurku jadi sepi?" Anaya yang baru sadar pun celingukan mencari keberadaan Mbak - Mbak yang tadi ada bersamanya.

"Sampun do minggat, Dek Ayu. (Sudah pada kabur, Dek Ayu.)" Jawab Raden Mas Mahesa.

"Pasti ulah Raden Mas, kan? Orang lagi pada masak kok di suruh pergi sih?" Anaya kembali mengomeli suaminya.

"Jangan ngomel terus to, Sayang. Mau tak kurung dalam kamar satu hari satu malam?" Ancam Raden Mas Mahesa.

"Emang Raden Mas gak kerja? Aku gak kenyang kalo cuma makan cinta." Jawab Anaya yang membuat Raden Mas Mahesa tertawa.

"Raden Mas... Minggir dulu, nanti masakanku gosong semua." Kata Anaya yang terus di tempeli suaminya.

Tak menghiraukan ucapan istrinya, Raden Mas Mahesa terus saja menempeli Anaya dan mengikuti setiap langkah istrinya kesana dan kemari.

"Ya Allah..." Gemas Anaya pada Suaminya yang sedang mode manja.

"Raden Mas..."

"Dalem, Sayangku."

"Raden Mas ini, kenapa kok tadi minta Raka fotoin aku terus?" Cicit Anaya ketika bertemu suaminya.

"Habisnya rindu kalau lagi berjauhan." Jawab Raden Mas Mahesa sambil tertawa.

"Gombal aja terus!" Sahut Anaya yang membuat suaminya tertawa.

"Mbak... Mbak..." Anaya memanggil Abdi Dalem yang bersiaga tak jauh dari dapur.

"Njih, Raden Ayu." Jawab salah satu Abdi dalem yang langsung menghampiri.

"Tolong di selesaikan. Ini semua sudah masak, tinggal di susun di piring. Bistiknya tunggu sampai surut sedikit lagi." Pesan Anaya.

"Njih, Raden Ayu."

"Ayo sudah, kita tunggu makanan di siapkan." Ajak Anaya pada suaminya yang masih setia memeluknya dari belakang.

"Di temani masak, kok malah sudahan to, Dek Ayu?" Tanya Raden Mas Mahesa.

"Raden Mas bukan nemanin, nempelin sekaligus ganggu. Seperti Jin saja, suka nempelin orang masak." Omel Anaya sambil berlalu dari dapur bersama Raden Mas Mahesa.

Abdi Dalem yang berada di sana pun hanya bisa menahan tawa melihat Tuannya di omeli Nyonya. Sepertinya hanya Anaya yang berani mengomeli Raden Mas Mahesa setiap hari.

...****************...

"Mau kemana sih, Raden Mas?" Tanya Anaya pagi itu. Ia tiba - tiba di minta bersiap - siap oleh suaminya.

"Jalan - jalan, Dek Ayu." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Iya, tapi jalan - jalan kemana?" Tanya Anaya.

"Memangnya kamu gak ingin tau bentuk kebun teh mu itu seperti apa?" Raden Mas Mahesa balik bertanya pada istrinya.

"Raden Mas mau ngajak aku ke kebun teh?" Anaya tampak antusias.

"Iya. Cepat siap - siap, kita sarapan di luar saja." Ujar Raden Mas Mahesa sebelum meninggalkan istrinya yang sedang bersiap di dalam kamar.

Tak menunggu lama, Anaya sudah keluar dengan mengenakan pakaian seperti apa yang di perintahkan suaminya.

"Pakai jaketnya yang benar, di jalan dingin." Ujar Raden Mas Mahesa sambil mengeratkan jaket yang di pakai istrinya.

Pria tampan itu kemudian memakaikan helm pada istrinya dan memastikan helm itu terpasang dengan benar. Setelahnya, Anaya langsung naik ke boncengan motor Harley yang di kendarai suaminya.

"Pegangan, Dek Ayu." Pinta Raden Mas Mahesa.

"Pegangan aja, atau sekalian di peluk?" Goda Anaya.

"Sekalian di kelonin juga gak apa - apa, Sayang. Ayo, kita masuk ke kamar lagi aja." Ajak Raden Mas Mahesa yang membuat Anaya tertawa.

"Stop... Stop... Stop!" Raden Madana tiba - tiba menghadang motor yang sudah siap jalan.

"Ngopo meneh iki gureme. (Ngapa lagi ini gurem -binatang sangat kecil yang merayap dan biasanya membuat gatal-.)" Celetuk Raden Mas Mahesa yang membuat Anaya tertawa.

"Raden Mas dan Raden Ayu mau kemana?" Tanya Raden Madana.

"Honey moon." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Kemana?" Tanya Raden Madana.

"Apa kamu mau ngintili (ngikutin) orang bulan madu to, Raden Madana? Gak mungkin kita bertiga tidur satu kamar." Gemas Raden Mahesa yang justru membuat Raden Madana tertawa geli.

"Bukan gitu, lama atau enggak maksudnya?" Tanya Raden Madana.

"Sak karepku to! (Semauku to!)" Sahut Raden Mas Mahesa.

"Sudah minggir sana, ganggu aja!" Omel Raden Mas Mahesa sambil melajukan motornya.

Sepanjang perjalanan, mereka berdua saling mengobrol dan tertawa bersama. Anaya memeluk erat pinggang suaminya. Sesekali, Raden Mas Mahesa mengusap - usap tangan Anaya yang melingkar di perutnya.

Satu jam menempuh perjalanan dengan berkendara santai, mereka akhirnya memasuki wilayah perkebunan teh. Sejauh mata memandang, hanya terlihat luasnya hamparan teh bak permadani.

Beberapa pekerja nampak sibuk memanen pucuk daun teh sambil bersenda gurau hingga menimbulkan suara riuh rendah yang terdengar samar di balik helm.

Raden Mas Mahesa memarkirkan motornya di sebuah Villa yang berada di sekitar kebun teh. Kedatangan mereka di sambut oleh sepasang suami istri yang menjaga Villa milik Raden Mas Mahesa itu.

"Maa Syaa Allah, Istriku." Raden Mas Mahesa tersenyum sembari membenahi anak rambut yang keluar dari kerudung istrinya ketika Anaya melepas helm.

"Rambutku keluar semua, Raden Mas?" Tanya Anaya.

"Cuma sedikit, Sayang. Sudah aku rapikan." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Ini Villa siapa?" Tanya Anaya.

"Villa kita, Dek Ayu." Jawab Raden Mas Mahesa yang kemudian berjalan sambil menggandeng tangan istrinya.

"Sugeng rawuh, Raden Mas, Raden Ayu. (Selamat datang, Raden Mas, Raden Ayu.)" Ujar pria paruh baya yang menjaga Villa.

"Matur suwun, Pak Min." Jawab Raden Mas Mahesa.

Ia kemudian menyalami pria paruh baya bernama Pak Min dan istrinya Bik Sam. Anaya pun ikut menyalami pasangan paruh baya yang menyambut mereka dengan hangat itu.

"Monggo melebet, Raden Mas, Raden Ayu. (Silahkan masuk, Raden Mas, Raden Ayu.)" Ajak Bik Sam.

Anaya menyapu pandang ke sekelilingnya. Ia menyukai suasana Villa yang terasa hangat. Semua bangunan Villa beserta furniturnya terbuat dari kayu yang di susun rapat dan di lapisi furnish hingga tampak begitu mewah dan estetik.

Walaupun tak begitu besar, namun Villa berbentuk panggung ini cukup untuk menampung hingga sepuluh orang dengan tiga kamar dan dua kamar mandi. Satu kamar mandi di dalam kamar utama dan satu lagi berada di dekat dapur.

"Silahkan menikmati waktu luangnya Raden Mas, Raden Ayu. Saya dan Istri saya ke rumah dulu. Kalau perlu sesuatu, panggil saja kami di belakang." Pamit Pak Min setelah mereka mengobrol beberapa saat.

"Njih, monggo, Pak Min. Matur suwun, Njih." Ucap Raden Mas Mahesa.

Raden Mas Mahesa langsung merebahkan diri di pangkuan istrinya ketika Pak Min dan Bik Sam sudah menghilang di balik pintu dapur.

"Nyaman sekali sekarang." Lirih Raden Mas Mahesa sambil memejamkan matanya.

"Memang sebelumnya disini gak nyaman, Raden?" Tanya Anaya.

"Sebelumnya sudah nyaman. Sekarang jauh lebih nyaman karna ada kamu." Jawab Raden Mas Mahesa yang membuat Anaya terkekeh.

1
Syhr Syhr
Akhirnya diberitahu juga
Syhr Syhr
Sebaiknya jujur aja, bicara pelan²
FDS
Bagus, berlatar di desa. alurnya juga menarik
Codigo cereza
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
GoodHand: terima kasih
total 1 replies
riez onetwo
Mupeng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!