Seandainya....

    Regan menghela nafas panjang dan dia menatap semua bawahannya dengan serius. Sudah agak lama dia tidak datang ke perusahaan, karena kesibukan di kampus dan di tambah dengan urusan keluarga yang tidak kunjung selesai, rasanya semenjak abangnya meninggal masalah itu hadir silih berganti.

"Saya mulai dengan manager pemasaran, mana laporan akhir bulan tentang statistik pemasaran bulan ini."

  Dengan ragu-ragu menjer pemasaran menyerahkan data yang di minta, dia yakin akan kena marah bos nya ini walaupun masih kuliah, masih muda dia sangat teliti dalam segala hal semua nya harus perfect tidak boleh ada kesalahan sedikit pun. tabel yang dia serahkan masih belum di rehab jadi agak berantakan dia hanya tau sekarang rapat tentang mencari ide agar brand mereka bisa masuk seleksi di Belanda, agar bisa di kenal di kancah Internasional bukan hanya di Asia. dia hanya iseng membawa laporan tersebut siapa tau butuh, Ternya benar dia akan kena amukan bosnya sekarang.

       Denga cekatan dan serius Regan membaca semua hasil tabel penjualan bulan ini. Dahinya mengernyit, tiba-tiba rahang nya mengeras, semua orang yang ada di dalam ruangan sudah berkeringat dingin, tiba-tiba map tebal itu di lempar ketengan meja yang luas isinya berhamburan segera mereka dengan kompak merapikan kembali map yang di lempar. Regan langsung menoleh ker arah manager pemasaran dengan tatapan menghunus seraya berkata.

"Kamu tau apa kesalahan yang kamu buat?"

"Tau pak, tabel itu masih belum di revisi masih banyak kesalahan yang harus di perbaiki.'' jawabnya gagap dia sangat gugup sekarang takut salah berbicara.

" Terus kenapa?? Di berikan kepada saya, semua orang di sini tau kan cara kerja saya gimana..!!" tanya Regan dengan suara rendah penuh penekanan

"Siap pak salah. besok pagi saya antar keruangan anda dengan sempurna tanpa celah"

"Ini juga peringatan untuk yang lain." kata Regan tegas

"Siap..!!" jawab mereka kompak,

"Dan pak Arman bagaimana dengan rencana kita untuk bisa ikut ajang tahunan di Belanda."

Regan beralih menatap sang CEO, orang yang Regan sangat hormati dengan tatapan intimidasi, dengan tenang dan lugas pak Arman berkata.

"Semua perencanaan sudah matang pak. Pihak Kita sedang mengajukan kerja sama dengan pihak terkait, saya yakin dengan kemampuan kita dengan kurun waktu dua tahun bisa menguasai pasar Asia dan melihat prestasi yang kita raih mereka akan memperhitungkan pengajuan kita."

"Bagus, Anda yakin semua sudah sempurna??"

"Yakin pak saja bisa menjamin tahun ini brand kita akan ikut ajang tahunan di Belanda " jawab pak Arman dengan yakin.

Regan menatap puas pak Arman. Regan percaya pekerjaan pak Arman tidak akan pernah mengecewakan. Dan selanjutnya Regan beralih ke arah manager keuangan, di sana Regan emosi karena hasil rekap keuangan bulan ini belum selesai.

"Kalau anda tidak mampu bekerja,sebaiknya mengundurkan diri" Regan memandang manager keuangan dengan marah.

"Maaf pak besok pagi saya pastikan semuanya sudah selesai, kemarin saya izin karena istri saya masuk rumah sakit pak. Tidak ada yang menjaga." jawab manager keuangan dengan takut.

Mendengar kata istri Regan tersentak kecil,di baru ingat semenjak dia berangkat dia tidak tau kabar tentang istri nya, padahal istri nya masih sakit. Regan menghela nafas panjang, kemarahan nya sudah berangsur menghilang. Dia menatap satu persatu peserta rapat,

"Baik lah semua berkas yang masih perlu di revisi silahkan di perbaiki dulu besok pagi harus sudah ada di meja kerja saya. Rapat saya tutup terimakasih "

Peserta rapat menghela nafas lega mereka merasa baru keluar dari kandang singa, sangat menegangkan. Bos mereka ini tidak bisa di remehkan walaupun umurnya di bawah mereka tetapi soal pekerjaan lebih jeli dari mereka dan aura intimidasi sangat kuat sehingga mereka tidak bisa berkutik.

Regan masih tidak keluar di ruang rapat ber Sama pak Arman. Pak Arman maju selangkah dan menepuk pundak Regan penuh dengan bangga, tidak menyangka anak bosnya ini yang sukanya hanya main game dan otomotif bisa mendirikan perusahaan sebesar ini dalam waktu sangat singkat. Dulu ia pesimis dengan hasil akhir nya tetapi bos nya selalu bilang.

"Biarlah Regan mencoba bertaruh dengan semua aset yang dia pegang, toh walaupun gagal itu akan menjadi pelajaran dan perlu kamu ingat Arman walaupun Regan gagal uang ku tidak berseri hahaha "

"Om.. terima kasih sudah selalu membantu ku."

" Om sangat bangga sama kamu.''

"Ini berkat bantuan Om dan ayah."

Mereka berdua tersenyum dan melangkah keluar bersama. Hp Regan berdering dia segera mengangkat nya.

"Halo bun.."

Regan bergegas berlari ke arah lift dia lupa segalanya mendengar telfon bunda.

" Iya bun... Regan segera pulang."