Dion Wardana, adalah seseorang tanpa ayah dan ibu, semasa kecil ia tinggal dipanti asuhan. ia sering dibuly. namun, suatu saat ia mendapat keajaiban melalui kotak peninggalan orang tuanya. sejak saat itu, hidup Dion berubah.
Novel ini adalah pengulangan dan lanjutkan dari novel gagal yang berjudul "SYSTEM KUADRILIUNER". yang pernah saya buat (UP) di fizzo novel. namun, dikarenakan akun Fizzo saya terblokir.!! saya membuat ulang ceritanya dan melanjutkannya di Noveltoon dengan judul "System Warisan". Mohon maaf yang sebesar-besarnya 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sky Eyes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29: Dewi Sekolah? Kisah Menggelikan Dion Di Masa Lalu.
Siang harinya, ketika waktu istirahat sekolah tiba.!
Pelajaran pagi telah usai, saat ini Dion sedang berjalan ke kantin sekolah.
Dion saat ini sudah mengetahui, mangapa orang-orang bertingkah aneh didepannya. Ternyata itu karena perubahan pada fisiknya, Dion menganggap perubahan ini terjadi karena adanya system.
Jadi, saat ini Dion tidak merasa malu dan canggung seperti saat ia baru sampai disekolah tadi pagi.
Meskipun masih banyak orang-orang yang menunjuk-nunjuk padanya, dan berbisik-bisik dibelakangnya. Dion hanya menghiraukannya.
Setelah sampai di kantin, Dion memasan makanan.
"Bi, pesen bakso seporsi ya.!" ucap Dion ketika dia sampai di lobi kantin.
"Oke siap..." jawab Bi Imas, orang yang berjualan di kantin.
Setelah memesan makanan, Dion mencari tempat duduk disudut dan dia menunggu makanan pesanannya tersaji.
Tetapi...
Pada saat ini, Clarisa masuk kedalam kantin.
"Bi, pesen siomay satu porsi."
"Oke..."
Begitu saja, Clarisa mencari kesana-kemari. Sampai akhirnya pandangannya tertuju pada Dion, yang saat ini sedang duduk di sudut.
Clarisa pun menghampiri Dion.!
"Boleh aku duduk disini?"
Dion yang saat ini sedang melamun, sedikit linglung melihat Clarisa, ketua kelasnya yang saat ini berinisiatif berbicara dengannya.
"Ah...Tentu saja, boleh kok...boleh.!"
Sejujurnya, Dion saat ini sedikit bingung. lagi pula, Clarisa adalah seorang wanita yang sangat cantik. Fitur wajahnya membawa aura yang mempesona.
Hidungnya sedikit mancung, matanya agak kecoklatan, bibir ceri dengan rambut pirang yang mengkilap.
Clarisa sendiri memiliki latar belakang yang cukup bagus, ayahnya adalah seorang Perwira tinggi TNI. Dan ayah Clarisa adalah Komandan Garnisun II dengan pangkat Marsekal pertama, Title jendral kelautan (Setara dengan Brigadir jenderal).
Meskipun Keluarga Clarisa, yaitu keluarga Wibowo. Bukan keluarga sipil teratas di kota Bandung, akan tetapi keluarga Wibowo adalah keluarga militer, Kekuasaan dan kekuatannya jauh melebih keluarga kelas atas di bandung.
Di SMA 3 Bandung, Clarisa bagaikan dewi dihati banyak siswa.
Dahulu kala, Dion pun sering memimpikan untuk bersama (berpacaran) dengan Clarisa.
Namun, seberapa banyak dia berusaha Dion tidak pernah bisa menjangkaunya. Hal itu dikarenakan, untuk bertemu dan berbicara secara langsung dengan Clarisa saja, dia merasa sulit.
Tapi sekarang...?
Clarisa mengambil inisiatif untuk berbicara dengannya, jadi dia saat ini sedikit kesurupan.!
["Waktu merubah segalanya."] Pikir Dion sambil menghela nafas.
Dia saat ini beruntung dan sangat berterima-kasih kepada orang tuanya, lagi pula tanpa harta peninggalan orang tuanya (system). Dion tidak akan pernah merasakan kehidupannya saat ini, yang sudah berubah menjadi lebih baik.
Meskipun, dalam hati kecilnya. Dia masih sedikit kesal karena orang tuanya menelantarkannya, ketika ia masih bayi.
["Huh, setidaknya. Orang tuaku masih memiliki hati."] Batin Dion menggerutu.
Saat ini, Clarisa sudah duduk diseberang Dion.! "Kamu sendiri aja?..."
Mendengar pertanyaan Clarisa, dion menjawab dengan nada ketus.
"Iya nih, tumben kamu seorang Dewi sekolah mencariku. Apakah ada urusan?..."
Mendengar jawaban ketus Dion, Clarisa sedikit terpana.
Apa-apaan?~
Ini adalah pertama kalinya, dia berinisiatif berbicara dengan seorang pria. Tapi pria itu berbicara dengan nada ketus kepada nya.
"Hmph, tidak apa-apa. Aku hanya merasa kasihan padamu karena duduk sendirian disudut. Tadinya, aku ingin menemanimu. Tapi sekarang, sepertinya itu tidak perlu."
Setelah mendengus dingin, Clarisa beranjak pergi dan pindah ke kursi lain.
["Benar saja, wanita ini masih tak terjangkau. Dia masih keras kepala dan sedikit sombong."]
Melihat kepergian Clarisa, dion tersenyum kecut.
Sejujurnya, saat ini Dion tidak terlalu menyukai Clarisa. Dion merasa bahwa wanita ini sedikit sombong, keras kepala, dan susah diatur.
Mungkin dahulu dia pernah menaksirnya, tapi Clarisa selalu cuek padanya. Seakan-akan dia dianggap hanyalah nyamuk, seakan-akan Dion tidak ada didunia ini.
Meskipun Clarisa tidak merendahkannya secara terang-terangan, akan tetapi dahulu ketika Dion ingin berbicara dan berteman dengan Clarisa. Wanita ini selalu menolaknya dan menganggapnya angin lalu.
Dan saat itu, dimatanya tersirat rasa jijik dan merendahkan.!!
Tetapi dahulu, meskipun sulit untuk menjangkau Clarisa. Dion tidak pernah menyerah, dia terus menerus berusaha mendekatinya.
Hingga akhirnya, Rendy yang menyukai Clarisa mengetahui bahwa Dion selalu berusaha mendekati Clarisa.
Sejak saat itu, Rendy selalu mengganggu Dion. Dan sejak saat itu pula, Dion berhenti mengejar Clarisa.
Kalau dipikir-pikir lagi, apa yang Dion lakukan saat itu sungguh menggelikan.
"Nak Dion, ini bakso pesananmu."
Ucapan bi Imas membangunkan Dion dari lamunannya.
["Huh, lupakan saja. Yang berlalu biarlah berlalu."]
Dion menggeleng-gelengkan kepalanya.!
"Oh iya bi, makasih."
Setelah berkata demikian, Dion mengambil bakso dalam mangkuk yang diserahkan bi Imas dan memakannya.
Sementara bi Imas sendiri, tentu saja dia kembali ke dapur untuk membuat makanan bagi pelanggan lainnya.
*****
"Kak rend, aku punya berita buruk..." teriak seseorang sambil berlari menuju atap sekolah.
"Kak rend..." Teriak orang itu lagi setelah sampai di atap.
Dan saat ini, diatas gedung sekolah, Rendy dan gengnya sedang berkumpul bersama sambil meroko*.
"Jangan teriak-teriak bjirr, ada apa si?..." Rendy memelototi orang yang berteriak itu.
"Kak, Clarisa. Gadis yang kau suka, tadi sepertinya berbicara berdua dengan si Dion rendahan itu." Kata orang yang melapor sambil mengatur nafasnya.
"Apa katamu?..." begitu Rendy mendengar perkataan orang itu, dia menarik kerah bajunya.
"K...kak...kak rend, Clarisa tadi berbicara berdua dengan si Dion di kantin."
"Dion?...Dion mana?, apakah orang itu lelah hidup?..." Teriak Rendy dengan wajah marah.
"Itu Dion mana lagi kak, satu-satunya Dion di sekolah kita. Ya Dion yang kita pukuli tempo hari." jawab orang itu.
"Sialan, bocah miskin itu lagi?, Berani sekali mendekati wanita ku. Padahal aku sudah memberitahunya bahwa Clarisa adalah milikku. Tampaknya dia masih belum cukup puas dipukuli."
"Ayok ikuti Aku, kita beri si miskin itu pelajaran yang tak pernah terlupakan..."
Setelah berkata demikian, Rendy dan geng kecilnya pergi ke kantin sekolah.
*****
Sementara itu, Dion saat ini sudah selesai memakan bakso yang ia pesan.
Begitu Dion selesai membayar, Dion pun keluar dari kantin. Lalu, Dion berencana untuk kembali ke kelasnya.
Dion tidak menyadari bahwa saat ini, Rendy dan gengnya akan memberi pelajaran pada dirinya. Hanya Karena dia berbicara sekilas dengan Clarisa.
Jika Dion tahu, bahwa Rendy akan berurusan dengannya hanya karena dia berbicara sekilas dengan Clarisa. Dia mungkin akan mengutuk dan mengumpat. Lagi pula, tadi Clarisa sendiri yang berinisiatif berbicara dengannya, bukan dia yang mendekati Clarisa.
Kalau Rendy menyalahkan nya dan berurusan dengannya hanya karena itu, bukankah itu sangat tidak masuk akal?...
Dan akhirnya, ditengah perjalanan. Dion dicegat oleh sekelompok siswa.
Tentu saja, yang memimpin adalah Rendy.
"Ikut aku kebelakang sekolah."
Melihat Rendy dan gengnya, Dion sedikit mengernyitkan dahinya.
"Minggir..."
Dion benar-benar muak dengan orang didepannya, meskipun mungkin dulu dia akan takut dan langsung menuruti perkataan Rendy. Akan tetapi sekarang, segalanya telah berubah.!!
Dion tidak perlu takut pada Rendy lagi, dan bahkan, sekarang Dion bisa menghajar anak ini untuk membalaskan dendam masa lalunya.
"Sial, kamu berani berteriak padaku?... apakah kamu akan melaw..." Mendengar Dion berteriak dan menyuruhnya minggir, Rendy naik pitam.
Plak~
{System: Selamat tuan, karena mendapatkan 5 points kultivasi}
Namun, sebelum Rendy menyelesaikan kalimatnya. Dion sudah mendaratkan sebuah tamparan diwajah Rendy.
Suara tamparan menggema dilorong sekolah. Hal itu membuat suasana sekolah menjadi sunyi.
Di kejauhan, orang-orang yang menonton terdiam.
kok ga masuk masuk Thor hemmm