NovelToon NovelToon
Pesona Cassanova

Pesona Cassanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:30k
Nilai: 5
Nama Author: Rahma AR

Malam itu Rifanza baru saja menutup bagasi mobilnya sehabis berbelanja di sebuah minimarket. Dia dikejutlan oleh seseorang yang masuk ke dalam mobilnya.

Bersamaan dengan itu tampak banyak laki laki kekar yang berlari ke arahnya. Yang membuat Rifanza kaget mereka membawa pistol.

"Dia tidak ada di sini!" ucap salah seorang diantaranya dengan bahasa asing yang cukup Rifanza pahami. Dia memang aedang berada di negara orang.

Dengan tubuh gemetar, Rifanza memasuki mobil. Di sampingnya, seorang laki laki yang wajahnya tertutup rambut berbaring di jok kursinya. Tangannya memegang perutnya yang mengeluarkan darah.

"Antar aku ke apartemen xxx. Cepat!" perintahnya sambil menahan sakit.

Dia bukan orang asing? batin Rifanza kaget.

"Kenapa kita ngga ke rumah sakit aja?" Rifanza panik, takut laki laki itu mati di dalam mobilnya. Akan panjang urusannya.

"Ikuti saja apa kata kataku," ucapnya sambil berpaling pada Rifanza. Mereka saling bertatapan. Wajahnya sangat tampan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hampir saja

"Kenapa pengawal kamu lama sekali?" tanya Rifanza setelah hampir satu jam menunggu, tapi belum ada tanda tanda pengawalnya akan kembali.

"Mungkin sedang antri di kasir,' jawab Shaka asal. Sekarang dia merasa keadaan tubuhnya mulai membaik. Pelukan Rifanza melebihi obat mujarab buatnya. Rifanza juga membalas pelukannya membuat hatinya bahagia.

Dia tidak bertepuk sebelah tangan, kan?

"Mungkin nggak, kalo.dia tersesat?"

"Enggaklah. Aku sama dia sudah beberapa ke sini."

Aku yang menyuruhnya pulangnya nanti saja, batin Shaka menjawab, dia menahan senyumnya.

"Kamu sama sekali belum lapar?"

Shaka menundukkan wajahnya, hingga tatapan mereka bertabrakan.

"Kamu lapar, ya?" Shaka balik bertanya.

"Sedikit."

"Oke, kita pesan makanan matang saja, ya? Kamu maunya apa?" Shaka.jadi agak panik.

Dia lupa, mungkin saja Rifanza belum makan.

Rifanza tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

Maaf, ya, batin Shaka. Dia pun mengambil ponselnya hendak mengetikkan pesan pada pengawalnya agar pulang sekarang.

Dia yakin saat ini pengawalnya sedang menunggu perintahnya di basemen apartemen.

Ponsel Rifanza yang berada di atas meja kecil di samping ranjang bergetar.

"Aku angkat telpon dulu.'

"Oke." Shaka melepaskan pelukannya hingga gadis itu terbebas darinya.

Rifanza lega bisa menjauh dari Shaka yang juga kini sedang mengetikkan pesan.

Sedari tadi debar jantungnya bertalu talu memukul dadanya dengan cukup keras.

Mungkin kliennya, pikir Rifanza ketika melihat wajah Shaka yang berubah serius.

Tapi pupil matanya membesar saat tau siapa yang menelpon.

Wajahnya jadi pias.

Papa?

Ngga mungkin papa datang, kan?

"Ada apa?" tanya Shaka heran ketika melihat wajah Rifanza yang mendadak berubah pucat dan gugup

"Sstttssss......" Rifanza meberi isyarat dengan meletakkan telunjuknya ke bibirnya dengan wajah panik.

Shaka tersenyum mengerti.

Rifanza menarik nafas dalam sebelum menerima telpon dari papanya.

"Papa....."

Shakti mengerti kenapa Rifanza tampak takut.

"Kenapa lama sekali mengangkatnya?"

"Maaf, pa. Tadi lupa naruh ponselnya di mana. Jadi nyari dulu," jawab Rifanza terpaksa berbohong.

Shaka hanya nyengir. Dia sudah mengirimkan pesan pada pengawalnya.

Langsung ke atas, oke.

"Papa tadi nyuruh Pak Toto antar stok makanan ke apartemen kamu. Pak Toto sudah di sana?"

"Pak Toto? Belum, pa." Rifanza mulai kebingungan. Pak Toto ngga boleh melihat kehadiran Shaka di sini.

"Ya, sudah, tunggu saja, ya, sayang. Oh iya, mama masih tidur. Kamu istirahat saja di apart. Sore aja nengok mama."

"Oh iya, pa. Papa juga jaga kesehatan. Papa tidur aja, mama juga tidur." Saat ini hanya Tuhan saja yang tau tentang kerasnya jantungnya berdetak.

"Iya, sayang. Kamu juga harus sehat. Kita harus support mama."

"Iya, papa." Setelahnya telpon pun di akhiri papanya.

"Shaka, kamu di sini aja, ya, jangan keluar dulu." Perasaan cemas sudah menyelimuti dirinya

"Pak Toto itu siapa?"

"Supir aku. Dia mau ke sini ngantar makanan atas suruhan papa;" jelaa Rifanza dengan mimik panik dna bingung.

Shaka bangkit dari tidurnya, dan duduk di sana menatap Rifanza yang tampak membenarkan pakaiannya yang agak kusut gara gara tidur dengannya tadi.

"Tenanglah. Sekarang dia sudah sampai di apartemen?"

Rifanza mengangguk.

"Mungkin sedang naek lift."

Oooh, mungkin berengan dengan Cito, batin Shaka.

"Kamu di sini aja, ya. Jangan keluar," kata Rifanza mengingatkan.

"Oke. Tenanglah. Nanti pasti dia akan memencet bel atau mengetuk pintu, kan."

Rifanza mengangguk.

Shaka segera menelpon pengawalnya.

"Cito, kamu dimana sekarang?"

"Lagi di depan pintu lift, tuan muda."

"Ada laki laki paruh baya di sampingmu?"

Rifanza duduk di dekat Shaka, ikut mendengarkan ucapan laki laki itu sambil menahan nafas.

Hening sesaat.

"Ada, tuan muda."

"Ada," bisik Shaka memberi tau Rifanza. Gadis itu tambah ngga tenang.

"Nanti kamu jangan langsung masuk ke kamar ini, ya. Masuk saja ke kamarmu dulu. Laki laki itu supir nona Rifanza."

"Baik, tuan muda."

Rifanza menghembuskan nafas perlahan. Lega. Setidaknya kehadiran pengawal Shaka ngga akan jadi pertanyaan lagi buat supir papanya.

"Aku keluar kamar dulu, ya," pamit Rifanza begitu Shaka menyimpan ponselnya di sakunya.

"Ya, tutup saja pintunya," senyum Shaka tenang.

Rifanza balas tersenyum. Punggung tangannya dia tenpelkan ke kening Shaka.

"Masih panas," gumamnya khawatir.

"Aku ngga apa apa. Kurang lama aja tidurnya." Shaka tersenyum miring.

"Kamu harus minum obat," kilah Rifanza dengan wajah merona.

"Obatnya itu kamu." Shaka meraih tangan yang masih menempel di keningnya, kemudian mengecupnya lembut.

Ada aliran listrik yang membuat Rifanza merasa tubuhnya bergetar. Dia sampai terpaku ngga bisa menarik tangannya.

Terdengar bunyi bel.

"Udah datang, pak supirnya," ucap Shaka mengingatkan.

"Eh, i iya." Rifanza segera berdiri setelah tangannnya dilepas Shaka. Tapi efek lembut bibir Shaka di punggung tangannya masih sangat terasa.

"Maaf, ya," ucap Rifanza sebelum menutup pintu kamarnya.

Shaka mengangguk dan senyumnya melebar setelah pintu benar benar tertutup

Dia mengambil bantal di dekatnya dan mulai menutupi wajahnya yang masih tersenyum.

Kamu pelan pelan saja, Shaka. Jangan buru buru, batinnya memberikan support.

Kemudian dia menggulingkan badannya di atas ranjang. Peraaannya sekarang seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta saja.

Norak, ejeknya dalam hati.

*

*

*

Rifanza dapat melihat pengawal Shaka yang membawa dua tas besar melewati unitnya di saat dia sedang menemui supir keluarganya

"Nona."

"Masuk, pak." Di tangan laki laki paruh baya itu juga ada dua tas besar yang ditentengnya yang sudah jelas berisi stok makanan titipan papa buat dirinya.

Pak Toto meletakkannya di atas meja dapur.

"Beberapa makanan beku, nona."

"Iya, pak. Makasih, ya." Sudah biasa Pak Toto mengantarkan belanjaan atau titipan papanya jika mengunjungi mamanya.

Kesibukan bisnis papanya membuat waktunya sangat sedikit untuknya dan mama. Tapi papanya tetap selalu meluangkan waktu sempitnya.

"Sama sama, nona. Saya permisi dulu, nona," pamit Pak Toto sambil berjalan keluar.

Rifanza mengantar Pak Toto sampai keluar, bahkan menunggu sampai laki laki itu masuk ke dalam lift.

Dia harus memstikan kalo Pak Toto sudah benar benar pergi. Jangan sampai.dia ketahuan memasukkan laki laki asing ke dalam kamar apartemennya.

"Orangnya sudah pergi?"

Ugghhh...., Rifanza beneran kaget mendengar suara Shaka.

"Kenapa kamu sudah keluar dari kamar. Kalo Pak Toto lihat, bagaimana?" kesal Rifanza karena Shaka ngga menuruti permintaannya.

"Sudah pergi, kan?" tanya Shaka tanpa merasa bersalah.

Rifanza mengangguk dengan wajah manyun. Untung saja pintu lift yang membawa Pak Toto sudah tertutup.

Tapi kemudian dia terkesima melihat tampilan Shaka yang sudah melepas jasnya. Bahkan lengan kemejanya sudah dia gulung hingga siku. Wajahnya walau masih pucat tapi sudah terlihat sedikit fresh.

Wajar banyak yang suka, batinnya memuji dengan perasaan sebal.

Shaka menelpon pengawalnya.

"Sekarang ke sini."

"Siap, tuan muda."

Rifanza berjalan ke.arah dapur untuk memeriksa apa saja yang dibawa Pak Toto dari papanya, sementara Shaka tetap menunggu di dekat pintu.

Nggak lama kemudian pengawalnya datang dengan dua tas besar di tangannya.

"Hari ini kamu libur."

"Siap, tuan muda."

1
✨@dian_$💫
up lagi doong authoorr 🫶
Uthie
Tebakan kamu benar, Shaka 👍😂
✨@dian_$💫
aduh aduh aduuuuhhh deg deg deg nih 🤭
Lusi Hariyani
mama y rifanka dh th shaka kan...
Rahma AR: udah....
total 1 replies
Rahmawati
shaka emg gentle bgt, langsung dateng menemui calon mertua.
fix ya rifa emg gadis yg mau di jodohin sm shaka
Rahmawati
shaka dapet penilaian positif dari calon papa mertua
Nanda Jihan
lnjut
Vera Uni
ketemu camer Shaka...
Saadah Rangkuti
aaaahhhh...nanggung banget thor, 😁😁
Tri Handayani
semangat up thorrr'd tunggu triple upnya
Tri Handayani
shaka yg mau ketemu camer kok q ikut deg"an ya...
Gimana reaksi mereka y'jadi penasaran.
sehat selalu thorrr
Tri Handayani
Mumpung ada camer'kenapa g langsung ngomong aja shaka klu ingin melamar anak gadisnya rifanza.
Dwi Istiani
aduh nggak sabar thor mereka ketemu 😁
winda
aduhh gak sabar thorrrrrrrr🥰🥰🥰
Siwalan Cell
seruuuuu
Vera Uni
aseeek ketemu camer...ngk sabar nunggu notif dari kak rahm...sehat2 ya kak cepat2 up ya...
Vera Uni: kembali kasih Thor
Rahma AR: aamiin.... makasih
total 2 replies
Zea Rahmat
kejatohan durian runtuh klo tau yg dtg shaka🤣🤣🤣
Zea Rahmat
bab awal bukannya arkana ya
Rahma AR: ardana.... typo.... hehe
total 1 replies
Sleepyhead
Emang Genetik mutlak Eriel bad boy semua 🤣
Sleepyhead
Papahnya Rifanza ya thor
Rahma AR: iya....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!