Enam bulan pernikahan yang terlihat bahagia ternyata tak menjamin kebahagiaan itu abadi. Anya merasa sudah memenangkan hati Adipati sepenuhnya, namun satu kiriman video menghancurkan semua kepercayaannya. Tanpa memberi ruang penjelasan, Anya memilih pergi... menghilang dari dunia Adipati, membawa serta rahasia besar dalam kandungannya.
Lima tahun berlalu. Anya kini hidup sebagai single mom di desa kecil, membesarkan putranya dan menjalankan usaha kue sederhana. Namun takdir membawanya kembali ke kota, menghadapi masa lalu yang belum selesai. Dalam sebuah acara penghargaan bergengsi, dia kembali bertemu Adipati—pria yang masih menyimpan luka dan tanya.
Adipati tak pernah menikah lagi, dan pertemuan itu membuatnya yakin: Anya adalah bagian dari hidup yang ingin ia perjuangkan kembali. Namun Anya tak ingin kembali terjebak dalam luka lama, apalagi jika Adipati masih menyimpan rahasia yang belum terjawab.
Akankah cinta mereka menemukan jalannya kembali? Atau justru masa lalu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juwita Simangunsong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Ruang tengah temaram diterangi lampu gantung bermotif klasik. Aroma kayu manis dari lilin aromaterapi menyebar perlahan. Di tengah ruangan, ada karpet bulu abu-abu tempat Anya, Adipati, dan Alvino duduk lesehan, masih mengenakan pakaian jalan-jalan mereka.
PS5 baru sudah duduk manis di atas meja TV, masih belum dibuka.
Alvino duduk tegak seperti guru TK, dengan satu tangan memegang kado dinosaurus yang tadi ia serahkan di toko.
Alvino dengan nada serius dan menggemaskan. "Sekarang! Waktunya buka hadiah dari aku. Tapi harus bareng, nggak boleh satu-satu!"
Adipati tertawa pelan "Baik, Yang Mulia. Kami siap menerima kejutan negara dari anak pangeran kecil kita."
Anya membuka pita hijau dengan hati-hati, lalu Adipati membuka lipatan kertasnya. Saat terbuka penuh, mereka menemukan sebuah gambar tangan anak-anak di atas kertas manila. Di tengahnya ada tulisan besar warna-warni dengan spidol.
🎨 KELUARGA BAHAGIA SELAMANYA
Gambar seorang pria, wanita, dan anak kecil bergandengan tangan. Di atas kepala mereka ada matahari dan hati besar.
Anya langsung menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca. Anya berbisik pelan, tertegun. "Ya Tuhan…"
Adipati menatap lukisan itu sejenak, lalu menoleh ke Alvino yang tersenyum polos.
Adipati mengusap kepala Alvino "Kamu tahu nggak, Al… gambar ini lebih mahal dari PS5, lebih indah dari lukisan di galeri manapun."
Alvino bangga banget "Aku bikin itu diam-diam. Waktu Papa nggak datang-datang. Aku pikir… kalau aku gambar keluarga kita lagi gandengan tangan, mungkin Tuhan mau bantu nyatuin kita lagi."
Anya memeluk Alvino erat-erat, air matanya menetes di bahu kecil anak itu. Anya dalam pelukan "Maaf ya, sayang… Mama sempat egois. Tapi Mama janji, Mama dan Papa nggak akan pernah pisah lagi. Kita bertiga akan selalu satu."
Adipati ikut memeluk mereka dari samping, menautkan tangan di punggung Anya dan Alvino. "Mulai hari ini kita tinggal disini. Ini rumah kita. Tempat kita bertiga pulang… setiap hari."
Saat ini mereka sudah ada dirumah Adipati yang pernah mereka tinggali dulu bersama sebelum mereka terpaksa berpisah. Alvino tertawa kecil di tengah pelukan "Tapi tetap boleh main PS5, kan? Terus boleh main kerumah nenek dan Oma juga kan Pa?"
Anya dan Adipati kompak "Boleh! Tapi setelah belajar!"
"Aku tahu Papa dan Mama bakal bilang itu!" kata Alvino dengan suara sebel.
Mereka tertawa bertiga, dan kamera sambil memandang ke arah gambar Alvino yang berjudul “Keluarga Bahagia Selamanya” yang terpajang di dinding ruang tengah.
***
Di ruang tamu rumah mewah, Anya, Alvino , dan Adipati sedang duduk bersama. Artur dan Wati berdiri di dekat pintu, mendengarkan pembicaraan mereka.
Anya tersenyum lembut sambil menatap Adipati "Mas Pati, aku rasa sudah saatnya kita berkunjung ke rumah Mami dan Papi. Aku yakin mereka kangen sama kita. Apa lagi sama Alvino mas."
Adipati menghela napas, wajahnya terlihat berat " Sebenarnya Aku… aku belum siap, istri. Karena selama ini mereka tega sembunyi keberadaan kalian dari aku. Jujur aku masih belum bisa memaafkan Papi dan Mami sayang."
" Papa, Al pengen banget kita datang ke rumah Oma dan Opa juga. Selama ini kan cuma mereka yang datang ke desa tempat Al dan Mama dulu sembunyi. Al , sangat rindu mereka Papa!" kata Alvino merayu Adipati sang Papa yang masih enggan untuk bertemu Oma dan Opanya.
Anya mengangguk pelan, penuh keyakinan. "Iya, Mas Pati. Al benar dia sangat rindu pada Mami dan Papi mertua. Lagi pula mereka tidak memberi tahukan keberadaan kami , itu semua atas permintaan aku mas. Ayolah mas kita ketempat Mami dan Papi mertua. Aku juga kangen mereka, lagi pula sampai kapan mas menghindar? Dan jangan jadi anak durhaka mas , mereka itu orang tua mas Pati loh."
Adipati dengan senyuman manja berkata " Aku memang paling tidak bisa menolak permintaan kalian berdua, saat ini keegoisan aku tidak bisa dipertahankan terus kalau sudah istri dan anak aku yang meminta."
Artur memotong dengan suara bijak " Iya pak Adipati, terkadang orang tua punya alasan sendiri untuk melindungi anaknya. Mungkin ada hati yang harus mereka jaga."
Wati menambahkan sambil tersenyum lembut. "Betul, Pak. Tidak ada satu orang tua pun yang ingin melihat anaknya terluka. Ini kesempatan untuk memperbaiki semuanya Pak."
Alvino menggenggam tangan Anya dan menatap Adipati dengan penuh semangat "Papa, jangan takut. Kita hadapi bersama. Oma dan Opa, Oma dan Opa pasti senang lihat kita datang. Al yakin ya kan ma?"
" Iya tentu dong sayang , apa lagi kalau Oma dan opa lihat kamu." kata Anya tersenyum pada Alvino.
Anya pun juga mengusap tangan Adipati dengan lembut " Untuk kamu Mas Pati, aku percaya kamu pasti bisa berbaikkan dengan Papi dan Mami mertua. Aku dan Al selalu di samping kamu mas. Yuk, kita coba mulai langkah kecil ini."
Adipati menarik napas panjang, akhirnya mengangguk perlahan "Baiklah… aku akan ikut saran kalian untuk pergi kerumah Papi dan dan Mami. Tapi… tolong jangan pergi lagi dari ku istri."
Artur tersenyum penuh semangat " Pasti Pak Adipati, ibu Anya dan mas Alvino tidak akan pergi lagi. Ya kan Bu Anya , mas Alvino?"
Anya dan Alvaro mengangguk sambil tersenyum penuh kehangatan.
***
Di halaman depan rumah besar orang tua Adipati. Mami dan Papi menyambut kedatangan Anya, Alvino, dan Adipati dengan hangat.
Mami Adipati tersenyum hangat sambil membuka tangan "Alvino, cucu Oma! Akhirnya kamu datang juga kerumah Oma dan Opa. Oma dan Opa sudah kangen sama kamu sayang."
Alvino lari kecil menghampiri, memeluk Mami dengan ceria "Iya, Oma! Aku juga kangen banget. Lama nggak main sama Oma dan Opa."
Papi Adipati tersenyum lembut sambil menepuk bahu Adipati " Adipati, kamu sudah nggak marah lagi, kan sama Papi dan Mami? Sudah nggak sakit hati lagi kan?"
Adipati menghela napas pelan, menatap Papi dengan mata sedikit berkaca-kaca "Aku masih ada rasa kecewa, Pi. Tapi aku juga sudah mulai belajar memaafkan dan semua itu terjadi juga karena kesalahan aku juga."
Anya mengambil tangan Adipati dan menatap Papi dengan tulus "Kami ingin mulai memperbaiki semuanya, Pi. Bukan hanya untuk mas Adipati, tapi untuk kita semua."
Mami Adipati mengusap pelan tangan Adipati "Kami pun minta maaf , mungkin Mami dan Papi juga punya salah pada kalian selama ini."
Papi Adipati mengangguk dan tersenyum penuh harap 'Kita mulai dari sini. Kita coba perbaiki keluarga ini bersama-sama."
Alvino tersenyum cerah, menggandeng Anya dan Adipati "Al, senang kita akhirnya bisa kumpul semua di rumah Opa dan Oma."
Adipati tersenyum tipis, lebih rileks. " Papa Aku senang Al. Semoga ini jadi awal yang baik untuk keluarga kecil kita kedepannya."
