NovelToon NovelToon
Theresia & Bhaskar

Theresia & Bhaskar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Romansa
Popularitas:620
Nilai: 5
Nama Author: Elok Dwi Anjani

Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.

"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Postingan

Seorang pria dengan pakaian rapi duduk di belakang meja besar seraya menyilangkan kakinya. "Berita kamu mengendong cewek tadi pagi banyak diperbincangkan dan jadi berita yang panas untuk dijadikan buah bibir warga sekolah, Bhas."

"Ya, karena mereka tahu aku ponakan Om, dan..."

"Dan apa?"

"Apa lagi? Karena aku ganteng lah"

Pamannya menghela napas panjang dengan memijit keningnya serta melirik Bhaskar yang melihat-lihat ruangan kepala sekolah. "Terserah, tapi permasalahannya bukan di situ."

"Terus? Apa?"

Pria itu membuka ponselnya dan menunjukkan sesuatu kepada Bhaskar. "Ada oknum yang membuka aib cewek yang kamu gendong tadi dan itu benar-benar nggak sopan karena bisa mencoreng nama baik dan juga mengganggu kenyamanan orang yang bersangkutan."

Postingan itu cukup simpel, hanya ada tulisan saja, tapi komentarnya sangat banyak. Postingan tersebut bertuliskan, "Anak haram itu kok selalu diikutin ponakan kepala sekolah ya? Dia pakai guna-guna? Nggak pantes banget! Si cowok juga mau-mau aja lagi, padahal dirinya dimanfaatin si cewek."

Bhaskar meremas tangannya saat membaca unggahan tersebut. Ia kesal dan ingin marah pada orang yang telah membuka kartu sensitif mengenai kehidupan Theresia. Tidak bisa dibayangkan jika Theresia tahu hal tersebut lalu kenyamanan gadis itu terganggu.

"Itu akun siapa? Kok tiba-tiba bisa langsung menyebar cepat ke seluruh sekolah?" tanya Bhaskar.

"Om nggak tahu soal akun siapa ini, jika dilihat-lihat lagi akunnya. Dia cukup terkenal karena pengikutnya juga lumayan. Bentar."

Omnya Bhaskar mengotak-atik ponselnya dengan ponakannya yang berdiri di sebelahnya. Sontak Bhaskar membulatkan matanya saat akun media sosial yang dituju adalah akun milik Linsi, saudara tiri dari Theresia sendiri.

"Pantesan beritanya cepat menyebar, orang ceweknya aktif ikut trend pakai baju sekolah ini," ujar Paman.

"Bang-"

Sebuah tepukan berkali-kali di bibir Bhaskar membuat laki-laki itu tidak bisa melanjutkan bicaranya. Tangan Pamannya sengaja menepuk-nepuk bibir ponakannya karena tahu akan mengucapkan kata-kata mutiara.

"Udah, sekarang kamu balik ke kelas, dan jagain cewek kamu itu. Kasihan dia kayaknya orang baik-baik."

"Makasih infonya, Om. Soalnya hape aku lowbet tadi."

"Nggak heran, ditelpon berkali-kali nggak diangkat"

"Maaf. Aku balik dulu, Om." Bhaskar melenggang pergi dari ruangan kepala sekolah dengan raut wajah khawatirnya.

"Udah?" Theresia berusaha untuk berdiri menghampiri Bhaskar yang sedang menutup pintu kembali.

"Udah, balik yuk?"

Gadis itu mengangguk dan menurut dengan ucapan Bhaskar. Ia kembali pada punggung laki-laki itu saat Bhaskar tiba-tiba berjongkok di depannya. Sepanjang perjalanan menuju kelasnya, tatapan seperti ujaran kebencian dari beberapa siswi bukan hanya membuat Theresia risih, tetapi juga takut karena bukan tatapan biasa.

"Jangan dilihatin," titah Bhaskar.

"Kenapa mereka lihatin gua kayak gitu? Tatapannya beda waktu lo gendong gua tadi pagi sama sekarang."

"Ehm... minggu depan ada UTS, jadi gua mau fokus sama pelajaran dulu. Maaf kalau sebelumnya gua yang bikin lo kurang nyaman, tapi sekarang gua nggak bakal lakuin hal itu lagi."

Saat sampai, Bhaskar menurunkan Theresia di bangku gadis tersebut dan duduk di bangkunya dengan langsung menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya. Theresia yang bingung dengan perubahan sikap Bhaskar hanya bisa menatap laki-laki itu.

Memang benar kalau ada ujian tengah semester minggu depan, namun entah kenapa ada yang mengganjal di hatinya.

Tiba-tiba Mona datang dan duduk di bangku depan yang bersebrangan dengan meja Theresia.

"Lo nggak apa-apa, Re?" tanya Mona yang menatap Theresia iba.

"Ha? Ohh.. nggak apa-apa, kaki gua udah nggak terlalu sakit kayak tadi pagi kok," jawab Theresia sembari melihat kakinya.

"Bukan itu, tap-"

"Mon.." Mendadak Bhaskar mengangkat kepalanya dengan menatap Mona untuk memberikan instruksi agar gadis itu tidak memberitahu Theresia.

Mona langsung menurut. Melihat wajah Bhaskar yang tampaknya seperti menahan amarah membuat ia mengatupkan bibirnya dan melenggang pergi begitu saja. Namun, Theresia kini semakin bingung dengan suasana di sekolah yang tampak berbeda. Tatapan mereka yang tidak biasa, apalagi saat kumpulan laki-laki di bangku belakang mengucapkan sesuatu yang paling memuakkan untuknya "Anak haram" itu lah yang mereka ucapkan.

Di sisi lain, Linsi tersenyum licik dengan menatap layar ponselnya yang menampilkan berbagai komentar di postingannya. Bahkan postingannya langsung menjadi topik panas di hari yang berawan.

Gadis itu puas dengan postingannya yang langsung menjadi topik hangat serta menyebar dengan cepatnya di sekolah. Tidak heran, ia cukup dikenali di seantero sekolah. Dia berdiri di belakang bangunan sekolah dengan suasana sepi di sekitarnya. Itu adalah tempat yang jarang di datangi para murid.

"Setelah ini pasti mental lo nggak bakal kuat dan ninggalin rumah karena nggak nyaman," lirih Linsi.

"Heh!" panggil seseorang yang tiba-tiba ada di belakang Linsi.

Seorang laki-laki bertubuh tegap dengan meremas ponselnya di tangan kiri serta tatapan menusuk yang ingin memakan mangsanya menatap Linsi dengan geram.

"Ngapain lo sebarin informasi yang merugikan saudara lo? Gua tahu kalau lo benci sama There, tapi jangan permalukan dia di sekolah, apalagi di media sosial kayak gitu."

Sebenarnya tatapan laki-laki itu sangat menakutkan bagi Linsi walaupun dulu ia pernah mendapatkan tatapan itu saat mengganggu Theresia di masa kecil.

Laki-laki itu perlahan-lahan maju mendekati Linsi dan mengunci pergerakan gadis tersebut. "Lo hapus dan klarifikasi atau habis di tangan gua? Jujur aja, gua juga benci sama elo dari lama."

Linsi meneguk ludah sendiri dengan kasar. Laki-laki ber-name tag Erga itu sedikit memperkuat genggamannya dengan tatapan yang juga memojokkan Linsi.

"G-gua hapus, deh."

Erga tersenyum tipis mendengarnya. "Walaupun lo hapus, seluruh sekolah udah tahu dan mereka juga tahu kalau itu elo. Bukan hanya There aja yang bersangkutan, tapi nama lo juga bakalan dibawa-bawa."

"Hapus! Sekaligus klarifikasi," titah Erga yang hendak melenggang pergi.

Setelah itu, Linsi terdiam dengan dirinya yang kebingungan. Ucapan Erga benar. Bukan hanya There saja yang kena, tapi akun yang menyebarkannya juga.

"Gua harus gimana? Lo juga ceroboh banget sih! Nggak dipikir-pikir dulu sebelum bertindak." Linsi menepuk-nepuk keningnya karena tindakan sembrono yang ia lakukan.

...••••...

Seusai bel pulang sekolah, Theresia berjalan dengan tertatih-tatih menuju rumahnya walaupun tidak terlalu sakit tapi jika ia gunakan untuk berjalan normal masih ada rasa sakitnya sedikit.

Terdapat perasaan aneh yang masih ia rasakan di sana. Bhaskar yang biasanya menempel terus padanya sekarang tiba-tiba bagai tertelan begitu saja. Saat ia hendak berbelok ke gang sempit, tiba-tiba ada suara decitan rem dari belakangnya.

Ia langsung berbalik dengan menyunggingkan senyumannya. "Bhas-"

"Hai.." Erga tersenyum sembari melambaikan tangannya menyapa Theresia. "Lo kira gua anak itu? Lo suka sama dia?"

"Ternyata elo. Enggak, bukan itu, ngapain lo? Ngikutin gua?"

"Bukan ngikutin sih, tapi arah kita sama. Gua kasih tumpangan nih, biasanya gua boncengin nyokap gua, tapi berhubung nyokap gua udah sampai di rumah lo, jadi sekalian aja ke sana. Ayo!"

Gadis itu menurut dan duduk di bagian belakang sepeda Erga. Di sisi lain, Bhaskar meremas stang sepedanya melihat Theresia bersama laki-laki yang membantu gadis itu saat di UKS tadi siang.

Jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat Theresia, tetapi karena muak melihat Theresia dengan laki-laki lain, ia melepaskan kacamatanya dan melenggang pergi dengan perasaan dongkol.

Laki-laki itu ingin selalu ada di dekat Theresia, namun keadaan tidak mendukungnya. Ia ingin menjaga jarak dengan gadis itu sementara hingga berita yang beredar mengenai dirinya dengan Theresia redup dahulu.

Di perjalanan Erga dan Theresia, gadis itu hanya diam dengan menundukkan kepalanya. Sementara Erga tersenyum menikmati perjalanannya. Jarang-jarang ia bisa bersama Theresia yang selalu mengurung diri di dalam kamar.

"Lo mau ikutan lomba lagi ya, Re? Kata guru-guru setelah UTS ini lo berangkat sama Bu Rifa pakai kereta," tanya Erga.

"Iya, emang kenapa? Lo ikut juga?" Theresia melirik Erga dari belakang yang hanya memperlihatkan leher laki-laki itu.

"Enggak, tanya aja."

Kemudian Erga memasuki pekarangan rumah Theresia dan membantu gadis itu untuk berjalan memasuki rumah. Saat memasuki rumah, Linsi yang sudah sampai terlebih dahulu menatap Erga dengan serius dan enggan melirik adiknya yang kesusahan melepaskan sepatu.

"Sini, biar gua bantuin." Dengan perlahan-lahan Erga melepaskan sepatu Theresia dan hendak membantu gadis itu lagi.

Akan tetapi, Linsi langsung menarik tangannya. "Lo naik sendiri, Re. Gua mau bicara sama dia."

"Biarin gua bantuin dia sampai kamarnya," balas Erga.

"Gua bisa sendiri kok, Ga, pelan-pelan nanti juga sampai," kata Theresia sembari menarik tangannya yang berpegangan tangan laki-laki itu.

Ada rasa sedikit khawatir saat melihat Theresia berjalan sendiri, maka dari itu Erga melihat gadis itu terlebih dahulu dari bawah sebelum menanggapi Linsi yang sejak tadi bersedekap dada.

Karena tidak sabar, Linsi langsung menarik bahu Erga hingga laki-laki itu memutar tubuhnya. "Udah gua hapus, terus gimana biar gua nggak ikut-ikutan bersangkutan sama postingan itu."

Laki-laki itu tertawa kecil dengan menatap Linsi yang kebingungan. "Itukan masalah lo, kenapa bilang ke gua? Lagian lo sendiri biang keroknya."

"Bantuin gua, kek. Yang lo bantuim There mulu, gua ini sepupu lo, bukan anak haram itu!"

"Diam lo!" Nada bicara Erga seakan-akan ingin naik, namun ia tahan. "Seharusnya lo sadar sama apa yang lo lakuin, gua bantuin There karena dia baik, nggak kayak sikap sama sifat lo yang senonoh. Gua bisa bantuin lo dengan baik-baik, tapi sikap lo sebaliknya."

Tiba-tiba ada wanita yang datang dari arah dapur dengan memakai celemek. "Lho? Erga udah datang, sayang?"

"Udah, Bun. Bunda masak?" tanya Erga setelah ia mencium punggung tangan Bundanya.

"Iya, orang tuanya Linsi sama There belum pulang, jadi Bunda masakin dulu biar kalian bisa makan malam tepat waktu," jawab Bunda.

...••••...

...Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!