Giani Fifera adalah gadis yang tak pernah mengenal dunia luar. Sejak kecil ia hanya belajar dari rumah, tak pernah mengenal dunia luar seperti kebanyakan gadis seumurannya.
Saat orang tuanya meninggal, Giani tinggal berdua dengan kakaknya Geraldo. Giani bahagia karena kakaknya itu sangat menyayanginya. Namun suasana damai di rumah mereka berubah menjadi neraka semenjak kakaknya menikah dengan Finly Prayunata, anak salah satu konglomerat di Indonesia.
Finly punya selingkuhan. Dan selingkuhannya itu adalah anak angkat papanya. Seorang pria bule keturunan Spanyol-Inggris.
Giani tahu kalau kakaknya sangat mencintai istrinya sekalipun sudah tahu kalau istrinya itu punya selingkuhan. Giani pun bertekad merebut dan menikahi selingkuhan kakak iparnya. Dan untuk bisa melakukan itu, Giani harus merubah penampilannya dari gadis lugu, menjadi gadis dewasa dengan gaya yang sedikit menggoda.
Berhasilkah Giani merebut selingkuhan kakak iparnya itu? Berhasilkah Giani membahagiakan kakaknya Geraldo?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengagalkan Rencana
Sepanjang jalan dari rumah Mama Sinta ke rumah mereka, Giani memilih diam. Ia hanya menatap ke luar jendela sambil bersedekap.
"Ada apa?" Tanya Jero.
"Nggak." Jawab Giani tanpa mengalihkan pandangannya.
"Apakah kamu marah saat melihat aku bersama Finly tadi? Kami tidak melakukan apapun. Dia hanya mengajak aku berbincang. Itu saja."
"Nggak perlu juga dijelaskan. Selama kakak nggak tidur sama kak Finly, aku baik-baik saja."
Jero hanya diam. Dua memilih serius mengendarai mobil.
Ponsel Giani berbunyi. Ia langsung tersenyum melihat siapa yang menelepon.
"Hallo kak Beryl."
Jero menoleh dengan tatapan kurang suka.
"Iya kak, aku sudah 2 hari ada di Jakarta. Apa kangen? Ha...ha...kakak ini. Besok kita ketemu di restoran ya? Ok. Bye..."
"Beryl ya?" Tanya Jero dengan suara yang agak ketus.
"Iya, kak. Katanya kangen."
"Memangnya kangen pada istri orang boleh?"
"Bolehlah. Kakak juga dulu sering kangen-kangenan dengan istri orang kan?"
"Tapi itu..." Tangan Jero mencengkeram stir mobil dengan kuat. Ia selalu termakan dengan kata-katanya sendiri.
"Kak, aku kan pernah bilang padamu, selama jadi istrimu maka aku adalah wanita yang paling setia. Aku akan melirik pria lain kalau kita sudah resmi bercerai."
Kata-kata Giani membuat Jero sedikit merasa senang. Ia memang telah memberikan kesempatan pada Beryl untuk menggoda Giani namun ia yakin kalau Giani tak akan pernah menghianatinya selama mereka ada dalam ikatan pernikahan ini.
Sesampai di rumah, Giani langsung menuju ke kamarnya. Ia mandi dan setelah itu mengganti pakaiannya dengan gaun tidur. Saat ia membuka pintu kamar mandi, ia terkejut melihat Jero sudah ada di kamarnya. pria bule itu juga sudah mandi dan mengenakan celana pendek dan singlet warna putih. Ia sedang berdiri di depan TV sambil menyetel salah satu siaran TV yang khusus menayangkan berbagai film.
"Kak, ngapain di sini?"
"Mau mengajak kamu menonton. Film komedi dari Korea. Kita nonton bareng ya?" Ujar Jero lalu mendaratkan pantatnya di atas sofa yang memang berhadapan dengan TV.
Giani mengangguk. Ia memang paling suka menonton film komedi.
"Aku buatkan minuman?" Tanya Giani.
Jero menggeleng. "Aku sudah gosok gigi. Malas harus gosok gigi lagi. Ayo sini, duduk di sampingku." Kata Jero sambil menepuk tempat kosong di sampingnya.
Giani pun duduk di samping Jero. Film pun diputar. Keduanya larut dalam adegan demi adegan yang kadang membuatnya tertawa terpingkal-pingkal.
Tak terasa 2 jam sudah mereka habiskan untuk menonton film. Saat Giani akan mengganti chanel TV, ia merasakan kalau bahunya agak berat. Ketika ia menoleh, ternyata Jero sudah memejamkan matanya sambil bersandar di bahu Giani.
"Kak, ayo pindah ke kamar kakak." Giani menggoyangkan pundak Jero.
Jero membuka matanya. "Ah, aku ngantuk sekali. Rasanya tak sanggup naik ke lantai 2." Jero langsung melangkah dan berhenti di tepi ranjang. "Aku bobo di sini ya malam ini." Kata Jero lalu membaringkan tubuhnya.
Giani hanya menggelengkan kepalanya. Ia pun mematikan TV, lalu melangkah menuju ke pintu kamar untuk mengunci pintu kamar itu. Kemudian, setelah mematikan lampu kamar, ia ikut berbaring di samping Jero setelah menarik selimut dan menutupi tubuh mereka berdua. Baru saja ia akan tenggelam dalam alam mimpi, ia merasakan tangan Jero memeluk erat tubuhnya dari belakang.
"Kak...!" Giani berusaha melepaskan tangan Jero namun pria itu justru semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku merasa dingin. Kamu tenang saja, palo nggak bangun." ujar Jero dengan suara yang berat karena rasa kantuk yang sangat berat.
Dasar modus. Bilang saja sudah terbiasa tidur sambil memeluk aku, guman Giani lalu kembali memejamkan matanya.
**********
Rapat pemegang saham di pagi ini sudah selesai.
"Selly, ada jadwal apalagi setelah ini?" Tanya Jero sambil berjalan menuju ke ruangannya.
"Jam 2 siang ada pembahasan laporan dengan managemen hotel. Tuan Frangky tak bisa hadir karena istrinya sudah melahirkan pagi ini."
"Ok." Jero segera masuk ke ruangannya dan duduk di depan meja kebesarannya sambil memeriksa beberapa pekerjaan yang harus diselesaikannya. Tiba-tiba Jero ingat dengan Beryl dan Giani yang akan bertemu hari ini. Hati Jero jadi tak tenang. Ia berpikir keras bagaimana caranya harus membatalkan pertemuan mereka. Ia tahu kalau sekarang Beryl masih ada di apartemennya karena tadi sebelum rapat selesai, Beryl menelepon Jero untuk menanyakan tentang keran air yang bocor di apartemennya. Apartemen Jero memang sedang dipakai oleh Beryl sekarang. Tiba-tiba Jero menemukan ide. Ia segera meraih ponselnya dan menelepon Giani.
"Hallo, kak!" Sapa Giani dari seberang.
"Ada di mana?"
"Sedang di restoran."
"Aku ingin makan siang bersamamu. Ada sesuatu yang akan kubicarakan."
"Lewat telepon saja kan bisa. Lagi pula ini masih jam setengah sebelas. Aku belum lapar, kak."
"Tapi aku sudah lapar. Aku akan pesan makanan untuk kita berdua. Jangan sampai nggak datang ya. Aku ada di kantor utama. " Kata Jero lalu memutuskan sambungan telepon. Ia langsung tersenyum. Kemudian ia menekan tombol dan tak lama kemudian Selly masuk ke ruangannya.
"Ada apa, pak?"
"Tolong pesankan makan siang untuk aku dan istriku dengan menu lengkap di restoran langgananku. Makananya harus ada sebelum pukul 12 siang."
"Baik, pak." Selly kembali meninggalkan ruangan Jero dan memesan makanan seperti yang diperintahkan bosnya.
*********
Giani tiba di lobby kantor Jero. Seorang resepsionis menyapanya.
"Selamat siang, nona. Mau bertemu dengan siapa?"
"Tuan Jeronimo Dawson."
"Maaf, apakah sudah buat janji?"
"Belum. Tapi saya diminta untuk datang ke sini."
"Maaf. Nama nona siapa ya?"
"Giani."
Resepsionis itu langsung menelepon sekretaris Selly. Ketika telepon ditutup, ia langsung gugup sambil menatap Giani.
"Maaf, nyonya saya tidak tahu kalau anda adalah istri tuan Jero." Gadis resepsionis itu mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Tidak apa-apa. Di mana ruangannya?"
"Ada di lantai paling atas."
"Ok. Terima kasih." Giani melangkah menuju ke lift. Kantor Jero memang tak sebesar milik papa Denny. Namun ini adalah usaha Jero sendiri. Jero memang seorang pekerja keras.
Saat pintu lift terbuka, Giani berada di lantai 5. Seorang perempuan cantik dan Giani kenal sebagai sekretaris Jero. Selly segera berdiri dan menyambutnya.
"Selamat datang, nyonya. Tuan sudah menunggu di dalam. Mari!" Selly melangkah mendahului Giani dan segera membuka pintu namun ia tak ikut masuk. Saat Giani masuk, ia segera menutup pintunya.
"Kak, ada apa?" Tanya Giani sambil mendekati Jero yang masih duduk di depan mejanya.
Jero tersenyum dan langsung berdiri dan mendekati Giani.
"Tiba-tiba saja palo jadi aneh!" Jero langsung melingkarkan tangannya dipinggang Giani. Saat Giani akan menjauh, secepat mungkin Palo menarik pinggangnya sehingga tubuh Giani menempel sempurna ditubuh Jero tanpa ada jarak. Giani dapat merasakan sesuatu yang keras dibawa sana.
"Kak...., ini di kantor!" suara Giani dibuat sepelan mungkin. Ia tak mau kalau Selly mendengarnya.
"Ruangan ini kedap suara, sayang." Tangan Jero langsung membuka kancing kemeja Giani.
"Kak, nanti malam saja di rumah." Giani mulai gelisah. Tubuhnya sudah mulai bergetar merasakan belaian tangan Jero yang sudah berhasil menyusup masuk ke dalam kemejanya.
"Palo nggak tahan lagi. Dia nanti sakit. Ayolah, jangan menolak. Setelah ini aku ada rapat penting. Memangnya kamu tega buat palo on terus?" Kata Jero sambil mulai mencium leher Giani.
Jero perlahan mendorong Giani ke sofa besar yang ada di ruangannya itu. Jero tak mau kalau Giani berhasil menolaknya.
********
Selly kembali ke tempat duduknya. Ia sudah 3 kali mengetuk pintu ruangan bosnya namun tak ada sahutan apapun. Selly tak berani untuk membukanya. Makanan yang dipesan sudah 30 menit yang lalu tiba. Selly sudah mengatur rapih di tempat makanan dan sudah diletakannya di meja dorong.
Bos lagi ngapian ya di dalam? Apakah mereka sedang bertengkar? Atau apakah mereka lagi sayang-sayangan?
Pintu lift terbuka. Frangky keluar sambil tersenyum. "Selamat siang!"
"Eh, pak Frangky!" Selly terlihat gugup. Bagaimana pun ia dan Frangky dulu pernah punya kisah manis. Jujur kalau Selly masih sering memikirkan pria itu.
"Hallo Selly!" Sapa Frangky sambil memegang file yang ada ditangannya.
"Aku pikir bapak masih di rumah sakit."
"Iya. Tapi ada sesuatu yang harus aku bicarakan dengan Jero. Jero ada kan?" Frangky langsung melangkah menuju ke ruangan Jero.
" Eh, pak!" Selly terlambat mencegahnya. Perempuan itu hanya berdiri tak jauh dari pintu masuk dengan gugup saat Frangky berhasil membuka pintu dan menutupnya kembali.
"Waw...!" Frangky berteriak sedikit terkejut melihat Jero yang baru saja menaikan celana panjangnya sementara bagian atasnya masih polos.
"Apakah Finly ada di sini?" Tanya Frangky sedikit berbisik sambil berjalan mendekati Jero. Ia dapat mencium bau percintaan yang panas baru saja terjadi di sofa yang tampak berantakan karena bantalnya berserakan di atas lantai.
"Giani!" Kata Jero sambil tersenyum dan memakai kemejanya.
"Giani?" Frangky terkejut.
"Iya."
"Kalian melakukannya di sini? Kayak yang nggak punya rumah saja. Memangnya kalian sudah..."
"Ya. Waktu di Spanyol."
"Perawan nggak?"
"Perawanlah!"
"Nah, ketagihan kan?" Seru Frangky membuat Jero membungkam mulut sahabatnya dengan tangan.
"Diam loe! Nanti Giani dengar!"
Frangky tertawa. "Seharusnya gue sampai 15 menit yang lalu ya? Supaya bisa lihat tontonan gratis."
Jero hanya terkekeh. "Ada apa?" Tanya Jero setelah berhasil memakai pakaiannya secara lengkap.
"Ada berkas yang harus loe tandatangani. Gue harus mengirimnya ke Batam."
"Kenapa nggak dikirim saja? Loe kan sibuk jaga istri yang melahirkan?"
"Berkasnya kebetulan ada dibrangkas. Jadi nggak bisa diambil oleh orang lain. Kalau loe sudah baca dan tandatangani, minta Selly untuk mengirimnya melalui fax."
Pintu kamar mandi terbuka. Terlihat Giani keluar sambil merapihkan kemejanya yang terlihat sedikit kusut.
"Hallo kak Frangky!" sapa Giani dengan wajah merona. Ia tak dapat membayangkan jika Frangky tahu yang sebenarnya baru saja terjadi di ruangan ini.
"Aku tinggalkan kalian berdua ya. Selamat bersenang-senang. Semoga Jero junior cepat datang." Ujar Frangky lalu meletakan dokumen yang dipegangnya di atas meja sebelum kwluar dari ruangan Jero.
Selly langsung mengetuk pintu setelah Frangky pergi. Setelah mendapat ijin masuk, ia segera mendorong meja yang berisi makan siang yang sudah agak dingin.
"Selamat menikmati, tuan, nyonya!" Kata Selly sebelum keluar.
Giani yang sedang duduk di atas sofa terlihat kesal.
"Ada apa?" Tanya Jero sambil mendekat.
"Rokku sobek dibagian belahannya. Kakak sih nggak sabaran tadi saat membukanya."
"Buka roknya."
"Terus aku pakai apa?"
"Buka saja dulu. Selly nggak akan masuk ke sini kalau aku tak memerintahkannya."
Giani membuka roknya lalu menyerahkannya pada Jero. Jero segera keluar sambil membawa rok itu.
"Selly, tolong belikan rok yang ukurannya seperti ini. Kau datang kembali 2 jam kemudian. Rapat di hotel ditunda jam 3 sore." Kata Jero lalu kembali ke ruangannya. Meninggalkan Selly yang tampak bingung. Ngapain bos sama istrinya sampai roknya robek begini?
Jero masuk kembali ke ruangannya.
"Ayo kita makan!" ajak jero.
"Kak, rokku dikemanakan?"
"Sekretarisku membeli rok yang baru sambil membawa rok yang robek itu sebagai ukuran."
"Lama nggak?"
"Nggak. 30 menit doang!"
"Baguslah. Soalnya jam 1 aku ada janjian dengan kak Beryl."
"Ya sudah. Makan dulu!" Kata Jero sambil menyerahkan piring dan sendok pada Giani. Dalam hati cowok bule itu bersorak. Biar jamuran loe menunggu di sana, Beryl. Gue akan tahan Giani di sini.
waw...partnya panjangkan?
Jangan lupa like, komen dan vote ya
tpi lebih enak dibaca kata memelihara diganti dg kata " merawat" ☺☺☺