Haikal Sebastian Keano, tidak menyangka bahwa wanita yang telah melakukan cinta satu malam dengannya adalah calon istri kakaknya, Ghisell Carissa Adelardo. Karena yang mereka lakukan disaat mereka sedang sama-sama mabuk.
Padahal sang kaka, Rafael, begitu sangat mencintai Ghisell, dan Ghisell juga mencintai Rafael, apalagi sebentar lagi mereka akan menikah.
Lalu bagaimana kisah mereka nanti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Satu
Haikal berjalan dengan pelan menyusuri koridor rumah sakit, berbagai macam pikiran telah membuat kepalanya hampir pecah. Dia tidak tau harus bicara dimulai dari mana kepada keluarganya nanti dan Rafael.
Maafkan aku kak, aku tidak ingin bersaing denganmu, aku berusaha untuk mengalah untuk menerima kenyataan Ghisell akan menjadi kakak iparku. Tapi sekarang aku harus memperjuangkannya, ada calon anakku di rahimnya, darah dagingku, dia pasti sangat membutuhkan aku, ayahnya.
Mata Haikal berkaca-kaca, semua kesalahan memang dia yang memulai walaupun diluar kesadarannya, tapi dia harus mempertanggungjawabkan semuanya, dia yang lebih berhak atas Ghisell, tak peduli mengenal seberapa lama atau saling mencintai berapa tahun, tapi faktanya semua itu akan kalah dengan kehadiran sebuah nyawa di dalam rahim Ghisell, yang suatu saat akan memangilnya ayah. Dia tidak mungkin rela jika panggilan ayah itu di lontarkan anaknya pada pria lain termasuk kakaknya sendiri. Karena seorang anak bukanlah sesuatu yang harus dia relakan.
Di titik seperti ini tidak ada lagi kata egois atau tidak. Masalah cinta dia sudah berusaha untuk mengalah walaupun rasanya sangat menyakitkan, dia berusaha berdamai dengan perasaannya. Tapi masalah anak, Haikal tidak bisa lepas dari tanggung jawabnya.
Dengan sedikit ragu-ragu, dia membuka pintu ruangan tempat Ghisell berada, dia melihat Ghisell yang terduduk di brankar dengan tatapan kosong, sepertinya dia habis menangis karena matanya terlihat begitu sembab.
"Ghisell." panggil Haikal dengan lembut dan mata berkaca.
Terlihat tatapan nanar di matanya, dia turun dari brankar, dia menangis, bahkan memukul-mukul dada Haikal, "Dokter bilang aku hamil, katakan ini semua tidak benar. Gak mungkin, aku gak mungkin hamil. Iya kan?" Ghisell sangat merasa terpukul dengan keadaan ini.
Tanpa terasa air mata Haikal terjatuh, dia tidak tega melihat Ghisell menangis seperti itu, dia membiarkan Ghisell memukul dadanya sampai dia merasa puas dan lega.
"Haikal, aku tidak mungkin hamil kan? Apa yang di ucapkan dokter tadi pasti bohong kan?" lirih Ghisell dengan terisak-isak.
"Maaf, maafkan aku."
Ghisell semakin terisak, "Gak, ini gak benar. Gak mungkin, aku gak mungkin hamil." Tubuhnya jadi terasa lemas sampai dia terduduk di lantai. Dia menangis sejadi-jadinya.
Haikal memeluk pundaknya, dia membiarkan Ghisell menangis di pelukannya. Walaupun Ghisell mencoba untuk menolak saat Haikal memeluknya.
"Lepaskan aku, ini semua gara-gara kamu. Aku benci kamu!" bentak Ghisell.
Tapi Haikal tidak melepaskan pelukannya, dia tahu betul Ghisell sangat membutuhkan tempat untuk bersandar, sampai akhirnya tidak ada penolakan di diri Ghisell, dan pukulannya semakin melemah, dia semakin terisak menyembunyikan wajahnya di dada Haikal.
Aku akan bertangung jawab. Aku akan menikahi kamu. Meski aku tau kamu pasti akan semakin membenciku. Tapi aku yakin suatu saat hatimu akan menerimaku.
Haikal tidak bisa mengatakannya secara langsung karena Ghisell akan semakin shock dan frustasi jika Haikal bilang akan menikahinya.
Haikal semakin erat memeluk Ghisell, dia ingin membuat Ghisell sedikit lebih tenang berada di dalam dekapannya. Walaupun Ghisell terus saja menangis, mungkin memikirkan akan banyak rasa ketakutan yang akan terjadi pada dirinya nanti.
"Ayo kita atasi bersama, jangan takut. Aku tidak akan membiarkan kamu menderita sendirian"
"Aku harus bagaimana? Kenapa aku harus hamil?" Ghisell sangat berat menerima semua kenyataan ini. Dia tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya, bagaimana menjelaskannya pada Rafael nanti. Dia merasa hidupnya kini telah hancur, membayangkan jalan hidupnya tidak sesuai keinginanya.
Bahkan saat mengantarkan Ghisell pulang pun, di tengah perjalanan, suasana begitu sangat hening, Ghisell masih tidak mau diajak bicara, bahkan tidak ingin menatap Haikal. Dia masih belum bisa menerima kenyataan ini semua, hati dan perasaannya begitu sangat terpukul karena kehadiran sebuah nyawa dirahimnya yang sama sekali tidak dia harapkan.
...****************...
...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...
...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat!...
...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalian....
...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya...