Banyak orang menyatakan cinta itu indah. Apakah cinta LDR-an itu juga indah? Lalu bagaimana jadi nya, jika cinta LDR-an itu tumbuh subur.
Namun akan semakin menyakitkan. Karena realita nya cinta LDR-an tak selama nya indah dan berjalan mulus. Akan banyak batu sandungan dengan kerikil tajam yang menghampiri tuk menguji seberapa besar dan kuat cinta itu bersemayam di hati dua insan yang kini terpisah jarak yang terbentang.
"Tak ada alasan mengapa aku begitu mencintai nya. Tapi yang pasti aku hanya ingin selalu berada di dekat nya dan menjadi bagian dari cerita hidup nya"
Ini lah kisah dan cerita cinta hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Camelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beneran Ini Bee?
Selamat membaca..
🌻🌻🌻
Ketika sampai di dalam ruangan, aliyah mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan agar tak merasakan sesak di dada nya.
"Sabar aliyah, sang pemilik hatimu pasti akan datang tepat pada waktunya."
***
Sepanjang perjalanan menuju cafe lindu. Denis tak hentinya memikirkan aliyah sang pujaan hati. Kini, ia mulai merapalkan kata-kata yang pas buat kekasih nya itu.
Sesampainya di cafe lindu. Kemudian, denis turun dari taksi online yang mengantarkan nya dan melangkah masuk ke dalam cafe lindu tersebut. Lalu, ia menghampiri ke arah mbak- mbak yang berdiri di depan meja kasir.
"Emm, permisi mbak, saya mau nanya. Ruangan mbak aliyah di sebelah mana, ya?." ucap denis kepada mbak itu.
"Ma'af, kalau boleh tau, mas nya ini dari mana dan ada perlu apa dengan mbak aliyah?." tanya mbak nya mendetail.
"Bilang saja, ada denis." jawab denis singkat.
"Apa, mas nya sudah ada janji sama mbak aliyah?."
"Saya tadi sudah ada janji sama mbak aliyah dan langsung di suruh masuk ke ruangan nya. Tapi, saya kan belum tau, yang mana ruangan nya." ujar denis.
"oh, kalau mas nya sudah ada janji, langsung saja saya antar ke ruangan nya mbak aliyah."
"Ok, mbak. Terimakasih atas bantunnya."
"Sama-sama, mari saya antar."
***
Aliyah tertegun beberapa detik, melihat sosok lelaki yang kini berdiri di hadapan nya. Aliyah tak percaya dengan apa yang di lihatnya.
"Mimpi kah, ini? Bee!? Ya Tuhan.. Beneran ini, bee?." suara aliyah tercekat rasanya ingin menangis bahagia.
Ia memastikan lagi, bahwa yang berada di depan nya kini nyata bukan khayalan nya semata.
"Iya, sayang.. Ini bee." kata denis dari jauh dan berjalan semakin dekat menghampiri aliyah dengan merentang kan kedua tangan nya tuk menyambut aliyah.
Aliyah memejamkan mata nya dan terus menyakinkan hati nya, bahwa ini bukan mimpi atau khayalan nya semata. Kemudian, ia berlari berhamburan menuju ke arah denis. Lalu, denis menarik aliyah ke dalam pelukan erat nya. Sangat erat sampai aliyah tak bisa menggerakkan badan nya dan sedikit kesulitan bernafas. Mereka berpelukan melepas kerinduan yang telah membuncah di hati masing-masing.
"Bee.. Ini beneran bee na kan?." airmata aliyah mengalir perlahan menembus baju yang di pakai denis.
"Iya, sayang. Ini beneran bee." ucap denis dengan air mata yang telah membasahi hijab aliyah, sesekali mencium kening aliyah dengan perasaan mendalam. Kerinduan yang telah lama tersimpan. Kini, berhamburan keluar.
Bibir aliyah keluh, rasa nya tenggorokan seperti berat tak bisa berkata apa-apa, melihat sosok lelaki yang sangat di cintai nya setelah sekian lama di nanti kehadiran nya. Kini, berdiri nyata di hadapan nya. Ini sungguh mengejutkan.
Denis semakin mendekap erat tubuh aliyah dan berbisik "Bee sangat merindukan mu ay. Sangat.. Sangat merindukan mu di setiap hembusan nafas bee"
"Ay juga sangat merindukan bee na." balas aliyah dengan suara yang sangat pelan di dalam isak tangis nya. Namun, denis tetap bisa mendengar kan apa yang di ucapkan kekasih nya.
"Rasa nya bee tak ingin melepaskan pelukan ini. Karena bee sangat takut kehilangan ay na."
"Iya, bee. Ay juga. Tapi, ay na susah bernafas, kalau bee na mendekap erat tubuh ay na."
"Iya kah, sini biar bee kasih nafas buatan." goda denis sambil mendekat kan bibir nya ke arah bibir aliyah yang ranum.
Seketika jantung aliyah berdegub dengan kencang, seperti genderang mau perang. Aliran darah nya berdesir mengalir panas di sekujur tubuh nya.
Jarak yang hanya tinggal beberapa senti saja, bibir kedua nya sudah saling menempel. Namun, secepat kilat aliyah menelusup kan wajah nya ke dada denis untuk menghindari dari serangan yang mendadak dari denis.
Raut wajah aliyah yang berubah merah merona bak kepiting rebus karena malu dengan apa yang akan di lakukan denis pada nya.
"Kenapa malah sembunyi di dada bee na? Tak boleh kah, bee comot ntuu bibir merah ay na?."
"Tak boleh, bee." jawab aliyah lirih.
"Kenapa, tak boleh, sayang? Bee kan juga pingin rasain bibir merah ntuu."
"Di kira makanan, main comot bee na." protes aliyah cemberut.
"Ntuu kan, kalau bibir na begitu, semakin ingin mencomot na."
Tiba-tiba dari arah pintu terdengar suara memanggil namanya. Seketika membuyarkan temu kangen keduanya.
"Mbak aliyah, jam berapa pulang?." suara zudith memanggil kakak nya sambil nyelonong masuk ke dalam ruangan tersebut. "Upsst, ma'af zudith enggak tau kalau mbak aliyah sedang kedatangan tamu dari jauh." ucap zudith sambil cengar cengir tak bersalah.
Denis pun segera melepaskan pelukan nya. Dengan buru-buru kedua nya menghapus airmata yang masih tersisa di sudut mata mereka.
"Ehh, iya. Bee ini zudith adik ay dan zudith, ini bee denis." ucap aliyah memperkenalkan masing-masing.
Zudith dan denis beradu pandang. Zudith mendekat ke arah denis mengulurkan tangannya. Lalu, denis pun membalas uluran tangan zudith.
"Denis"
"Zudith, adik mbak aliyah yang comel." ucap zudith.
"Apaan, tak pakai comel kenapa?." protes aliyah.
"Biarin" kata zudith meledek aliyah.
"Emang iya kan, ay." tambah denis sambil terkekeh dan bertos ria dengan zudith meledek aliyah.
"Beeeee... Adiiikk... Kalian dua emang sekutu!" teriak aliyah kesel.
"Bye.. Bye.. Zudith pulang dulu saja, kalau gitu." ucap zudith sambil berlari keluar dari ruangan itu sebelum meledak teriakan lain nya dari aliyah.
***
Kebahagiaan mereka berdua saat ini tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Denis sangat bahagia melihat gadis pujaan nya tertawa sumingrah.
"Bee.. Kita makan bakso di pak endut langganan ay na, sekalian jalan-jalan di masjid agung (masjid al-akbar).
" Hayuukk, apa sih yang tak buat bini, bee. Uppsst." kekeh denis.
"Bee.." panggil aliyah sambil cemberut.
"Kok cemberut, cinta.. Bee salah, ya ngomong na?." jawab denis tersenyum.
"Tak ada salah, bee. Ayuk berangkat sekarang."
"Iya.. Iya. Maka nya, ayuk keburu malam."
Aliyah semakin memantapkan langkah nya berjalan beriringan dengan denis. Kini, ia pun mulai menggenggam lembut tangan denis.
"Masuk lah, kita berangkat sekarang." ucap denis sembari membuka pintu mobil merah maroon itu, meminta sang pujaan hati masuk dan duduk di kursi samping kemudi.
Setelah memastikan gadis itu duduk nyaman dengan seatbelt yang telah melingkar erat. Kemudian, denis menutup pintu mobil dan berjalan setengah memutar memasuki mobil dan duduk di kursi kemudi. Kini, yang ada di hadapannya adalah setir bundar yang siap di kendarai oleh nya.
🌻🌻🌻
bersambung...
Tetap tinggal kan jejak nya ya, berupa like 👍, komen, rate bintang lima dan jadikan pula favorit kalian.
Terimakasih 🙏💞💞
terus semangat ya u berkarya
God bless always🙏🤗❤️